41.

1K 62 8
                                    


Alroy terlonjak kaget setelah melihat alarm di samping kasurnya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, itu berarti hanya ada sisa waktu sepuluh menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Ia pun lalu bergegas berdiri, masuk kamar mandi, dan menyiapkan diri. Setelah selesai bersiap-siap, Alroy segera mengambil tas nya dan turun ke bawah.

“Mampus gue, lima menit lagi bel.” Ucap Alroy sambil memakai sepatunya dengan terburu-buru. Usai berurusan dengan sepatu, Alroy langsung berlari mengambil kunci motornya. Ia lalu berteriak pada sang mama yang pasti sedang berada di dapur. “MA, ALROY BERANGKAT!” Pamit Alroy.

---

Dugaan Alroy tepat sekali, gerbang sekolah sudah ditutup. Kini ia sedang merayu pak satpam untuk membukakan gerbang bagi dirinya.

“Pak, ayo dong, cuma telat lima menit kok, pak. Bukain ya?”

Satpam itu lagi-lagi menggeleng. “Maaf ya, dek, bapak gak bisa bukain. Lebih baik kamu tunggu Bu Sri aja.”

Mata Alroy membulat. Menunggu Bu Sri? Sama saja itu cari mati! Lalu ketika ia hendak berbicara lagi, tiba-tiba ada yang menyentuh tangannya.

“Ternyata kita jodoh ya, telat aja barengan.” Ucap seseorang itu.

Alroy mengenal suaranya. Ia segera menoleh dan mendapati Ananta berdiri di sampingnya sambil tersenyum. Tangannya yang masih dipegang oleh Ananta langsung ia tarik dengan cepat.

“Lo ngapain sih di sini?!” Ujar Alroy tak suka.

Ananta tertawa, “Lo gak liat? Gue juga telat. Tadi kirain gue bakal dihukum sendirian, tapi ternyata ada lo, bagus deh, jadi bisa berduaan ama lo. Mengulang kisah lama yang belum selesai.” Jawab Ananta tak tau diri.

Alroy berdecak. “Ngomong tuh dipikir dulu. Lo sama gue udah gak ada apa-apa. Paham?!”

Mendengar itu Ananta hanya tersenyum. Ia lalu melirik ke dalam gerbang di mana Bu Sri mulai berjalan ke arah mereka dengan gaya khasnya. Bu Sri kemudian menyuruh satpam untuk membukakan gerbang bagi mereka berdua.

“Kalian sudah telat malah ribut di luar. Cepat ke ruang BK sekarang! Akan saya beri hukuman supaya kalian jera.” Perintah Bu Sri setelah gerbang dibuka.

Alroy mendengus lalu segera berjalan masuk mendahului Ananta. Melihat hal itu, Ananta langsung masuk dan menyamakan langkahnya dengan Alroy.

“Lo kenapa sih, Al? Kayaknya ngejauhin gue banget.” Ucap Ananta setelah berhasil berjalan di samping Alroy.

“Emang lo pantes gue deketin?” Jawab Alroy masih dengan tatapan yang lurus ke depan tanpa menoleh sedikitpun.

Ananta menghentikan langkahnya. Ia menatap punggung Alroy yang terus menjauh, tatapannya tajam ditambah bibirnya tersenyum misterius. Alroy, Alroy. Cibir Ananta lalu kembali melangkahkan kakinya.

Sesampainya di depan ruang BK, Alroy langsung membuka pintunya. Mereka kemudian masuk dan duduk secara terpisah. Sambil menunggu Bu Sri datang, tangan Alroy merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselnya. Namun tiba-tiba saat hendak membuka sebuah aplikasi permainan, ucapan Ananta membuatnya terhenti.

“Alroy, gue mau ngomong sama lo.”

Kepala Alroy mendongak, menatap Ananta yang sudah berdiri di hadapannya. Ia tidak menjawab, hanya menaikkan satu alisnya untuk menyuruh Ananta mengatakan apa yang ingin dikatakan.

“Al, gue mau minta maaf buat semuanya. Maafin tingkah gue karena udah berani nampar lo. Gue tau gue terlalu kekanak-kanakan, makanya sekarang gue mau berubah.” Ucap Ananta.

Kening Alroy berkerut, menatap Ananta penuh selidik. “Tiba-tiba?” Curiga Alroy.

Ananta terkekeh. “Gue tau lo pasti kaget dengan permintaan maaf gue, tapi itu benar-benar tulus. Gue minta maaf buat semuanya ya?” Ucap Ananta kembali mempertegas pernyataan maafnya sambil mengulurkan tangan.

Alroy menghela napas, menatap tangan Ananta yang terulur di hadapannya. Ini semua begitu tiba-tiba, sejujurnya ia sangat tidak mempercayai apa yang Ananta katakan tapi sebuah ide terlintas di benaknya.

“Gue maafin lo dengan dua syarat.” Ujar Alroy sambil bangkit berdiri.

“Syarat? Apa?” Tanya Ananta penasaran.

Alroy menatap Ananta tajam. “Lo juga harus minta maaf sama Audrey dan gak boleh ganggu dia.”

Ananta terkejut mendengar kedua syarat tersebut. Ia sebenarnya tidak masalah dengan syarat kedua, tapi syarat pertama, ia sangat keberatan. Minta maaf ke Audrey? Yang benar saja. Batin Ananta bersuara. Dalam hati Ananta berdecak, ia sangat tidak ingin melakukan hal itu karena bisa merusak harga dirinya. Namun jika Alroy memaksanya sebagai syarat agar ia bisa dimaafkan, maka mau tidak mau ia harus menerimanya.

“Bagaimana? Deal?” Tanya Alroy.

Ananta mendesah “Deal!”

Kedua sudut bibir Alroy sedikit terangkat. Kini ia bisa bernapas lega setelah Ananta berjanji untuk tidak menganggu Audrey.

Sebenarnya, syarat-syarat itu Alroy ajukan untuk melindungi Audrey. Saat ini hubungannya dengan Audrey bisa dikatakan sedang sangat tidak baik, kemarin saja mereka tidak saling bertukar kabar. Ia takut jika kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hubungannya dengan Audrey dan ia juga kepikiran dengan rencana balas dendam yang mungkin Ananta rencakan seperti perkataan Andre beberapa waktu lalu. Oleh sebab itu, dengan perjanjian ini, kelak jika hubungannya dengan Audrey tidak bisa lagi diselamatkan, setidaknya Alroy bisa melepas Audrey dengan sedikit tenang. Ia tidak perlu khawatir kalau-kalau Ananta merencanakan sesuatu, sebab Ananta sudah berjanji untuk tidak lagi menganggu Audrey.

Alroy lalu membalas uluran tangan Ananta. “Oke, gue maafin lo.”

Ananta tersenyum miring. “Mak---”

“Audrey? Ayo, masuk!” Suara Bu Sri tiba-tiba terdengar. Alroy dan Ananta yang masih bersalaman pun cukup terkejut saat melihat Audrey masuk dengan Bu Sri.

Alroy lalu menatap Audrey, mata gadis itu tertuju pada tangannya yang masih bersalaman dengan Ananta. Ia pun langsung menarik tangannya dan mengalihkan tatapannya agar tidak bertemu dengan tatapan Audrey.

---

Revisi : 04-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang