46.

1K 58 0
                                        

Keluarga Syela, juga keluarga Andre, ditambah dengan Aldo, Charis dan Audrey sedang makan malam bersama di rumah Syela. Suasana di ruang makan hening sampai masing-masing dari mereka menyelesaikan menghabiskan makanan yang ada di atas piring.

“Makasih ya, Gis, makan malamnya.” Ujar Risa, mama Andre.

“Sama-sama, Ris. Nanti lain waktu aku undang Maria sama Amira juga biar lengkap.

“Boleh-boleh.” Jawab Risa gembira.

“Nanti saja waktu Audrey ulang tahun, pasti kumpul semuanya.” Saran Bram, papa Andre.

Roy menepuk jidatnya. “Oh iya, sebentar lagi Audrey ulang tahun.” Seru Roy sambil menoleh ke Audrey. “Kamu mau makan-makan di mana, Audrey?”

Audrey menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Masih lama kok, pa, sepuluh hari lagi.” Jawab Audrey malu-malu.

“Sepuluh hari itu cepet loh. Kamu mau pesta gak? Soalnya ini ulang tahun kamu yang ketujuh belas kan.” Tanya Roy lagi.

Audrey tersenyum menggeleng. “Audrey gak mau pesta, mau makan-makan di rumah aja sama papa mama, sahabat, dan yang lain.”

“Mau catering atau mau mama yang masak?” Tanya Gisell.

“Mama, Tante Risa, Tante Amira, sama Tante Maria aja yang masak.” Jawab Audrey.

Gisell dan Risa tersenyum lebar. “Wah kita dapat job besar nih, Ris.” Ujar Gisell.

Risa mengangguk. “Iyaa! Jadi gak sabar masak untuk Audrey.”

Audrey terkekeh. “Makasih, ma, tante.”

“Sama-sama.” Jawab Gisell dan Risa serempak.

Setelah membicarakan ulang tahun Audrey, Aldo kemudian berdeham. “Maaf ganggu obrolannya. Berhubung ada Tante Gisell, Om Roy, Tante Risa, dan Om Bram, Aldo ngewakilin papa mama mau minta izinnya buat ajak Audrey, Syela, Andre, sama Charis untuk liburan bareng.”

Bram terkekeh, “Gak usah seformal itu kali, Do, biasa aja.” Gurau Bram yang tidak terbiasa mendengar Aldo berbicara formal.

Risa ikut terkekeh. “Kita bolehin kok, Do. Orang tua kamu udah izin sendiri sama kita, jadi kamu gak usah izin lagi.” Jawab Risa.

Aldo tersenyum. “Aldo cuma mengulang, siapa tau om tante lupa, hehehehe.” Ujar Andre sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

“Jadi berangkat besok Jumat, Do?” Tanya Roy.

Aldo mengangguk. “Jadi, om.”

“Oke. Syela, Audrey, nanti ingetin mama buat surat izin untuk kalian.”

“Iya, ma.” Jawab Audrey.

Berbeda dengan Audrey, Syela justru nampak bersemangat. Ia mengepalkan tangannya, mengangkat ke atas lalu menariknya ke bawah, “YES! IZIN!” Seru Syela girang.

Melihat itu Bram tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Sama kayak bapaknya. Kalau udah izin gak masuk pasti nomer satu.” Sindir Bram sambil melirik Roy, mengingatkan Roy akan kebiasannya dulu.

Syela menyengir. “Iya dong, om, kan Syela anaknya papa.” Sahut Syela membuat semuanya terkekeh.

---

Kelima sahabat itu sedang berkumpul di pekarangan rumah Andre. Setelah makan malam selesai, mereka ingin menghabiskan malam bersama dulu.

“Cepet ya, bentar lagi Audrey sweet seventeen, terus tahun baru, ujian, kita wisuda, akhirnya mencar deh pada kuliah sendiri-sendiri.” Ujar Andre merenung.

Charis mengangguk. “Kita udah berapa lama ya berarti bareng-bareng?”

“Tujuh belas tahun. Waktu cepat banget ya berlalu. Gue jadi kangen masa kecil kita.” Ujar Aldo merindukan masa kanak-kanaknya.

“Sama. Gue juga kangen dulu waktu main ayunan, tinggi-tinggian sama Audrey.” Imbuh Syela.

Audrey terkekeh. “Menang gue terus tapi.”

Syela berdecak. “Iyalah, Kak Aldo kan lebih kuat dari Andre.”

“Andre mah cupu, Syel.” Gurau Aldo sambil menyenggol pundak Andre.

Andre menghembuskan napasnya kesal. “Udah gak usah bahas itu ah. Bahas kalian aja jadinya kuliah di mana?”

“Yang pasti gue sama Syela sih di Indonesia, Audrey di Prancis. Lo sendiri di mana?” Tanya Charis.

“Indo lah.” Jawab Andre lalu berpaling menatap Audrey. “Udah nentuin universitasnya, Drey?”

“Napa? Lo mau ikut kuliah di sana?” Tanya Aldo dengan nada sedikit sinis tapi sebenarnya hanya bermaksud bercanda.

“Aelah, Do, sewot ama lo kayaknya.” Decak Andre.

Audrey terkekeh. “Udah, Ndre. Doain ya supaya bisa dapat beasiswanya.

“AMIN!” Seru keempat sahabatnya serempak.

“By the way, kak, lo gak bawain kita oleh-oleh dari Prancis?” Tanya Syela membuka topik baru

“Bawa dong.” Jawab Aldo.

“Kok gak dibagiin?” Tanya Charis bingung.

Aldo menyengir. “Sumpah, Ris, lupa gue. Setiap kali mau bawa pasti ketinggalan.”

“Sebenernya lo bawa gak si, Do? Gak meyakinkan gitu.” Sindir Andre, memajukan bibirnya.

“Gue gak bohong, Ndre. Besok waktu ke Bali deh gue bawa sekalian.”

“Bali, kak?” Audrey menatap Aldo, kedua alisnya terangkat.

Aldo mengangguk. “Iya.”

“Kenapa gak besok aja?” Tanya Syela menyampaikan apa yang ada di pikiran Audrey.

Aldo menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Hehehehe, pas ke Bali aja, Syel.”

“Absurd banget sih, kak.” Ujar Charis sambil menggelengkan kepalanya heran.

Aldo menyengir. “Kalian sendiri gak ada oleh-oleh buat gue?” Tanya Aldo seraya menegakkan badan dan melipat tangan di depan dada.

“Gak ada! Lo orang Indonesia kok minta oleh-oleh dari Indonesia, gangguan otak lo.” Jawab Andre cepat.

“Bener tuh kata Andre.” Tambah Syela juga Charis menyetujui ucapan Andre.

Jika ketiga sahabatnya tidak menyiapkan apapun untuk Aldo, lain halnya dengan Audrey. Ia langsung menjentikkan jarinya ketika teringat ada sesuatu yang mau ia berikapan kepada Aldo.

“Audrey ada, kak! Ada yang mau Audre kasih ke kakak tapi lupa juga. Bentar ya, Audrey ambil dulu.” Cengir Audrey lalu berlari ke rumahnya.

Aldo tersenyum lebar mendengar Audrey menyiapkan sesuatu untuknya. “Makasih, Audrey!” Seru Aldo meski belum tau apa yang sebenarnya Audrey siapkan.

Sepeninggal Audrey, keempat orang itu langsung membentuk lingkaran.

“Gue lupa anjir kalau Audrey bentar lagi ulang tahun.” Ucap Aldo mengawali.

“Gak cuma lo kak, gue juga.” Imbuh Charis.

“Nah, makanya,” Ujar Aldo sambil menjentikkan jarinya. “Kalian udah nyiapin  kado atau rencana kejutan gitu?”

Syela menggeleng. “Untuk kejutan belum sih, kak. Terus kalau kado, Syela udah ada gambaran mau ngasih apa.”

“Lo mau ngasih apa, Syel?” Tanya Andre.

“Sepatu inceran dari dulu. Lo sendiri mau ngasih apa?”

“Gue kayaknya bareng bokap. Ntar tergantung bokap kasih apa.” Jawab Andre.

“Lah, enak kalian udah ada bayangan. Gue? Belum sama sekali.” Ujar Charis sambil cemberut.

“Kasih novel Tere Liye aja, Ris. Setau gue dia paling suka sama seri BUMI.” Ujar Aldo memberi pendapat.

“Oh iya-iya! Makasih ya, kak, gue beliin itu aja.” Ucap Charis.

“Lo sendiri nyiapin apa, kak?” Tanya Syela kemudian.

Aldo menatap Syela. “Gue kayaknya gak ngasih apa-apa, cuma bunga dan album masa kecil gue sama dia aja. Sebenarnya sih gue mau kasih kejutan, tapi belum kepikiran mau gimana.”

Mendengar Aldo yang hendak memberi kejutan, Andre langsung mendekatkan diri. “Gue ada ide.”

Semua pasang mata pun langsung menatap Andre. “Apaan?”

Andre tersenyum. Ia lalu membisikkan rencananya kepada yang lain. Cepat saja, hanya secara garis besar, sebab jika terlalu lama Audrey akan segera datang. Setelah Andre selesai menyampaikan rencananya, semuanya tersenyum setuju. Dan ternyata benar, tak lama kemudian Audrey sudah kembali sambil membawa setumpuk novel.

“Nih buat kakak.” Ujar Audrey sambil menyerahkan novel-novel itu kepada Aldo.

Saat menerimanya, mata Aldo berbinar-binar. Ia menatap Audrey dengan sangat bahagia, sebab Audrey memberikan seri novel yang sangat disukainya.

“MAKASIH, AUDREY!” Seru Aldo gembira sambil merangkul Audrey.

“Aduh, kak, jangan kenceng-kenceng. Leher Audrey sakit, bisa patah nanti.” Gurau Audrey.

Syela, Andre, dan Charis tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Mungkin, jika mereka sepasang kekasih, akan banyak pasang mata yang memandang iri keduanya. Mereka benar-benar cocok dengan status tersebut, sayangnya kasih sayang di antara mereka adalah kasih sayang adik-kakak bukan laki-laki dan perempuan.

Begitulah kelakuan lima sahabat itu jika sedang berkumpul bersama, apapun akan mereka bicarakan, baik penting atau tidak. Dulu sebelum Aldo berangkat ke Prancis, mereka sering berkumpul seperti saat ini. Tetapi setelah Aldo lulus, waktu itu menjadi berkurang. Kini sebentar lagi tidak hanya Aldo yang jauh, Audrey pun demikian karena juga akan berkuliah di Prancis. Namun bagi mereka, meski jarak ada di depan mata, persahabatan itu tidak akan luntur sebab mereka bukan sahabat melainkan keluarga.

---

Revisi : 06-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang