34.

1.1K 70 7
                                        

“Ngambek lo gitu aja.” Ujar Audrey sambil duduk berhadapan dengan Andre di salah satu gazebo yang ada.

“Gue kesel gak ngambek. Lo semakin lama semakin nyebelin tau gak.” Jawab Andre tanpa menatap Audrey.

Audrey hanya menjulurkan lidahnya sebagai balasan. Ia lalu menatap sekelilingnya. Taman belakang rumah Angga benar-benar besar, lebih besar dari taman belakang rumah Syela.

Wow.. Kagum Audrey dalam hati melihat hamparan hijau yang membentang cukup luas. Namun kegiatannya mengagumi taman rumah Angga itu harus terhenti karena panggilan dari Andre.

“Drey.”

Audrey menoleh ke Andre dengan kedua alis terangkat. “Apa?”

“Lo habis dari mana sih sama Alroy?” Tanya Andre ingin tau.

“Dari jalan.” Jawab Audrey bercanda.

Andre yang mendengar itu menatap Audrey tajam. “Drey, kesabaran gue udah tipis, jangan lo uji-uji terus bisa?”

Audrey terkekeh. “Iya-iya, Andrean Navandra. Tadi gue diajak Alroy ke makamnya Gita.” Jelas Audrey pada akhirnya.

Kening Andre berkerut. “Gita? Gita sahabatnya Alroy kan? Lo kenal?” Tanya Andre bingung.

Audrey menghela napasnya. “Gue gak kenal, Ndre, Alroy yang cerita semuanya.”

“Berarti lo udah tau permasalahannya Alex sama Alroy?” Tanya Andre lagi.

Audrey mengangguk. “Gue gak nyangka ternyata Alex sepengecut itu dan justru menyalahkan Alroy atas kesalahannya sendiri.” Ujar Audrey berpendapat.

Andre menatap Audrey. “Lo bener, gue juga gak nyangka sama Alex. Eh, terus lo udah tau kalau si Gita pernah suka sama Alroy?”

Audrey mengangguk lagi. “Udah, kenapa emangnya?”

“Ooohh, gue kira Alroy gak cerita bagian itu. Lo tau, gue kadang kalau keinget Gita pernah suka sama Alroy tuh jadi ketawa sendiri, soalnya kan gara-gara alasan itu si Alroy jadi suka ganti cewek padahal aslinya mah Alroy gak kayak gitu.”

Audrey berdecak maklum. “Ya kan Alroy gak mau persahabatan dia dan Gita rusak gara-gara rasa cinta. Gue sih wajar-wajar aja kalau Alroy ngelakuin itu, alasannya logis, biar Gita gak suka lagi sama dia karena dia playboy.”

“Tapi kok lo suka sama cowok playboy?” Goda Andre.

“Bukannya barusan lo sendiri yang bilang kalau Alroy bukan playboy?” Jawab Audrey membungkam Andre.

“Pinter lo gak pernah hilang ya, Drey.” Ujar Andre dengan ekspresi datar.

“Iyalah Audrey.” Audrey menjulurkan lidah sambil menahan tawa.

Alih-alih menjawab ucapan Audrey yang pasti akan menang darinya, Andre memilih diam, memikirkan topik baru untuk mengobrol bersama Audrey karena sudah lama ia jarang berbicara dekat dengan sahabat kecilnya itu seperti saat ini.

Pembahasan tentang Gita dan Alroy beberapa menit lalu membuat Andre teringat dengan Aldo dan Audrey juga permasalahan di antara mereka berdua. Sebuah ide kemudian terlintas di pikiran Andre.

“Drey, Gita sama Alroy kalau dilihat-lihat tuh kayak lo sama Aldo tau gak.” Ujar Andre memecah keheningan.

Audrey menoleh menatap Andre. “Kok nyambung gue ama Kak Aldo sih? Udahlah jangan bawa-bawa Aldo dulu, gue lagi kangen.” Jawab Audrey.

Andre berdecak. “Kalau kangen ya lo chat lah.”

“Gak mau.” Jawab Audrey cepat.

Andre terkekeh. “Gengsi lo?”

Audrey melirik sinis ke Aldo. “Berisik lo.”

Andre mengangkat bahunya. “Ya udah sih kalau lo gak mau chat dulu berarti gue harus bertindak.” Ucap Andre sambil mengeluarkan ponselnya lalu segera memanggil video dengan seseorang.

“Nd-ndre! Ndre, lo jangan aneh-aneh deh.” Ujar Audrey gugup.

Andre tersenyum. “Nih.” Jawab Andre sambil menunjukkan nama yang tertera di layar ponselnya.

Aldo berdering

Jantung Audrey berpacu lebih cepat setelah membaca nama yang Andre panggil. Beberapa detik kemudian, layar ponsel itu sudah dipenuhi dengan wajah yang begitu ia rindukan satu tahun ini.

“Halo? Kenapa, Ndre?”

Suara itu. Audrey juga merindukannya.

“Halo, Do, lo sibuk gak?” Tanya Andre sambil menatap Audrey dengan senyum lebarnya.

“Lo kenapa sih senyum-senyum sendiri? Kesambet? Jijik gue liatnya.” Ujar Aldo mengganti topik.

Mendengar Aldo yang tidak menjawab pertanyaannya membuat Andre menatap wajah Aldo dengan kesal. “Gue tanya lo sibuk gak, bukan nyuruh lo ngeledek gue, Aldo.” Balas Andre penuh penekanan.

Aldo terkekeh di seberang sana. “Gue gak sibuk, emang kenapa sih?”

“Ada yang kangen ama lo tapi gengsi untuk nyapa duluan.”

“Siapa?” Tanya Aldo penasaran.

Andre tersenyum lebar lagi lalu mengarahkan kamera depan ponselnya ke wajah Audrey. “Tuh adik kesayangan lo.” Jawab Andre sambil menyuruh Audrey untuk mengambil alih ponselnya.

“AUDREY!” Seru Aldo setelah melihat wajah Audrey.

Audrey tersenyum kikuk. “H-hai, kak.”

“Kamu tuh ke mana aja sih, Audrey? Kenapa gak pernah chat atau telepon kakak? Kakak khawatir tau gak.” Omel Aldo.

Audrey menggaruk tengkuk kepalanya. “Audrey… Audrey di sini kok, kak, Audrey baik-baik aja… Kabar kak-kakak gimana?” Tanya Audrey gugup.

“Gak baik! Kenapa gak pernah hubungin kakak lagi?”

Audrey menatap Aldo takut-takut. Ia menelan salivanya dengan susah karena bingung harus menjelaskannya atau tidak. Lalu belum sempat ia menjawab, suara Andre lebih dulu memotong apa yang ingin Audrey katakan pada Aldo.

“Dia gak mau ganggu lo, katanya lo sibuk.”

“Kakak gak sibuk, Drey.” Jawab Aldo.

“Tapi waktu itu kakak bilang kakak sibuk, jangan chat dulu, ya udah Audrey gak hubungin kakak lagi sejak itu. Audrey gak mau ganggu kakak.” Cicit Audrey menjelaskan.

Di seberang sana, Aldo nampak terkejut dengan penjelasan Audrey. “ASTAGA, Audrey Devira, adikku tersayang, kesayangannya Aldo, kamu gak ganggu kakak, kamu tuh salah paham. Saat itu kakak gak bermaksud bilang kalau kamu ganggu kakak, tapi emang kakak lagi sibuk, kakak takut gak bisa jawab telepon atau chat kamu makanya kakak bilang begitu. Eh gataunya sampe sekarang kamu gak hubungin kakak lagi.”

“Terus kenapa kakak gak hubungin Audrey dulu kalau gitu?” Tanya Audrey.

Mendengar pertanyaan Audrey itu, Aldo nampak tidak bisa menjawabnya. “Kakak bingung mau mulai gimana. Maaf ya, Audrey.” Cengir Aldo.

Audrey yang tadinya takut-takut langsung berubah kesal. Ia berdecak. “Bilang aja gengsi untuk chat duluan, jadi sekarang impas ya, sama-sama gengsi jangan saling menyalahkan.”

“Iya impas, jadi kita udah baikan kan?”

Audrey tersenyum sambil mengangguk. “Kakak lagi apa?” Tanya Audrey berganti topik.

“Lagi di apart aja, gak ngapa-ngapain. Eh iya, besok kalau gak lusa kakak telepon ya, nomor kamu masih yang lama kan?”

Audrey mengangguk lagi. “Mau ngomong apa, kak?”

“Adalah, nanti aja.”

“Kenapa gak sekarang?” Tanya Audrey penasaran.

Aldo tersenyum. “Gapapa, Audrey. Btw, ini kamu lagi di mana sih, kok yang lain gak ada? Kamu lagi berdua aja sama Andre?” Tanya Aldo yang merasa asing dengan latar belakang tempat Audrey duduk.

“Di rumah temen gue.” Jawab Andre sebelum Audrey membuka mulutnya.

“Ngapain lo ngajak Audrey ke rumah temen lo? Jangan bilang lo pindah hati dari Charis ke Audrey?”

Andre mengambil ponselnya dari tangan Audrey. “Lo gak usah mulai ya, Do, gak ada Charis lo bawa-bawa namanya. Lagian gue gak mungkin punya perasaan ke Audrey, bisa habis gue sama cowoknya.” Ceplos Andre tak berhenti.

“Ndre!” Tegur Audrey saat mendengar Andre secara tersirat mengatakan pada Aldo bahwa dirinya sudah memiliki pacar.

“Kasih hp lo ke Audrey, Ndre.” Suruh Aldo.

Andre menyengir sambil memberikan ponselnya ke Audrey. “Hehehe, maaf keceplosan.”

Audrey melirik Andre kesal. Ia lalu menerima ponsel Andre dan melihat Aldo yang sedang menatapnya meminta penjelasan.

“Sejak kapan pacaran, Audrey?” Tanya Aldo.

Audrey menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab Aldo bagaimana. Ia takut kalau Aldo akan memarahinya karena pacaran dan tidak menceritakannya sebab Aldo itu sangat posesif dengan dirinya.

“Kenapa diem, Drey?” Tanya Aldo lagi.

Audrey menggaruk tengkuk kepalanya. “Baru dua mingguan kok, kak.”

Aldo terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Terus kenapa gak cerita kakak?”

“Kan kemarin kita belum baikan, kak.”

“Kan sekarang sudah. Jadi kapan mau kenalin ke kakak?” Tanya Aldo dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Ketika mendengar pertanyaan Aldo itu, Audrey langsung terdiam. Mengenalkan Aldo pada Alroy? Audrey pikir sepertinya itu bukan hal yang baik untuk dilakukan saat ini. Pertama,  Alroy cemburu dan merasa rendah diri dari Aldo. Kedua, Audrey sudah berjanji untuk tidak membahas Aldo jika sedang berdua dengan Alroy. Dengan dua alasan itu, apalagi alasan kedua, Audrey sama sekali belum memikirkan cara untuk mengenalkan mereka berdua.

“Drey?” Panggil Aldo membuyarkan lamunan Audrey.

Audrey mengerjap beberapa saat. “Eh, i-iya, kak?” Jawab Audrey sambil menatap Aldo di layar ponsel Andre.

“Kakak bentar lagi balik Indo, nanti kenalin kakak sama pacar kamu ya. Kakak penasaran siapa sih yang udah berhasil luluhin hati kamu. Hehehhe.”

Lagi. Ucapan Aldo membuat Audrey diam terpaku. Aldo akan balik ke Indonesia dan sangat ingin dikenalkan pada Alroy. Sekarang apa yang harus ia lakukan?

Kepala Audrey terasa berdenyut memikirkan hal yang tiba-tiba seperti ini. Di satu sisi ia ingin mengenalkan dua orang yang cukup penting dalam hidupnya itu, tapi di sisi lain ia bingung bagaimana cara untuk melakukannya. Janjinya dengan Alroy sekarang justru mempersulit dirinya sendiri untuk membahas Aldo dengan kekasihnya itu.

Ah, kenapa semuanya nampak rumit? Keluh Audrey dalam hati.

“Drey!” Seru Andre tiba-tiba mengejutkan Audrey yang masih melamun.

“Eh, apa-apa?” Tanya Audrey bingung.

“Lo daritadi dipanggil Aldo malah melamun.” Jawab Andre.

Audrey pun lalu langsung menatap Aldo. “Kenapa, kak?”

Aldo menggeleng. “Gapapa, gak jadi. Kamu jangan sering ngelamun nanti kesambet. Udah ya, kakak matiin dulu, mau mandi terus siap-siap berangkat kuliah.”

“Oohh, oke, kak, semangat kuliahnya.” Jawab Audrey berusaha tersenyum untuk memberi Aldo semangat.

“Iyaa, nanti agak maleman kakak hubungin kamu lagi.” Ujar Aldo.

“Oke. Bye!” Audrey melambaikan tangannya.

“Bye!” Balas Aldo sambil melambaikan tangannya juga.

Setelah itu panggilan kemudian berhenti. Audrey memberikan kembali ponsel milik Andre.

“Makasih.”

Andre menerima ponselnya lagi. “Baikan gini kan gue jadi enak liatnya.”

Mendengar perkataan Andre itu Audrey hanya terkekeh ringan. Kini pikirannya sedang dibingungkan dengan rencana baliknya Aldo dalam waktu dekat dan cara mengenalkan Aldo pada Alroy.

---

“Gue haus nih, Ga, masa lo gak nyiapin minum sih buat gue?” Tanya Alroy setelah kalah dan harus mengakhiri permainannya.

Angga yang masih fokus pada game hanya berdecak. “Ambil sendiri sana, gue nanggung ini.” Jawab Angga.

Alroy menimpuk punggung Angga dengan bantal sofa. “Mager gue.”

“Ya udah gak usah minum.” Jawab Angga santai tanpa mengalihkan fokus dari ponselnya.

“Anjir lo dasar!” Umpat Alroy kesal.

Akhirnya karena memang sudah haus dan Angga tidak mau mengambilkan minum, Alroy bangkit berdiri dengan penuh rasa malas. Ia kemudian berjalan ke arah dapur. Sesampainya di dapur, samar-samar Alroy mendengar Audrey sedang bertelepon dengan seseorang. Dalam pendengarannya ini, Alroy merasa nada bicara Audrey sedikit berbeda.

Hal itu membuat Alroy berpikir, siapa yang Audrey telepon? Karena penasaran Alroy pun melangkahkan kakinya agar bisa mendengar lebih jelas, namun sayangnya, tetap saja hanya terdengar samar-samar. Akhirnya setelah beberapa menit berdiri dan tidak mendengar apapun dari pembicaraan Audrey dengan seseorang di telepon tersebut, Alroy memilih untuk kembali. Ia berpikir untuk menanyakannya langsung pada Audrey nanti ketika ia mengantar gadis itu pulang.

---

Alroy menginjak rem saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ia lalu menoleh ke Audrey yang sedang memandangi keadaan di luar jendela. Sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk menanyakan rasa penasarannya tentang seseorang yang Audrey telepon di rumah Angga tadi.

“Sayang,” Panggil Alroy.

Audrey menoleh, “Iya?” Jawab Audrey.

“Tadi aku dengar kamu lagi teleponan sama seseorang. Siapa?” Tanya Alroy tanpa basa-basi.

Pertanyaan itu langsung membuat Audrey tersentak, jantungnya pun jadi berpacu lebih cepat. Perasaannya kini campur aduk. Audrey tidak menyangka kalau Alroy akan menanyainya sesuatu yang tidak mungkin ia jawab dengan jujur.

“Sayang, siapa?” Tanya Alroy lagi karena Audrey nampak melamun.

Audrey mengerjap beberapa saat. “Eh, masa? A-aku gak.. gak teleponan sama siapa-siapa.” Bohong Audrey.

Mendengar itu Alroy langsung terperangah. Ia yakin tadi mendengar Audrey sedang bertelepon dengan seseorang tapi mengapa Audrey justru berkata tidak?

“Drey, aku tadi dengar sendiri kalau kamu ---”

“Aku gak telepon siapa-siapa, Roy, kamu pasti salah dengar.” Potong Audrey cepat.

Alroy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus bagaimana. Jujur, saat ini hatinya sangat sakit mengetahui fakta bahwa Audrey telah membohonginya. Ia tidak percaya, gadis yang begitu sayang tega melakukan itu padanya.

“Drey,” Panggil Alroy.

“Apa?” Jawab Audrey.

Alroy menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. “Kamu beneran gak teleponan sama siapa-siapa?” Tanya Alroy untuk memastikan terakhir kalinya.

Audrey menggeleng. “Enggak, Roy.” Tegas Audrey dengan suara sedikit gemetar.

Alroy tersenyum tipis mendengar kebohongan Audrey. Ia lalu hanya menjawab oke. Beruntung setelah itu lampu berubah menjadi hijau, Alroy pun kembali fokus menyetir dan tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka, hanya sesekali Alroy melirik Audrey sambil menahan sakit di hati akibat kebohongan yang Audrey lakukan.

Kamu salah besar, Drey, udah bohongin aku. Gumam Alroy.

---

Revisi : 20-06-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang