“Al, jangan buat kita ragu lagi sama lo. Jadiin hari ini pelajaran untuk lo ke depannya. Gue harap lo gak sia-siain kesempatan yang Om Roy kasih.” Nasihat Andre.
Alroy mengangguk. “Gue gak akan sia-siain, Ndre. Sekali lagi gue minta maaf karena udah buat kalian khawatir.”
Usai mengatakan apa yang ingin ia katakan, Andre langsung membaringkan tubuhnya di kasur lalu mengeluarkan ponsel dan memainkannya, membiarkan Alroy sibuk dengan pikirannya sendiri. Sesekali ia melirik Alroy yang tampak bimbang ingin mengatakan sesuatu. Hal itu membuatnya senyum-senyum sendiri sebab ia tau apa yang ingin Alroy tanyakan.
“Lo kenapa?” Pancing Andre.
Alroy menatap Andre lalu menggaruk tengkuknya. “Ndre,”
Satu alis Andre terangkat. “Apa?”
“Aldo siapa sih? Kok mikirin Audrey?” Tanya Alroy langsung.
Andre menahan senyumnya, dugaannya ternyata benar. Ia lalu mendudukkan dirinya dan menjadikan bantal sebagai sandaran.
“Aldo… nama lengkapnya Danialdo Wijaya. Dia salah satu sahabat gue juga Audrey, Syela, dan Charis. Dia dua tahun lebih tua dari kita.” Jelas Andre awal-awal.
Alroy mengerutkan keningnya. “Kalian itu berlima? Terus kenapa seakan-akan Aldo punya hubungan spesial sama Audrey?” Tanya Alroy.
Andre mengangguk. “Kita berlima. Aldo Audrey punya hubungan special? Hmm… Lo cemburu?” Gurau Andre.
Alroy menatapnya sinis. “Aelah, Ndre, gue mau tau aja, jelasin yang lengkap napa sih? Jangan dipotong-potong.” Decak Alroy.
Andre terkekeh pelan. “Oke-oke. Kita berlima itu udah sahabatan sejak kecil, kenapa? Karena bokap kita dulunya juga sahabat SMA. Terus, Aldo sama Audrey memang punya hubungan spesial, tapi bukan seperti yang lo pikirkan. Mereka berdua itu dekat banget, bahkan Audrey lebih dekat dengan Aldo dibanding Syela dan Charis.”
“Kenapa mereka bisa sedekat itu?” Tanya Alroy.
“Bagi Aldo, Audrey adalah adik kesayangannya, begitupun Audrey yang menganggap Aldo sebagai kakak kesayangannya. Dulu, sampai sekarang sih, kalau Audrey ada masalah biasanya yang tau pertama adalah Aldo. Itu semua karena dari kecil memang Aldo lah yang selalu ada untuk Audrey.” Andre menghentikan sebentar penjelasannya, memberi Alroy waktu untuk mencernanya.
Alroy sendiri, setelah mendengar penjelasan Andre, jadi merasa bahwa Aldo adalah sosok yang penting bagi Audrey.
“Berarti mereka berdua seperti gue dan Gita?”
Andre mengangguk. “Iya, tapi kayaknya lebih dekat mereka.”
“Terus sekarang Aldo di mana?” Tanya Alroy lagi.
“Aldo kuliah di Prancis. Lo tau, Audrey pindah ke sekolah kita juga atas saran dari Aldo. Mereka berdua dulunya di Harum Bangsa, terus karena Aldo mau kuliah di Prancis, Aldo nyuruh Audrey untuk pindah ke Tunas Bangsa soalnya kalau Audrey tetap di sekolah lamanya dia gak punya teman selain Aldo. Aldo gak mau Audrey kesepian makanya dia suruh Audrey pindah apalagi di Tunas Bangsa ada gue, Syela, dan Charis.”
Kepala Alroy mengangguk paham. Sekarang ada satu hal lagi yang ingin ia tanyakan pada Andre, yaitu awal mula Siska menyebut Audrey sebagai pembawa sial.
“Ndre, gue mau tanya lagi boleh?”
Andre mengangguk. “Silahkan, asal jangan yang aneh-aneh.”
Alroy terkekeh. “Gak aneh-aneh. Gue cuma mau tanya kenapa nyokapnya Audrey nyebut Audrey sebagai pembawa sial?”
Andre menghela nafasnya pelan. “Gue sebenarnya gak berhak ceritain ini, tapi kalau lo tanya sama Audrey sendiri, gue juga gak tega. Dulu, Om Firman itu cukup kaya dan Tante Siska bisa dibilang orang yang materialistis. Tante Siska menikah dengan Om Firman hanya demi uang. Suatu ketika Om Firman bangkrut dan di saat yang bersamaan Tante Siska sedang mengandung Audrey. Karena Tante Siska gak bisa hidup susah, dia hampir gugurin Audrey tapi Om Firman yang dengan tegas melarangnya. Akhirnya sewaktu Audrey lahir, Tante Siska sangat membenci dan menyebutnya sebagai anak pembawa sial.”
Andre menunduk, menarik nafas lagi lalu melanjutkan, “Tante Siska semakin menyudutkan Audrey setelah Om Firman kecelakaan lalu empat tahun kemudian meninggal. Gue gak tau maksud Tuhan apa sampai membuat dua peristiwa menyakitkan itu terjadi di hari ulang tahun Audrey, seakan-akan membenarkan perkataan Tante Siska bahwa Audrey adalah anak pembawa sial. Lo tau gak, setelah Om Firman lumpuh dan gak bisa kerja, semua kebutuhan Audrey gak dipenuhin sama Tante Siska, terus akhirnya Om Roy sama Om Nikholas yang memenuhin kebutuhan Audrey itu, mulai dari sandang, pangan, dan beberapa hal kecil lainnya.”
Kening Alroy berkerut, “Om Nikholas siapa?”
“Bokapnya Aldo. Mereka berdua yang saling bergantian untuk membantu Audrey.”
“Terus bokap lo sama bokapnya Charis kenapa gak bantu?” Tanya Alroy lagi.
“Kita bantu Audrey tapi tidak sesering mereka berdua, karena keduanya juga ngelarang bokap gue sama bokapnya Charis untuk bantu Audrey. Gimana? Masih ada yang mau ditanyain?” Tanya Andre setelah menjelaskan cukup banyak.
Alroy mengangguk sambil menyengir. “Ada. Gimana ceritanya Audrey bisa tinggal di rumah Syela?”
“Sebelum Om Firman meninggal, beliau sudah titip pesan kepada Om Roy untuk ngerawat Audrey. Sebenarnya sih Om Firman maunya Om Nikholas yang merawat Audrey soalnya kan Audrey paling dekat dengan Aldo, tapi karena Aldo cowok dan Om Firman berpikir panjang, maka Om Roy lah yang akhirnya diberi tanggung jawab oleh Om Firman untuk merawat Audrey.”
Alroy mengangguk paham. Kini semua jawaban sudah ia dapatkan, tidak ada lagi yang menganggu pikirannya, hanya saja ada sebuah rasa aneh yang menganggu hatinya setelah mengetahui bahwa Audrey memiliki sosok sedekat Aldo.
“Makasih, bro, penjelasannya.” Ucap Alroy seraya menepuk pundak Andre.
Andre mengangguk. “Sama-sama, dan gue mau ucapin selamat untuk lo.”
Mendengar itu membuat kening Alroy berkerut. “Selamat? Untuk?”
Andre tersenyum penuh arti. “Lo lupa gue pernah bilang apa kalau Audrey sampai menceritakan masa lalunya?”
“Oooo, iya-iya gue inget.” Seru Alroy dengan senyum lebarnya.
Andre tertawa. “Jangan kecewain Audrey ke depannya, atau Aldo akan cari lo untuk buat perhitungan.” Nasihat Andre,
Alroy mengangguk, dan tanpa disadarinya, rasa aneh itu semakin menancap kuat di hatinya saat nama Aldo kembali disebutkan.
---
Setelah berpamitan pada Andre, Alroy segera kembali ke rumah Syela untuk menengok keadaan Audrey. Kini ia sedang berjalan menuju kamar gadis itu.
Tok tok tok
Ketuk Alroy sesampainya di depan kamar Audrey.
“Masuk aja.” Seru Audrey dari dalam.
Alroy pun masuk dan melihat Audrey yang sedang mengurut-urut kakinya yang terkilir. Ia lalu menarik kursi belajar Audrey, duduk di hadapan gadis itu.
“Masih sakit?” Tanya Alroy.
Audrey menoleh singkat ke Alroy. “Lumayan, belum bisa untuk jalan.”
Mendengar itu, Alroy langsung mengambil kaki Audrey dan meletakkan di atas pahanya. Audrey sedikit terkejut dengan tindakan Alroy dan ingin menurunkan kakinya lagi namun Alroy menahannya.
“Jangan gerak, mau gue pijet dulu.” Ujar Alroy seraya mengurut pelan kaki Audrey.
Audrey pun akhirnya diam, memandangi Alroy yang sedang menarik-ulur pergelangan kakinya. Tindakan Alroy itu membuatnya teringat dengan Aldo yang biasanya juga melakukan hal yang sama seperti yang Alroy lakukan saat ini. Ah, sayang sekali, sudah lama ia tidak menghubungi Aldo lagi. Kini ia merindukan sosok kakak kesayangannya itu, ingin rasanya ia menceritakan tentang hari ini kepada Aldo, namun apalah daya gengsinya terlalu besar untuk kembali memulai percakapan setelah sekian lama. Akhirnya, ia memilih untuk mengambil sebuah figura yang ada di samping kasurnya.
“Siapa, Drey?” Tanya Alroy saat melihat Audrey bergerak mengambil figura foto.
Audrey melirik Alroy sekilas lalu tersenyum sambil menunjukkan figura itu kepada Alroy. “Dia Kak Aldo, sahabat gue dari kecil. Gue lagi kangen aja, biasanya dia akan melakukan hal yang sama seperti yang lo lakuin sekarang.”
Alroy menelan salivanya begitu mendengar nama Aldo lagi. “Kalian dekat banget ya?” Tanya Alroy untuk melihat respon Audrey.
Audrey mengangguk. “Banget.”
“Terus kenapa gak telepon kalau kangen?”
Audrey meletakkan lagi foto itu di tempatnya, lalu menggeleng. “Udah lama gak ngobrol, jadi canggung untuk mulai lagi.”
“Ooohh.” Jawab Alroy singkat.
Detik berikutnya Alroy memilih menurunkan kaki Audrey secara perlahan dan kemudian berdiri. Ia ingin berpamitan pulang. Suasana hatinya mendadak berubah, ia tidak ingin Audrey melihat perubahan tersebut.
“Gue pulang dulu ya, Drey. Besok gue jemput, kita berangkat sekolah bareng. Lo jangan banyak gerak biar cepet sembuh.” Pamit Alroy tanpa memandang Audrey dan melangkah begitu saja.
Audrey yang melihat Alroy itu langsung menahan tangan Alroy. “Bentar.” Cegah Audrey.
Alroy menghentikan langkahnya, melihat tangan Audrey yang menahan tangannya lalu menoleh ke gadis itu. “Kenapa?”
Audrey menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menanyakan mengapa Alroy pulang secepat ini, tapi ia tidak sanggup mengatakannya. Jantungnya berdegup begitu keras saat kata-kata itu akan keluar dari mulutnya.
“Drey? Kenapa?” Tanya Alroy lagi karena Audrey tidak menjawab.
“Mmm.. itu… m-makasih ya. Gue harap lo bisa dipercaya.” Ucap Audrey lain dari keinginannya.
Alroy mengangguk. “Gue bisa lo percaya, tenang aja. Sekali lagi gue minta maaf udah buat lo seperti ini.”
Audrey mengangguk juga. “Udah gue maafin. Hati-hati di jalan.”
“Iyaa.” Jawab Alroy lalu melepaskan tangannya dari tangan Audrey dan setelah itu keluar dari kamar Audrey.
---Kini Alroy sedang berbaring di kamarnya. Ia memikirkan segalanya yang sudah terjadi hari ini, terutama tentang Aldo. Ia memukul dadanya berkali-kali, tidak mengerti mengapa ada rasa yang mengganjal di dalam sana setelah mengingat tentang Aldo.
“Gue cemburu?” Tanya Alroy pada dirinya sendiri.
Alroy menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lo gak boleh cemburu, Alroy.”
Ya, ia tidak boleh cemburu, selain karena ia belum mengenal Aldo, ia juga harus mengingat bahwa Aldo memiliki peran yang penting bagi Audrey. Tapi mengapa rasa itu sepertinya tertanam kuat di dadanya?
Alroy mengacak rambutnya frustasi. “Tenang, Alroy, tenang. Lo gak boleh mikir yang aneh-aneh.”---
Revisi : 11-06-20
Jangan lupa vote+comment
Happy Reading Readers❣

KAMU SEDANG MEMBACA
SHE'S MY WORLD [COMPLETED]
Romance[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] Audrey itu dunianya Alroy. Sejak mengenal Audrey, Alroy merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Paras cantik Audrey memikat Alroy di kali pertama mereka berjumpa. Alroy pikir, Audrey sama seperti ke...