74.

833 51 6
                                    

Sepeninggal sang dokter, Siska beranjak berdiri. Perlahan tapi pasti ia berjalan menuju tempat di mana Audrey duduk. Siska menarik baju Audrey, membuatnya berdiri. Teman-temannya yang melihat itu langsung ikut berdiri.

"PUAS KAMU? PUAS SUDAH BUAT ANAK SAYA SEKARAT?! HAH?!!" Bentak Siska memekakan telinga.

Audrey tertunduk, ia tak lagi bisa menahan tangisnya.

"Maa hikss... Audrey gak dorong Ananta, ma.. Audrey minta maaf...." Lirihnya.

Tangan Siska terangkat dan hendak menampar Audrey. Namun dengan sigap Alroy berdiri di tengah-tengah mereka. Alhasil Alroy lah yang terkena tamparan Siska. Semuanya pun terkejut melihat hal itu.

"Sebenci itukah tante sampai menyalahkan Audrey seperti ini?" Tanya Alroy dengan menahan panas di pipinya.

"Kamu tidak tau apa-apa! Minggir kamu!" Ucap Siska sembari mendorong Alroy dengan penuh tenaga.

Alroy yang terkejut pun sedikit oleng ke samping. Kesempatan itu digunakan untuk mendorong Audrey ke belakang. Gadis itu terjungkal ke belakang tapi langsung ditangkal dengan sigap oleh Aldo.

"Tantee!" Seru Aldo penuh amarah.

Siska menatap Aldo dengan amarah juga. "DIAM KAMU ALDO! Gara-gara kamu anak ini selalu selamat, selalu dibela! Anak ini pembawa sial!! Dia sudah menghancurkan keluarga saya! Suami saya lumpuh gara-gara dia! Seandainya suami saya tidak lumpuh, dia pasti masih hidup!! Dan sekarang, anak saya sekarat gara-gara anak ini. SAYA BENCI DIA! DASAR PEMBAWA SIAL!!!" Ucapnya dan diakhiri dengan tamparan di pipi kanan Audrey. Setelah itu ia pergi meninggalkan mereka semua untuk menuju ruangan dokter.

Audrey menahan panas yang ditimbulkan dari tamparan mamanya. Rasa sakit di pipinya ini tidak sesakit di hatinya ketika sang ibu mengatakan dirinya pembawa sial. Ia menatap nanar punggung Siska yang semakin menjauh.

Ma, Audrey minta maaf, Audrey sayang mama. Batin Audrey bersuara.

---

Operasi Ananta baru dilaksanakan beberapa menit lalu. Siska memandangi lampu ruang operasi yang menyala dengan sangat khawatir. Tidak hanya Siska, tapi Audrey tak henti-hentinya menatap pintu ruang operasi. Ia melipat tangannya dan berdoa dalam hati.

Selesai berdoa Audrey mengambil botol air nya di bawah kursi lalu meminumnya. Degup jantungnya begitu cepat, menandakan bahwa ia benar-benar ketakutan. Ia takut sesuatu buruk terjadi pada Ananta.

"Drey," Panggil Aldo membuyarkan lamunan Audrey. Tangannya kemudian digenggam oleh Aldo. "Kakak beliin makan ya, kamu belum makan dari tadi."

Audrey menggeleng, ia tak mau makan saat ini, sama sekali tidak bernafsu.

Tangan Alroy bergerak merapikan anak rambut Audrey. "Drey, makan dulu. Perut kamu kosong, nanti sakit..." Pinta Alroy.

Lagi-lagi Audrey menggeleng. "Aku gak laper." Jawabnya singkat.

Tak lama kemudian terdengar beberapa derap kaki yang mendekat. Audrey menoleh, ternyata ketiga temannya, Syela, Charis, dan Andre, beserta para orang tua yang baru kembali dari makan siang mereka.

Ketiga temannya itu kemudian duduk di lantai, berhadapan dengannya.

"Ngapain kalian duduk di bawah? Ayo, naik." Ajak Audrey.

Syela dan Charis menggeleng, Andre menjawab, "Kalo duduk di atas kita gak isa deket, mending kita duduk di bawah dan bisa nemenin lo kayak gini."

Audrey tersenyum, hatinya begitu tersentuh mendengar jawaban Andre. Betapa bersyukurnya ia bisa memiliki sahabat yang selalu menemani dirinya dalam suka dan duka.

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang