Kini. ~

116 11 0
                                    

Dulu,
Kita saling menatap meski tak saling berucap, memendam apa-apa yang ingin dikatakan meski bibir gatal ingin menyampaikan, diam-diam merangkai banyak harapan dan menyimpulkan banyak keinginan.
Begitulah katamu ketika kita digambarkan.

Sebelumnya, mesti tidak dekat kamulah satu-satunya orang yang ingin kudekap.
Tempat bersandar ternyaman ketika hatiku resah dan membutuhkan keamanan, pelukanmu adalah tempat terhangat saat kabut dingin kian pekat.
Seperti itulah kita yang bisa ku diskripsikan dengan cepat.

Waktu lalu,
Kau bilang aku adalah duniamu.
Apa-apa yang kau suka adalah aku.
Aku alasan kau selalu menyanyi meski tanpa lagu. Kau juga bilang, akulah yang membuatmu berani dan yakin ketika kau takut dan ragu, aku juga rumah terasik untuk menghabiskan sisa usiamu.

Itu semua katamu, dulu.

Kini,
Lambat laun kita menjadi seseorang yang saling berlalu. Saling tak peduli dengan menganggap kita sebagai masa lalu. Kita menjadi orang yang sama-sama kaku.
Kau bilang aku terlalu naif jika aku dan kamu akan selalu bersatu, kau juga kini melarangku untuk tinggal disampingmu tempat yang selama ini menjadi favoritku.

Kini,
Susah-susah aku berusaha berdiri dengan kau yang telah mengusirku,
seakan menyingkirkan aku dari harapan yang kita sulam dulu.
Aku ingin menetap namun apa daya ketika hatimu sudah menutup.

Kini,
Mungkin akan ku ikhlaskan saja hari-hariku dengan puluhan rindu.
Doa-doaku untukmu.
Dan semoga kau menemukan tempat lain senyaman milikku.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang