12.

1.7K 146 19
                                    

Alroy sudah berada di kelasnya tepat pukul enam lebih lima belas. Biasanya ia akan datang pagi jika memiliki alasan, begitu juga hari ini. Ia datang lebih awal agar bisa menanyai Andre perihal dugaannya tentang Audrey kemarin.

Tak lama kemudian, orang yang ditunggu-tunggu itupun datang.
Andre menatap Alroy dengan mata disipitikan. “Gak salah lihat nih gue?”

Alroy bangkit berdiri, mencubit pipi Andre. “Gak. Cepetan duduk gue mau tanya.” Jawab Alroy sambil duduk lagi.

Andre menarik kursi di sebelah Alroy. “Tanya apa?”

Alroy menatap Andre seraya melipat tangan di meja. “Rumah yang kemarin lo tunjukin itu rumahnya Syela kan, terus rumah Audrey yang sebenarnya di mana?”

Andre tertegun mendengar pertanyaan Alroy. “Y-ya rumah Audrey di situ, Al.”

“Lo gak bohong?” Alroy memicingkan matanya.

“Buat apa gue bohong. Dia memang tinggal di situ.”

Alroy sedikit mencondongkan badannya ke Andre. “Terus kenapa Syela manggil papanya Audrey dengan sebutan papa? Bisa lo jelasin ke gue?”

Mendengar pertanyaan Alroy membuat Andre memalingkan wajahnya. “Gue gak bisa.” Jawab Andre.

“Kenapa?”

“Gue gak bisa, Al, dan gak ada alasan juga buat lo mengetahui hal itu.” Tegas Andre seraya mengeluarkan ponsel dan earphonenya dari dalam tas.

Alroy tidak mendapat jawaban seperti yang diinginkannya. Setelah melihat Andre menggunakan earphone, Alroy memilih untuk sibuk dengan pikirannya sendiri. Kini ia benar-benar penasaran dengan gadis bernama Audrey itu dan ia bertekad untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya.

---

Kring Kring Kring

Bel istirahat pertama berbunyi. Tempat bernama kantin pun mulai tampak ramai oleh kerumunan siswa-siswi yang kelaparan, namun hal berbeda terjadi pada Alroy. Meski perutnya minta diisi, Alroy tidak berjalan ke kantin melainkan ke kelas 12 IPA 1.

“Audrey!” Seru Alroy sambil melompat masuk ke kelas yang sudah dua minggu ini sering ia kunjungi.

Tepat seperti biasanya, Audrey berada di dalam kelas sambil menggambar sesuatu. Alroy pun langsung mengambil tempat di hadapan gadis itu.

“Lo gambar apa hari ini?” Tanya Alroy mau tau.

Audrey melirik Alroy sekilas, tak menggubrisnya dan memilih untuk melanjutkan lagi gambarnya.

“Diem aja lo, Drey.” Ujar Alroy seperti baru pertama kali bertemu Audrey.

“Tapi cantik sih, hehehe.” Ujar Alroy lagi.

Audrey yang bosan mendengar kata-kata itu langsung menatap Alroy tajam. “Silahkan keluar kalau lo cuma mau ganggu gue!”

Alroy cemberut. “Ntar lo kangen kalau gue keluar, kan biasanya gue nemenin lo.”

Audrey menarik nafas dan langsung membuangnya. “Emang gue nyuruh lo untuk nemenin gue? GAK!” Seru Audrey sambil menatap Alroy dan meliriknya dengan sinis.

Tanpa Audrey ketahui, ekspresinya yang seperti itu telah menjadi candu bagi Alroy. Ya, Alroy sangat menyukai lirikan sinis dan tatapan tajam dari Audrey.

“Gak sih, tapi gue maunya nemenin lo, heheheh.” Cengir Alroy tanpa rasa bersalah.

“Keluar lo sekarang!” Perintah Audrey seraya menunjuk pintu kelasnya.

Alroy menatap pintu kelas Audrey lalu menggeleng. “Gak mau, gak mau, gue mau di sini. Gue janji gak akan ganggu lo deh, lo bisa lanjutin aktivitas lo lagi.” Ujar Alroy sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Audrey memandang jari kelingking itu sambil melirik Alroy. Ia kemudian melanjutkan kembali aktivitas menggambarnya tanpa menjawab Alroy.

Alroy pun tersenyum. Meski Audrey tidak mengatakannya secara langsung, tapi ia cukup mengerti bahwa Audrey mengizinkannya untuk tetap tinggal.

“Eh, tapi bentar deh.” Ujar Alroy tiba-tiba membuat Audrey mengangkat kepalanya lagi dan menatap Alroy dengan kedua alis yang terangkat.

“Lo gak makan?” Tanya Alroy karena biasanya ia melihat Audrey sedang makan sambil menggambar atau membaca sesuatu.

Audrey menggeleng. “Gak bawa bekal.” Jawabnya singkat.

Alroy sedikit memiringkan kepalanya dan sebuah ide muncul, membuatnya tersenyum. “Gue beliin ya? Lo mau makan apa?”

Audrey menatap Alroy sejenak lalu kembali sibuk dengan buku gambarnya. “Gue gak lapar.”

“Tapi kan lo ---” Alroy menghentikan ucapannya ketika Audrey mengangkat kepala dan menatapnya datar.

Perintah tak langsung Audrey itu berhasil membuat Alroy diam. Dan karena bosan, Alroy pun beranjak berdiri, pindah ke bangku sebelah Audrey yang kosong. Ia lalu meletakkan tangannya di atas meja sebagai bantalan bagi kepalanya. Posisi ndelosor yang nyaman berhasil ia atur, kini ia bisa menatap Audrey dari samping.

Sembari menikmati kecantikan Audrey, pikiran Alroy kembali memutar percakapannya dengan Andre pagi tadi, tak lupa juga dengan kejanggalan yang ia rasakan kemarin malam. Sebenarnya, apa masa lalu Audrey sampai membuatnya menjadi seperti sekarang ini? Terlalu menyakitkan kah masa lalu yang dimiliki gadis itu?

Ah, bodohnya ia menanyakan hal itu pada dirinya sendiri, jika masa lalu tidak menyakitkan tentu saja Audrey tidak akan seperti ini.

Alroy tersenyum simpul. Masa lalu, masa lalu. Dua kata yang juga merubah kehidupannya, membuatnya suka berganti cewek, memaksanya untuk kehilangan sahabat dan temannya sekaligus. Ia berdecak dalam hati, menyesali semua perbuatan di masa lalunya, rasanya ingin sekali memutar waktu untuk memperbaiki itu semua. Namun apalah daya, ia hanya bisa menjadikan itu sebagai pengalaman yang berharga baginya untuk melangkah di masa depan.

Lamunan pikiran Alroy itu membuat rasa kantuk datang. Sedikit demi sedikit matanya terpejam, hingga tanpa sadar ia sudah terlelap dengan tersenyum sambil menghadap ke arah Audrey.

Audrey yang baru saja mengangkat kepala untuk mencari inspirasi terkejut saat melihat Alroy yang sudah terlelap. Alih-alih membiarkannya, Audrey justru memandangi wajah Alroy yang tenang. Cukup lama Audrey menatap, sampai tanpa sadar pensil yang tadi ia ketukkan di dagunya kini ia gerakkan untuk merapikan poni Alroy yang terjatuh di dahi laki-laki itu.

“Kalau tidur ganteng juga nih anak.” Ujar Audrey kelepasan.

Detik berikutnya ia pun tersadar akan apa yang ia pikirkan dan lakukan. Tatapannya langsung teralihkan lagi pada buku gambarnya. Ia menelan salivanya dengan susah karena tiba-tiba rasa aneh menghampirinya.

“Lo salah makan apa sih, Drey, sampe bisa mikirin itu.” Decak Audrey untuk dirinya sendiri.

---

Revisi : 06-06-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang