Berhenti. ~

193 9 0
                                    

Sampai jumpa!

Begitu seharusnya perpisahan berakhir. Namun tidak bagi saya enam bulan lalu. Saya lebih memilih diam melepas hubungan yang rumitnya melebihi rumus kalkulus. Rasanya ambyar. Meninggalkan luka biru yang pekat, dan telah patah berkali-kali. Dan dalam hitungan hari, kepala saya seperti dihantam batu. Mengubah tatanan luka menjadi sentimen keras.

Tak tahu mengapa, selepas itu, hati dan pikiran saya terasa longgar, lepas dari segala hal berat. Berfikir bahwa saya pernah bodoh menaruh cinta pada seorang yang tidak tahu cara menjaga. Sempat mengkambing hitamkan pelukan hangat yang kian memanas.

Tapi, baiklah, saya tidak akan menyesalinya. Setidaknya, dia pernah menjadi bulan-bulanan mimpi saya yang terlampau tinggi.

Saya bukan Tuhan yang sudah memberi ampun tanpa ia minta. Hanya saja, saya ingin menjadi manusia paling apatis yang tak mau menjejak kenangan lagi dan forward ke empat tahun silam.

Tunggu saja nanti, nanti akan saya maafkan.

Lewat cinta yang saya bangun hampir empat tahun lamanya, yang kemudian harus saya sapu bersih, saya disuruh belajar banyak hal. Saya yang sudah mulai mengesampingkan ego, menjadi gudang sabar, lunaknya kepala batu, menjadi pria paling banyak diam ketimbang habis tenaga untuk meracau, dan yang paling penting adalah menghargai diri sendiri dan orang lain.

Baiklah, terimakasih, setidaknya.

Kini, saya sudah berhenti. Tuhan sudah mengembalikan hidup saya yang sempat Ia pinjam.

Ingatan yang Betah Mengulang Hadirmu - Dalam Kepala Penuh Disesak Kata ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang