53.

919 61 6
                                        

Sudah dua hari Audrey tidak masuk sekolah. Niatnya kemarin ia akan masuk, tapi saat bangun, kepalanya masih sedikit pusing. Oleh sebab itu, Audrey memilih untuk kembali izin. Syukurlah hari ini kondisinya membaik, ia jadi bisa kembali ke sekolah.

Kini Audrey berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang sedang memoleskan lipbalm di bibirnya agar tidak kering. Setelah selesai bersiap-siap, Audrey beranjak mengambil ponsel yang ada di kasurnya. Audrey menempelkan telunjuknya untuk membuka layar kunci ponsel.

Sejenak Audrey menjelajahi media sosialnya. Lalu ia membuka aplikasi chattingnya untuk melihat apakah Alroy mengiriminya pesan atau tidak. Namun ternyata hasilnya nihil, tidak ada pesan dari Alroy. Hati Audrey pun rasanya bagaikan digores menggunakan pisau. Sakit.

“Alroy tau gak sih gue sakit?” Tanya Audrey lirih.

Awalnya Audrey sangat berharap kalau Alroy akan menjenguknya. Tapi dari kemarin ia menunggu, Alroy tak kunjung datang. Akhirnya Audrey hanya berharap Alroy mengucapkan cepat sembuh di ruang obrolan mereka dan hasilnya pun sama saja.

Akhirnya karena tidak menemukan apa yang ia inginkan, Audrey memilih kembali ke layar utama. Audrey mematikan ponselnya itu dan menyimpannya di dalam tas. Setelahnya Audrey menyampirkan tas di pundak kirinya lalu keluar kamar untuk menuju ruang makan.

---

“Pagi, ma.” Sapa Audrey melihat Gisell tengah menyiapkan sarapan.

Gisell yang sedang menyiapkan sarapan mengangkat kepalanya menatap Audrey. “Pagi, sayang. Gimana, udah enakan badannya?”

Audrey menarik kursi di sebelah Gisell. “Sudah, ma.”

Gisell menepuk pelan puncak kepala Audrey, “Puji Tuhan, anak mama sudah sembuh.”

“Eh sudah ada Audrey di sini.” Ujar Roy yang baru bergabung dan melihat Audrey sudah duduk manis di samping Gisell.

“Pagi, pa.” Sapa Audrey.

“Pagi, nak. Sudah sembuh?”

Audrey mengangguk. “Sudah.”

Roy tersenyum mendengarnya, “Puji Tuhan, syukurlah kalau begitu, papa jadi gak khawatir lagi besok kamu berangkat ke Bali.”

Audrey tersenyum. “Iya, pa.”

Tak lama kemudian Syela dan Aldo bergabung. Sebelum memulai aktivitas masing-masing, mereka berlima menikmati sarapan yang sudah Gisell masak.
Suasana pagi ini setidaknya bisa mengobati rasa pilu di hati Audrey karena hubungannya dengan Alroy yang semakin tidak jelas.

---

“Udah baikan lo, Drey?” Tanya Andre dari balik kemudi.

Kelima orang sahabat itu sedang berada di dalam mobil untuk berangkat sekolah. Aldo duduk di sebelah Andre, sedangkan para wanita berada di belakang.

Audrey melirik sahabatnya itu sekilas. “Lumayan, Ndre.”

“Syukurlah. Gue kirain liburan kita bakal batal gara-gara lo sakit.”

Btw, ngomongin liburan, berarti besok kita berangkat nih?” Tanya Syela di sela pembicaraan.

“Iya, siap-siap ntar malem, jangan lupa.” Jawab Andre mengingatkan.

Syela mengepalkan tangannya ke atas lalu menariknya ke bawah. “YES!”

Andre melirik Syela dari kaca spion tengah, “Soal libur aja nomor satu.” Cibir Andre.

“Dih, suka-suka gue dong. Lagian, siapa juga yang gak suka libur. Audrey yang ranking satu aja juga suka libur, ya kan, Drey?” Balas Syela sambil menyenggol Audrey.

“Tanya Charis coba, kalau dia setuju, gue setuju.” Jawab Audrey malas.

Syela kemudian melirik Charis. “Ya kan, Ris?”

Charis memutar bola matanya panas. “Gak usah bawa-bawa gue.”

Aldo terkekeh mendengar jawaban Charis.

“Kenapa, kak?” Tanya Charis heran.

“Ada couple baru ya di antara kita.” Ujar Aldo sambil melirik Andre.

“Maksudnya?” Tanya Charis semakin tak mengerti.

“Sekarang bukan lo ama Andre. Tapi Syela ama Andre. Lo gak cemburu, Ris?” Goda Aldo seperti biasanya.

Setelah mengetahui maksd Aldo, Charis langsung menatap Aldo tajam. “Sejak kapan gue sama Andre, kak? Kakak aja yang selalu ejek gue sama dia. Aslinya mah emang Andre cocoknya sama Syela, bukan gue.”

Kini giliran Charis yang mendapat tatapan tajam dari Syela dan Andre. Charis pun hanya menjulurkan lidahnya sebagai balasan tatapan mereka. Hal itu membat baik Syela maupun Andre semakin kesal.

“Iya udah kalian bertiga rebutan aja sendiri. Kakak maunya, ntar lima tahun lagi dapat kabar kalau salah satu dari kalian ada yang jadian.”

“ALDO!”

“KAK ALDO!!”

Teriak Andre, Syela, Charis bersamaan. Sedangkan Aldo dan Audrey hanya tertawa mendengar ketiga sahabat mereka yang nampak kesal.

Keseruan itu kemudian terhenti ketika mobil yang Andre kendarai sudah memasuki area sekolah. Setelah menepikan mobil, Andre dan Aldo segera bertukar tempat. Selanjutnya Audrey bersama ketiga sahabatnya sudah turun dari mobil. Audrey melambai pada Aldo, sedangkan yang lain tidak karena masih kesal dengan Aldo.

“Bye, kak!”

“Bye, Drey! Yang lain kalau gak say goodbye, besok gak gue traktir di Bali.” Ancam Aldo pada Andre, Syela, dan Charis.

“Eh, jangan-jangan,” Seru Syela langsung. “Ya udah, bye, kak!” Balas Syela sambil melambaikan tangan menuruti perkataan Aldo, sebab ia tidak ingin jika besok ia tidak traktir oleh Aldo di Bali.

Charis pun juga menuruti permintaan Aldo. “Bye, kak!” Ucap Charis sambil memajukan bibir.

Aldo tersenyum menatap keduanya. “Bye, sahabat-sahabat cantikku.” Jawab Aldo. Ia kemudian menatap Aldo yang masih diam di tempat. “Lo gak bye bye ama gue?”

“GAK! Masih kesel gue ama lo.” Ujar Andre sambil menghentakkan kakinya masuk ke dalam sekolah.

“DIH, PMS LO?” Seru Aldo dari dalam mobil. “Ya udah kalian masuk sana, dan untuk Audrey jangan kecapekan.” Ujar Aldo ketika melihat ketiga sahabat cantiknya masih terkekeh melihat kelakuannya dengan Andre.

“Iya, kak.” Jawab Audrey, Syela, dan Charis bersama.

---

Kring Kring Kring

Bel istirahat berbunyi. Audrey beserta kedua sahabatnya berjalan menuju kantin. Jika kebanyakan siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut, kali ini Audrey pergi ke kantin untuk melihat Alroy. Bila perlu, ia ingin mengobrol dengan kekasihnya itu, mengatakan bahwa kemarin ia sakit dan bertanya mengapa Alroy tidak menjenguknya.

Sesampainya di kantin yang sudah mulai penuh sesak, ketiganya mencari tempat duduk yang kosong. Tapi nampaknya, hampir semua bangku telah terisi.

“Eh, itu tu Andre. Kosong tuh, cuma berdua ama Angga, gabung aja yuk.” Ujar Syela sambil menunjuk meja Andre.

Mata Audrey berkeliling mencari keberadaan Andre. Saat menemukannya, ia hanya melihat Andre dan Angga sedang makan bersama, tidak ada Alroy. Hal itu membuat keningnya berkerut, ke mana Alroy? Tanya Audrey dalam hati.

Akhirnya tanpa basa-basi lagi, mereka bertiga langsung berjalan ke meja Andre.

“Kita gabung ya?” Tanya Syela begitu sudah berdiri di samping Andre.

Andre dan Angga menoleh. “Boeh-boeh” Jawab Angga tidak jelas karena mulutnya masih menguyah.

“Makasih. Gue pesen makan dulu. Lo mau titip gak, Ris, Drey?”

Audrey menggeleng. Ia tidak lapar, tujuannya ke kantin hanya untuk melihat Alroy.

“Pesen bareng aja, gue lagi pingin makan banyak.” Jawab Charis.

Syela dan Charis pun beranjak berdiri, memesan makanan masing-masing, meninggalkan Audrey sendirian bersama kedua sahabat Alroy itu.

“Lo kenapa gak makan?” Tanya Andre pada Audrey.

Audrey menggeleng, “Gak laper.”

“Gimana keadaan lo, Drey? Udah sehat?” Tanya Angga.

Audrey tersenyum. “Lumayan, Ga.”

Angga mengacungkan jempolnya. “Siip! Syukurlah.”

“Makan, Drey, ntar lo sakit lagi.” Nasihat Andre.

Lagi-lagi Audrey menggeleng. “Gak laper, Ndre, gue ke sini mau cari Alroy. Alroy ke mana?”

Angga berdecak. “Ealah, ternyata nyari doi. Cabut dia, Drey, di rooftop.”

Audrey tersenyum lalu bangkit berdiri. “Gue ke sana dulu.” Pamit Audrey.

Andre mengangguk. “Selesaiin, jangan berlaurt-larut lagi.”

“Pasti!” Seru Audrey sambil menepuk pundak Andre.

---

“Roy,” Panggil Audrey saat sampai di rooftop.

Mendengar namanya dipanggil, Alroy langsung membalik badan. Ketika melihat Audrey lah yang memanggilnya, Alroy mendengus juga berdecak. Tujuannya ke rooftop bukan untuk bertemu dengan Audrey, namun kenapa sekarang gadis itu justru berdiri di hadapannya.

Melihat Audrey langsung membuat Alroy teringat dengan tiga foto yang ia terima berturut-turut dua hari kemarin. Mengingat itu berhasil membakar lagi hatinya yang sudah hancur berkeping-keping. Rasa amarah pun juga kembali tersulut. Kedua matanya menatap Audrey dengan tajam.

“Ngapain lo kesini?” Tanya Alroy dengan nada tak bersahabat.

Audrey menelan salivanya dengan susah payah, cukup terkejut mendengar nada bicara Alroy dan perubahan panggilan yang laki-laki itu gunakan.

“Kamu ... kenapa?” Tanya Audrey hati-hati.

Alroy berbalik. “Harusnya gue yang tanya. Lo itu kenapa?”

Audrey menunjuk dirinya sendiri. “Aku? Aku kemarin sakit, Roy, Puji Tuhan sekarang aku udah sembuh. Kamu kenapa kemarin gak ke rumah? Kamu gak tau kalau aku sakit?”  Jawab Audrey menanyakan apa yang menjadi pertanyaannya dari pagi tadi.

“Kenapa lo nunggu gue jenguk? Bukannya gue gak penting di hidup lo?” Cibir Alroy.

Kening Audrey berkerut, tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Alroy. “Maksud kamu?”

Alroy menyilangkan tangan di depan dada. Kakinya melangkah maju, matanya tak lepas dari kedua bola mata Audrey yang nampak ketakutan sekarang.

“Mana selingkuhan lo? Udah putus makanya nyari gue lagi?”

Audrey tersentak, mulutnya terbungkam sempurna. Ia menunduk, menggigit bibir bawahnya. Kini jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah ini saatnya ia jujur? Tanya Audrey dalam hati.

“Kenapa diem? Jawab! Gue tanya. Mana selingkuhan lo?!” Tanya Roy membentak sebab emosinya sudah tidak lagi terkontrol.

Tangan Audrey mengepal kuat hingga gemetaran. Saat ini Audrey benar-benar takut. “Aku … a-aku … gak selingkuh, Roy.”

Alroy tertawa. “BOHONG TERUS! BOHONG TERUS! MAU SAMPAI KAPAN LO BOHONGIN GUE, HAH!?!”

Audrey mengerjap beberapa kali karena terkejut. Ia tidak menyangka Alroy berani membentaknya dengan begitu keras di saat Alroy sendiri belum meminta penjelasan darinya. Akhirnya, secara perlahan, Audrey mengangkat kepalanya, menatap kedua manik hitam milik Alroy yang nampak berapi-api.

“Roy, aku gak selingkuh. Kamu jangan asal nuduh, aku bisa jelasin semuanya.”

“CIH! UDAH KETAUAN SALAH MASIH AJA MAU BOHONG!” Seru Alroy dengan nada tinggi lagi.

Audrey menarik napas, menghembuskannya perlahan agar emosinya tidak ikut tersulut. “Kamu gak percaya aku, Roy? Aku gak selingkuh, gak mau denger penjelasan aku dulu?”

“GAK PERLU! GUE UDAH GAK PERCAYA SAMA LO! LO ITU PEMBOHONG!” Tuduh Alroy.

Kini emosi Audrey benar-benar terpancing. Tatapannya pada Alroy juga sudah menajam. Sebenarnya ia tidak masalah jika Alroy marah dalam keadaan normal, tapi sekarang, Alroy justru terus-terusan membentaknya dan menuduhnya seakan-akan ia lah yang paling bersalah dalam masalah ini.

“GUE GAK SELINGKUH. DAN GUE GAK BOHONG SAMA LO.” Balas Audrey.

Bukannya terkejut, Alroy justru menaikkan kedua alisnya. “Kenapa lo balik marah?”

“Karena lo yang mulai duluan.” Jawab Audrey sambil menunjuk Alroy.

“Gue gak akan marah kalo lo gak selingkuh di belakang gue.” Alroy menatap Audrey tajam. “Lo tau, gue kecewa sama lo. Gue baru tau ternyata lo seburuk ini. Lo tega main di belakang gue.”

Audrey menekan giginya lalu digesekkannya ke kanan dan ke kiri. “Tanpa minta penjelasan apapun, lo udah nuduh gue selingkuh. Atas dasar apa lo nuduh gue selingkuh? HAH?!” Bentak Audrey jengkel.

Alih-alih amarahnya meredam, Alroy justru semakin tersulut. Alroy merasa dirinya itu sudah mengetahui semuanya, tapi mengapa Audrey bukannya mengaku lalu meminta maaf malah justru memperkeruh suasana.

“OKE KALO LO MINTA BUKTI!” Ujar Alroy langsung berlari ke kelasnya.

Alroy mengambil amplop coklat di tasnya. Di dalam amplop itu terdapat tiga foto yang dikirimkan oleh seseorang yang sampai saat ini tidak ia ketahui, dan foto itu adalah foto Audrey dengan cowok yang tidak dikenalnya. Setelah amplop coklat ada di tangannya, Alroy segera berlari lagi ke rooftop.

“Semua bukti itu ada di dalam. Tanpa penjelasan dari lo, semua bukti itu sudah menjelaskan.” Seru Alroy sambil melemparkan amplop coklatnya ke Audrey.

Audrey mengambil amplop coklat yang jatuh tepat di kakinya. Ketika membuka dan melihat isinya, betapa terkejutnya dia. Di dalam amplop itu ada tiga foto dirinya dengan Aldo.

“Siapa yang ngirim?” Tanya Audrey tanpa mengalihkan pandangannya dari ketiga foto tersebut.

Audrey bertanya demikian karena penasaran dengan sang pengirim. Ia yakin, pengirim foto tersebut memiliki maksud tertentu. Aneh rasanya ada seseorang yang mengirimi Alroy foto dirinya dengan Aldo.

“Lo gak bisa jelasin kan? Foto itu udah ngebuktiin semuanya. Lo emang selingkuh. Lo gak perlu tau pengirimnya.”

Mendengar jawaban Alroy yang tidak memuaskan membuat Audrey berpikir. Orang yang mengirim ini pasti memiliki tujuan untuk memisahkan hubungannya dengan Alroy. Sejenak ia memikirkan nama-nama yang dicurigai. Muncullah satu nama yang membuat Audrey yakin, orang inilah pelakunya.

“Ananta yang ngirim?” Tanya Audrey lagi.

“Lo salah tapi malah cari kambing hitam. Pengecut.” Ucap Alroy menohok.

Mendengar itu membuat Audrey kembali tersulut emosi. Ia menatap Alroy tajam. Foto yang tadi ia pegang, dihempaskan ke wajah Alroy begitu saja.

“UDAH GUE BILANG BERAPA KALI, GUE ENGGAK SELINGKUH! MAU LO APASIH, ROY?!”

Alroy memandang Audrey. Ia menarik nafas, lalu menghembuskannya kasar. “Gue mau putus. Gue kecewa sama lo.”

Audrey membulatkan matanya sempurna, “Putus lo bilang? Tanpa penjelasan apapun dari gue, lo bilang putus, Roy?”

Alroy menolehkan kepalanya ke samping. “Gue udah bilangkan, foto itu menjelaskan semuanya. Gue gak butuh penjelasan lagi dari lo.”

DEG!

Jantung Audrey rasanya berhenti berdetak. Hatinya juga terasa seperti dihantam sesuatu. Rasanya begitu sakit melihat buah dari kebohongannya selama beberapa minggu ini, padahal tujuannya berbohong bukanlah untuk dirinya, melainkan untuk janjinya pada Alroy. Tapi sekarang, apa balasan Alroy? Dia justru meminta putus.

“Oke kalau itu yang lo mau. Kita putus. Setelah ini gue mau minta sesuatu untuk terakhir kalinya. Tanggal dua puluh dua nanti lo dateng ke rumah Syela. Lo akan ketemu jawaban yang sesungguhnya. Jawaban kenapa gue bohong sama lo dan siapa cowok yang ada di foto itu.” Ujar Audrey lalu pergi meninggalkan Alroy.

Sepeninggal Audrey, Alroy terduduk di kursi yang ada. Mendengar ucapan Audrey yang terakhir kali entah kenapa langsung membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Audrey berkata dengan yakin kalau dia tidak selingkuh, bahkan saat melihat foto yang Alroy bawa, Audrey juga tidak seperti orang yang tertangkap basah sedang mencuri.

Audrey benar-benar membuat Alroy merasa bersalah. Sepercik rasa penyesalan pun mulai menyerang hati Alroy. Kini ia takut kalau-kalau keputusannya melepas Audrey adalah hal yang salah. Jika benar ia salah, maka hancur sudah hatinya. Perjuangannya dulu akan sia-sia begitu saja.

“AARGGHH!! ANJING!” Umpat Alroy kasar dan juga takut.

Sekarang untuk membuktikan apakah keputusannya benar atau tidak hanya dengan menuruti permintaan Audrey, yaitu mengunjungi rumah Syela ketika Audrey berulang tahun beberapa hari lagi. Ya, Alroy harus ke rumah Syela.

---

“Gue putus.” Ujar Audrey mengejutkan keempat sahabatnya.

Kelima sahabat itu saat ini sedang bersama di rumah Aldo. Mereka berencana untuk menginap agar besok mereka bisa berangkat bersama dan tidak saling mencari ketika di bandara.

Dalam kesempatan kumpul ini, Audrey menggunakannya untuk menceritakan akhir dari hubungannya dengan Alroy.

“HAHH?! SERIUS?!” Syela dan Charis berseru bersama.

“Mm.” Jawab Audrey bergumam.

Audrey masih tak habis pikir dengan Alroy. Bisa-bisanya Alroy tidak memikirkan siapa pengirim amplop itu dan langsung mempercayainya begitu saja. Alih-alih sakit hati, Audrey lebih merasa marah pada Alroy.

Jujur, Audrey sangat kecewa dengan Alroy. Alroy menuduhnya tanpa meminta penjelasan, Alroy juga menuduhnya atas bukti yang seharusnya Alroy cari tau dulu darimana sumbernya.

“Dia curiga gue selingkuh. Waktu gue minta buktinya, dia nunjukin gue foto-foto gue sama Kak Aldo. Dan tanpa penjelasan apapun dia minta putus.”

“Kamu setujuin gitu aja?” Tanya Aldo akhirnya bersuara.

Audrey mengangguk. “Iya, karena Audrey sudah terlanjur kecewa. Pertama, dia bentak Audrey. Kedua, dia gak minta penjelasan dan langsung menuduh seolah-olah hanya Audrey yang salah. Audrey tau, Audrey memang salah karena sudah bohong, tapi Audrey berbohong juga gara-gara dia karena dia sudah buat Audrey berjanji. Ketiga, lagi-lagi Alroy gak mau tanya dulu sama Audrey tentang laki-laki yang ada di foto. Intinya, Audrey kecewa sama Alroy. Alroy keras kepala, asal nuduh, dan gak percaya sama Audrey.”

Andre menatap Audrey. “Lo gak akan nyesel putus dari dia?”

Audrey menoleh ke Andre. “Gue rasa gue gak perlu nyesel. Di sini posisi gue lebih benar daripada dia. Seandainya dari awal dia gak cemburu buta sama Kak Aldo, gue pasti akan cerita jujur. Berhubung dia cemburu dan dia nyuruh gue berjanji untuk gak bahas Aldo, gue bisa apa selain menutupinya?”

“Secemburu apa sih Alroy sama Kak Aldo?” Tanya Charis penasaran.

“Dulu gue cerita tentang Kak Aldo, dia rada gimana. Terus waktu gue sama Andre ngomongin Kak Aldo, dia diemin gue. Pas nyelesaiin dia minta gue janji untuk gak bahas ataupun ceitain tentang Kak Aldo kalau kita lagi berdua. Nah puncaknya ya waktu gue, Andre teleponan sama Kak Aldo. Saat itu Alroy tau, dia tanya ke gue siapa yang gue telepon. Gue gak jawab jujur. Akhirnya masalahnya berkembang, tapi intinya sama, yaitu tentang Kak Aldo.” Cerita Audrey menjelaskan secara singkat.

“Kakak mau ketemu sama dia, Drey.” Celetuk Aldo menatap Audrey dengan ciri khas seorang kakak. Jujur saja, Aldo tidak terima dengan tindakan Alroy kepada Audrey.

Audrey menoleh ke Aldo. “Audrey sudah undang dia waktu Audrey ulang tahun. Nanti Audrey akan jelasin ke dia.”

“Oke kalau gitu. Kakak udah gak sabar liat cowok yang bisanya cuma nyakitin hati cewek.” Ujar Aldo cukup tajam.

“Terus sekarang pertanyaannya, lo tau siapa yang ngirim foto itu, Drey?” Tanya Syela.

Audrey menggeleng. “Enggak. Tapi gue udah curiga sama satu orang.”

“Ananta?” Tanya Andre dan Charis bersamaan.

Audrey mengangguk. “Iya.”

---

Revisi : 11-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang