"Kupu-kupu hinggap pada bunga-bunga warna-warni di bawah langit berpelangi."
Mungkin kalimat itu sangat tepat melukiskan perasaanku sesaat setelah dua bola mata kita saling mengikat dalam segaris lurus perjumpaan yang bisa-bisanya kunamakan itu tatapan.
Beberapa detik setelah ketidaksengajaan yang indah itu, aku yakin tak ada yang lebih riuh dari tempo degup jantungku. Bila jantung umpama sebuah kota kecil, maka di dalamnya tiada penghuni yang tak bahagia.Sekiranya aku dapat menghentikan bumi berotasi sekaligus memperlambat kelajuan waktu, akan kulakukan itu demi terus menatap matamu. Namun apalah diriku, pria tak engkau kenali yang diam-diam mengagumi senyuman seorang gadis yang amat dirahasiakannya itu.
Betapa malam-malam seakan tidak pernah mendung, dan hujan mungkin hanya akan turun menjelma bunga-Bunga Dandelion putih yang mendarat manis di tiap-tiap cinta yang menanti jatuhnya pada sebuah hati—termasuk cinta yang sedang mempersiapkan rasa terbaiknya untukmu ini.
Aku heran, mengapa aku sedemikian teduh. Kelopak matamu lebih kembang dari payung-payung tua yang dijejerkan sepanjang jalan. Caramu memandang lebih menentramkan dari melodi Payung Teduh yang diputar kala hujan. Dan senyummu, lebih ranum dibanding bunga-bunga krisan yang berguguran. Sungguh, hari yang tak ingin aku lewatkan.
Hari itu, puisi seperti tiada maknanya. Mereka tinggal kata-kata yang kehilangan arti. Sebab semuanya; rima, diksi, dan apa saja, telah melebur dalam kharismamu. Tetapi saat itu pula, aku jadi ingin sekali memuisikanmu. Hanya saja, aku tak yakin apa yang nantinya kutulis itu puisi. Dan yang aku yakin, dirimulah puisi itu sendiri. Sebab bagiku, kau adalah puisi, dengan atau tanpa kata-kata.
Hiduplah di sini, di darah yang akan mengalirkan namamu—dengan senantiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PoetryBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...