03.

3.3K 335 172
                                    

Alroy berlari dengan seorang siswi yang belum ia kenal. Tadi ia berbalik dan langsung menarik siswi itu karena sebelumnya Bu Sri berkata untuk ke ruangannya dengan siswi tersebut.

Di tengah koridor, Alroy menghentikan larinya dan menarik nafas dalam-dalam. Ia lalu berbalik untuk melihat apakah Bu Sri masih memperhatikannya atau tidak.

“Anjir, capek gue, guru sialan emang.” Umpat Alroy ketika sudah tidak melihat Bu Sri di belakangnya.

Detik berikutnya, Alroy tersadar dengan siswi yang tadi ia tarik. Alroy menatap siswi itu dan melambaikan tangannya. “Hai.” Sapanya duluan.

Namun ternyata, respon yang diberikan di luar dugaanya, siswi itu menatapnya dengan sinis lalu pergi begitu saja. Alroy pun mengejarnya, karena ia bingung bagaimana ada seorang siswi yang tidak mengenalnya di sekolah ini, secara ia cukup popular karena sikap playboynya.

“Hei, tunggu kali.” Alroy meraih tangan siswi itu dan berhasil membuatnya berhenti melangkah.

Alroy lalu melepaskannya dan mulai berlagak sok cool dengan merapikan poni rambutnya yang berantakan. “Lo gak kenal gue?” Tanya Alroy.

Siswi itu menatap Alroy dengan jijik dan kembali berlalu dari hadapan Alroy. Lagi-lagi Alroy mengejarnya.

“Gue bilang tunggu tapi malah pergi lagi.” Omel Aroy seraya menjajarkan langkahnya dengan siswi tersebut.

Ia lalu menjulurkan tangan kanannya tepat di depan perut sang siswi dan membuatnya berhenti. “Kenalin, gue Alroy Devandra, cowok yang terkenal playboy di sekolah ini. Lo?”

Usai memperkenalkan diri, Alroy masih menunggu uluran tangan dari siswi itu. Namun hasilnya nihil. Siswi itu justru membalasnya dengan kata-kata tajam menyakitkan hati.

“Bangga terkenal karena playboy? Gak punya otak emang.” Sinis siswi itu sambil berbalik menatap Alroy tajam.

“Lo cantik, tapi kasar amat sih ngomognya. Lo gak kenal gue apa emangnya?” Jawab Alroy sambil menyilangkan tangan di depan dada. 

“Perlu gue kenal lo?” Tanya siswi itu dengan nada menantang.

Alroy berseri-seri, “Perlu lah. Siapa tau ntar lo cinta sama gue, terus kita pacaran terus putus dan lo akan jadi mantan gue yang ke … bentar-bentar gue hitung dulu.” Jawab Alroy sambil mengingat-ingat jumlah mantannya saat ini dengan berhitung menggunakan ke-sepuluh jari tangannya.

Siswi itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol Alroy. Dia lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Alroy yang masih sibuk berhitung. Beberapa detik kemudian, Alroy masih belum menemukan jawabannya, tapi karena siswi itu sudah jauh di depan, Alroy pun mengejarnya.

“Kalau gak sepuluh sebelas kayaknya, gue lupa. Jadi, ayo, kita kenalan. Nama lo siapa?” Kata Alroy tak menyerah.

Siswi itu berdecak sebal, menatap uluran tangan Alroy lagi dengan malas. “Hidup gue bukan untuk cinta, dan gue gak mau kenal sama lo.” Jawabnya cepat, tepat, dan tajam.

Segera setelah mengatakannya, siswi itu berjalan meninggalkan Alroy. Sedangkan Alroy, ia masih berdiri di tempatnya, belum mengejar siswi itu lagi. Tangannya terlipat di depan dada, senyumnya mengembang ke atas. “Cantik, judes. Menarik. Lihat aja, gue bakal kenal sama lo dan buat lo jatuh cinta setengah mati ke gue.”  Gumam Alroy.

Detik berikutnya ia sudah kembali menjajarkan langkah dengan siswi itu untuk ke ruangan BK.

---

Bu Sri menyerahkan beberapa fotocopy’an soal fisika “Ini tugas untuk kelas kamu, kerjakan beserta rumus yang ditulis di buku latihan. Sepulang sekola suruh ketua kelas untuk mengumpulkannya di meja Pak Puji. Mengerti, Audrey?”

Ketika Bu Sri menyebutkan nama siswi yang berdiri di sampingnya, Alroy langsung menoleh ke siswi tersebut. “Oh, nama lo Audrey ternyata. Cantik kayak orangnya.” Bisiknya namun terdengar oleh Bu Sri.

“Ngomong apa kamu Alroy?” Tanya Bu Sri.

Alroy menelan salivanya. “Gak ngomong apa-apa kok, bu. Ibu pasti salah dengar, mungkin tadi suara angina tau kucing lewat.” Cengir Alroy.

Bu Sri menggelengkan kepalanya, lelah melihat dan mendengar kekonyolan Alroy selama hampir tiga tahun di sekolah ini.

Alih-alih menanggap Alroy, Bu Sri memilih menatap siswi bernama Audrey itu. “Sudah Audrey kamu boleh keluar dan tolong jaga suasana kondusif di kelas.”

Audrey mengangguk. “Baik, bu, saya permisi.” Jawabnya sopan sambil berjalan ke pintu.

Baru beberapa langkah, Alroy menahan tangan Audrey, membuat sang empunya berbalik dan menatapnya bingung, begitu pula dengan Bu Sri.

“Bu, kok dia keluar duluan?”

Bu Sri menaikkan kedua alisnya, tak mengerti. “Maksudnya? Urusan dia sudah selesai, jadi untuk apa di sini? Dia juga masih ada tugas untuk dikerjakan.”

Alroy kemudian tersenyum penuh arti. “Ibu jadi hukum saya gak?” Tanyanya menantang.

Bu Sri mendengus. “Hampir lupa saya. Sudah, sekarang kamu saya hukum mengambil lima ratus daun yang jatuh di lapangan. Tidak ada bantahan dan segera lepaskan tangan Audrey karena dia masih harus mengerjakan soal.” Perintah Bu Sri.

Audrey berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alroy. Namun usahanya sia-sia karena Alroy menggunakan tenaga penuh untuk menahannya. “Lepasin gue! Lo gak dengar yang Bu Sri bilang?” Ujar Audrey mulai emosi.

Permintaan Audrey itu tak Alroy pedulikan. Ia justru tersenyum lebar sambil menatap Bu Sri. “Bu…” Panggil Alroy pada guru BK nya itu.

“Kenapa?” Tanya Bu Sri.

“Saya lakuin hukumannya sama dia, ya?” Jawab Alroy sambil menunjuk Audrey dengan tangannya yang bebas.

“Apa?! TIDAK!” Seru Bu Sri dengan tegas.

“Sudah saya bilang, Audrey masih harus mengerjakan soal, dia harus belajar bukan menemani kamu melakukan hukuman.” Lanjut Bu Sri.

“Saya gak bilang Audrey menemani saya. Tujuan saya mengajak Audrey supaya dia bisa mengawasi saya ketika melakukan hukuman, kan siapa tau sifat jahil saya sedang muncul, lalu daun yang saya ambil hanya dua ratus lima puluh terus saya bagi dua totalnya lima ratus ya kan, bu. Nah, jadi bagaimana? Ibu mau saya tidak jujur atau membiarkan Audrey mengawasi saya?”

Audrey terkejut mendengar pengaruh yang Alroy sampaikan, sedangkan Bu Sri nampak berpikir dengan penjelasan Alroy.

Kemungkinan terburuk sudah terlintas dipikiran Audrey. Dan dugaannya tepat, detik berikutnya Bu Sri menatap Audrey penuh harap.

“Audrey, benar perkataan Alroy, kamu harus mengawasinya. Jadi saya dengan terpaksa mempercayakannya ke kamu. Dan untuk tugasnya, kamu bisa menjadikan itu sebagai pekerjaan rumah lalu kumpulkan besok pagi. Sekarang kalian boleh keluar.”

Mendengar perintah Bu Sri membuat Alroy mendapat tatapan tajam dari Audrey, dan bukan Alroy namanya jika tidak membuat seseorang kesal setengah mati. Alroy pun membalas tatapan Audrey dengan senyum lebarnya seraya menarik Audrey keluar dari ruang BK.

---

Revisi : 02-06-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang