Keesokan harinya Alroy terbangun ketika sinar matahari sudah menembus jendela kamarnya. Sejenak Alroy mengucek kedua matanya agar dapat terbuka sempurna. Setelah ia bisa melihat dengan jelas, ia pun mengambil ponsel untuk melihat jam berapa sekarang.
06.30
Alroy terlonjak kaget dan sekali lagi mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya benar atau tidak.
“WHAT THE?!” Seru Alroy setelah melihat bahwa sekarang memang sudah jam setengah tujuh.
“Mati gue, telat banyak ini pasti, mana Audrey sakit lagi, ya kali dia harus dihukum juga.” Oceh Alroy seraya bersiap-siap untuk mandi.
---
Alroy dan Audrey tiba di sekolah pukul tujuh lebih sepuluh. Kini mereka sudah berada di ruangan Bu Sri, mendengar guru BK mereka itu berceramah panjang lebar.
“Sudah sana bersihkan lapangan sebagai hukuman kalian!” Suruh Bu Sri di akhir ceramah.
“Bu, Audrey gak usah dihukum ya? Kaki dia lagi sakit loh, bu, kasian.” Ujar Alroy agar Audrey tidak dihukum karena kelalaiannya.
Bu Sri menggeleng. “Salah siapa terlambat? Peraturan ya tetap peraturan! Silahkan kalian keluar sekarang.”
Audrey mendekat ke Alroy, membisikkan sesuatu, “Ayo, keluar aja, gue gapapa.”
Alroy menoleh ke Audrey lalu berdecak pelan pada Bu Sri. Mereka kedua kemudian keluar dari ruang BK itu dan berjalan menuju lapangan.
“Kaki lo masih sakit banget?” Tanya Alroy karena Audrey berjalan dengan mengangkat satu kakinya yang kemarin terkilir.
Audrey menatap kakinya. “Lumayan, tapi udah lebih baik daripada kemarin.”
“Nanti lo duduk aja, biar gue yang bersih-bersih.” Ujar Alroy.
Audrey menoleh ke Alroy. “Gak mau, gue kan juga telat gak adil kalau lo doang yang dihukum.”
“Jangan, Drey, lo telat gara-gara gue. Sekarang kaki lo lagi luka dan gue gak mau lo kenapa-napa.”
Audrey memilih diam saja sampai akhirnya mereka tiba di lapangan. Hari ini lapangan kosong, itu berarti tidak ada pelajaran olahraga di tiga angkatan. Mata Audrey menyapu setiap sudut lapangan dan berhasil menemukan sapu lidi yang bisa ia gunakan untuk menyapu lapangan. Ia pun berjalan untuk mengambil sapu lidi tersebut.
Alroy yang melihat Audrey berjalan ke tempat sapu lidi berada langsung berlari mendahului Audrey dan mengambil sapu lidi itu.
“Gue bilang duduk, Audrey.”
“Alroy.. Gue gak mau. Siniin sapunya.” Pinta Audrey.
Alroy menggeleng. “Gak boleh. Duduk!”
“Gak!”
“Duduk, Audrey.”
“Gak, Alroy.”
“Drey, nurut sama calon cowok lo napa sih?”
Audrey yang tadinya menatap sapu lidi di tangan Alroy langsung menatap tajam laki-laki di hadapannya itu. “Hah?! Lo bilang apa?”
“Calon cowok lo, kenapa? Salah emang?”
“Alroy, kenapa lo percaya diri banget sih?” Tanya Audrey dengan nada putus asa.
“Gue selalu percaya diri kapanpun dan di manapun.” Jawab Alroy seraya tersenyum lebar.
Audrey memaksakan senyumnya. “Gak lucu.”
“Ya emang gak lucu. Udah sana lo duduk, gue gak mau kaki lo tambah sakit.”
“Bukannya lo seneng ya kalau kaki gue tambah sakit? Kan lo jadi bisa berduaan kan ama gue?” Celetuk Audrey dan berhasil membuat Alroy terperangah menatapnya.
Alroy memukul pelan kedua gendang telinga nya. “Gue gak salah dengar, Drey? Jangan bilang lo mulai suka gue ya? Ngaku lo!”
Audrey menelan salivanya setelah sadar sepertinya ia salah berbicara. Ia melirik Alroy sekilas lalu berbalik badan menuju pinggir lapangan. “Kepedean lo, Al.” Ucapnya sebelum melangkah.
Alroy mengulum senyumnya melihat Audrey yang malu-malu. “Pede gue menghasilkan sesuatu yang buat gue bahagia, Drey.” Balas Alroy sambil segera membersihkan lapangan tanpa menghilangkan senyumnya.
---
Alroy dan Audrey sudah selesai melaksanakan hukuman mereka dari satu jam yang lalu, masih tersisa satu jam lagi untuk bel istirahat. Kini mereka berdua sedang berada di rooftop, menikmati hangatnya semilir angin pagi.
“Siniin kaki lo, gue pijet lagi biar gak terlalu sakit.” Ujar Alroy sambil hendak mengangkat kaki Audrey.
“Gak usah.” Tolak Audrey.
Alih-alih menuruti perkataan Audrey, Alroy justru langsung mengangkat kaki Audrey dan meletakkannya di atas pahanya. Alroy lalu membuka sepatu dan kaos kaki yang Audrey pakai.
Audrey berdecak. “Lo tuh ya, Al, gue bilang gak usah juga.” Omel Audrey.
Alroy terkekeh. “Dipijat ama calon cowok sendiri gapapa kali, Drey.” Goda Alroy.
Audrey mendengus saat mendengar perkataan Alroy. Ia pun lalu tidak sengaja menendang perut Alroy karena kesal.
“Aduh aduh aduh…” Alroy sengaja meringis kesakitan untuk menarik perhatian Audrey.
Audrey yang tidak tau kalau Alroy sedang berakting langsung meminta maaf. “Sorry, Al, gue gak sengaja.. Mana yang sakit?” Tanya Audrey sambil menurunkan kakinya secara perlahan dan langsung mendekat ke Alroy.
Jantung Alroy berdegup begitu kencang saat memandangi wajah Audrey yang begitu dekat dengannya.
“Al, mana yang sak---” Ucapan Audrey terhenti ketika ia mengangkat kepala dan tatapannya bertemu dengan tatapan Alroy.
Tangan Alroy terangkat untuk merapikan rambut Audrey yang beterbangan terkena hembusan angin. Mereka berdua kini duduk dalam dekat dan saling bertatapan. Audrey merasa jantungnya sudah tidak bisa dikontrol, berdegup begitu cepat seperti habis lari marathon.
Sayangnya hal itu hanya berlangsung selama satu menit. Detik berikutnya Audrey langsung tersadar dan kembali bergeser, memberi jarak di antara mereka. Alroy pun juga mengerjap beberapa kali sambil mengatur nafas dan menormalkan detak jantungnya.
Lo cantik banget, Drey, gumam Alroy dalam hati setelah jantungnya kembali bekerja dengan normal.
Namun tanpa Alroy ketahui, Audrey masih berusaha begitu keras agar detak jantungnya kembali normal. Karena nampaknya tatapan Alroy yang dalam tadi begitu membekas di hati dan pikiran Audrey.
---Revisi : 14-06-20
Jangan lupa vote+comment
Happy Reading Readers❣

KAMU SEDANG MEMBACA
SHE'S MY WORLD [COMPLETED]
Storie d'amore[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] Audrey itu dunianya Alroy. Sejak mengenal Audrey, Alroy merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Paras cantik Audrey memikat Alroy di kali pertama mereka berjumpa. Alroy pikir, Audrey sama seperti ke...