Mataku mungkin terlalu lama terpejam, hingga banyak melewatkan hal yang mestinya terekam.
Tak pernah cukup untuk sadar bila diriku telah padam, terpejam oleh keinginan-keinginan yang begitu menikam.
Maafkan, sayang; aku bukan malaikat yang tak punya dendam.
Aku masih manusia biasa, yang kadang juga bisa menangis diam-diam.Bahkan terkadang malamku penuh dengan bahak-bahak kesetiaan, yang mencaci begitu kelam.
Hingga rindu terkadang mengantarkanku menjumpai mimpi-mimpi yang masam.
Dan menyulap semua sudut pandang-ku menjadi berwujud tajam.
Entah, mungkin kini matamu telah ramai; di biakkan harapan-harapan dari janji seseorang yang kau sebut pangeran.
Atau bahkan; memang sedari dulu tak pernah ada aku di dalam matamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~
PuisiBiarkan catatan ini menjadi jejak tentang rasa yang kini berhasil dihapus jarak dan waktu. Sebab masing-masing kita sudah berada pada titik tanpa perlu berlanjut di paragraf baru. Yaa, dengan satu kata penutup: "selesai". Meski kau tak pernah betul...