25.

1.4K 89 10
                                        

Dua minggu berlalu dengan cepat. Alroy dan Audrey sudah begitu dekat selama satu bulan ini. Besok adalah hari yang menentukan apakah mereka bisa terus bersama atau akan berakhir bagaikan orang asing.

Satu bulan dekat dengan Alroy membawa perubahan yang cukup berarti bagi Audrey. Kini ia menjadi gadis yang lebih mudah tersenyum dan tertawa hanya saja jika bersama Alroy ia harus memiliki kesabaran ekstra karena Alroy sering bertingkah konyol di depannya.

Selain Audrey, kedekatan mereka sebulan ini juga berdampak bagi Alroy secara pribadi, khususnya ia jadi mengetahui bagaimana rasanya berjuang untuk gadis yang ia cintai. Lalu setelah dekat dengan Audrey, Alroy juga merasa hari-harinya begitu bahagia. Melihat wajah Audrey di pagi hari selalu menambah semangatnya untuk bertemu dengan hari esok.

Memasuki dua hari terakhir bersama Audrey, Alroy sangat sedih. Sebenarnya Alroy tau, Audrey sudah memiliki rasa yang sama seperti dirinya tapi terkadang Alroy takut karena gadis itu belum mau mengakuinya. Jujur saja, Alroy sangat tidak siap jika harus berjauhan dengan Audrey setelah satu bulan ini bersama.

Dan di lain tempat, tanpa Alroy ketahui, Audrey juga tidak siap jika hal itu sampai terjadi. Namun sayangnya Audrey masih belum yakin dengan perasaannya sendiri. Audrey bimbang apakah ia benar-benar memiliki rasa untuk Alroy atau tidak. Bahkan kebingungannya itu sampai ia bawa dalam doa, meminta petunjuk kepada Yang Di Atas untuk membantunya mengambil keputusan yang benar.

---

Pukul 06.00

Alroy sudah siap untuk berangkat sekolah. Kini ia sedang sarapan bersama kedua orang tuanya.

“Al, papa hari ini libur, nanti kamu ajak Audrey ke sini ya. Papa juga mau kenal sama calon menantu papa.” Ujar Suki membuat Alroy sedikit tersedak.

“Papa nih, pacaran belum apanya yang calon menantu?” Jawab Alroy setelah minum air putih.

Suki terkekeh. “Makanya cepetan pacaran.”

Alroy mendengus, menatap datar papanya. “Iya-iya.” Jawab Alroy dan segera menyilangkan sendok garpunya, pertanda ia telah selesai makan.

“Udah, Alroy berangkat dulu, pa, ma.” Pamit Alroy sambil beranjak berdiri.

“Jangan lupa ajak Audrey ke sini.”

Alroy menatap ayahnya. “Iyaa, nanti kalau Audrey mau Alroy ajak ke sini.”

“Ya sudah sana, hati-hati bawa mobilnya.”

Alroy mengangguk dan langsung berjalan keluar rumah sambil memutar-mutarkan kunci mobilnya. Setelah ini ia akan menjemput Audrey untuk berangkat sekolah bersama.

---

Jam pertama kelas Audrey hari ini adalah olahraga. Oleh sebab itu kini mereka sudah berada di lapangan, menunggu Pak Tikno, guru olahraga mereka yang sedang dipanggil oleh Alex.

Tak lama kemudian Alex kembali dengan membawa sekeranjang bola basket tapi Pak Tikno tidak bersamanya.

“Kumpul dulu semua!” Seru Alex pada anak kelasnya.

“Pak Tik mana, Lex?” Tanya salah seorang teman sekelas Audrey.

Alex menunggu teman-temannya yang lain untuk berkumpul. Setelah itu ia baru menjawab, “Pak Tikno hari ini gak masuk, kita disuruh buat kelompok berpasangan cowok-cewek terus latihan three point. Berapa banyak bola yang masuk kalian catet, minggu depan Pak Tik mau lihat catatannya.”

“Ada pertanyaan?” Tanya Alex setelah menjelaskan.

“Harus cowok-cewek?” Tanya Charis.

Alex mengangguk. “Iya, dan gue mau sekelompok sama…” Ucapan Alex terhenti, ia sedang menatap teman cewek kelasnya satu-persatu dan tatapannya tertuju pada Audrey.
“Gue mau sekelompok sam---”

Perhatian kelas XII IPA 1 teralihkan dengan seruan Bu Sri di ujung lapangan yang sepertinya sedang menghukum seorang siswa.

“Cepat, berdiri dan hormat kepada bendera sampai jam istirahat!” Seru Bu Sri sebelum meninggalkan lapangan.

Syela, Charis, dan Audrey terkejut saat melihat siswa yang dihukum Bu Sri adalah Alroy. Tatapan Audrey dan Alroy pun bertemu. Audrey menatap Alroy dengan kening berkerut, sedangkan Alroy tersenyum lebar pada Audrey.

“Sudah-sudah, ayo, bagi kelompok. Gue sekelompok sama Audrey, yang lain cari kelompok. Drey, ayo, latihan.” Seru Alex membuat teman sekelasnya bubar membentuk kelompok masing-masing, tapi tidak dengan Audrey yang masih senantiasa bertatapan dengan Alroy.

Alex yang melihat itu langsung menarik lengan Audrey. “Ayo, latihan.” Ujar Alex.

Audrey sedikit terkejut dengan tindakan Alex. Ia lalu berhenti dan menarik tangannya lagi dari cengkraman Alex. “Gak usah tarik-tarik!” Ujar Audrey tidak suka sambil mengusap tangannya yang sedikit memerah.

Alex berdecak. “Makanya fokus.”

Audrey memutar bola matanya malas. “Ya udah sih santai aja napa, lagian gue juga gak minta lo milih gue sebagai kelompok lo.”

“Ayo, latihan!” Ujar Alex tidak menghiraukan perkataan Audrey.

Akhirnya dengan terpaksa Audrey mengikui Alex dari belakang untuk latihan three point sesuai tugas dari Pak Tik. Sedangkan Alroy yang tadi melihat Alex menarik tangan Audrey dengan paksa sudah dipenuhi dengan amarah karena Alex berani melakukan hal itu pada Audreynya.

---

Kring Kring Kring

Bel istirahat pertama berbunyi. Alroy langsung berlari menghampiri Audrey yang sedang mengobrol dengan kedua sahabatnya.

“Drey, ikut gue ke rooftop yuk.” Ajak Alroy.

Audrey menatap Alroy lalu menoleh ke Syela dan Charis yang sudah menahan tawa. “Gue pergi dulu ya.”

Syela dan Charis mengangguk. “Oke-oke, santai aja sama kita.” Jawab mereka sambil tersenyum penuh arti.

Setelah agak jauh dari lapangan, Alroy memberanikan diri untuk mengambil tangan Audrey yang tadi ditarik paksa oleh Alex.

“Sakit gak, Drey?” Tanya Alroy.

“Udah gak.” Jawab Audrey sambil melepaskan tangannya dari tangan Alroy.

“Beneran?” Tanya Alroy memastikan lagi.

“Iyaa, tenang aja.”

“Gue gak bisa tenang liat lo disakitin sama dia kayak tadi. Untung aja lo gak kenapa-napa, kalau sampai lecet sedikit pun langsung gue buat perhitungan ama tuh anak.” Ujar Alroy kesal.

Audrey terkekeh. “Gak usah berantem, ini sekolah, lagian gue gak kenapa-napa. Lo sendiri tadi kenapa dihukum?” Tanya Audrey balik.

Alroy menyengir. “Ketahuan tidur di kelas, terus disuruh keluar. Eh di luar kelas malah ketemu Bu Sri, ya udah nasib di lapangan. Tapi gapapa sih, gue justru senang dihukum kali ini.” Jelas Alroy dengan senyum lebarnya.

Audrey mengernyit. “Kenapa?”

“Soalnya bisa liat lo, hehehe, kan gue jadi semangat dihukumnya.”

Audrey menatap Alroy datar. “Gak jelas lo.”

Mereka lalu sampai di rooftop dan duduk di kursi biasanya.

“Eh, Drey, ntar pulang sekolah ke rumah gue dulu ya, bokap mau ketemu.” Ajak Alroy.

Audrey menoleh ke Alroy. “Ngapain?”

Alroy mengangkat kedua bahunya, “Gak tau tuh bokap, katanya dia mau ketemu aja sama lo.”

Audrey memicingkan matanya tak percaya. “Lo cerita aneh-aneh ya tentang gue? Kalau gak kenapa bokap lo mau ketemu sama gue?”

Alroy mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas. “Sumpah gue gak cerita apa-apa, Drey, yang ceritain tentang lo ke bokap itu nyokap, gue gak ikut campur.”

Audrey menyilangkan tangannya di depan dada. “Ya ampun, Alroy, kenapa mendadak banget sih?”

Alroy terkekeh. “Kalau lo gak mau gak masalah, ntar gue tinggal bilang ke bokap. Gimana, lo mau gak?”

Audrey mengerucutkan bibirnya. “Ya udah deh gapapa, gue gak enak kalau nolak.” Jawab Audrey pada akhirnya.

Meski tidak enak karena Audrey terpaksa melakukannya tapi Alroy tersenyum bahagia. Setidaknya hari ini ia harus membuat Audrey menyadari perasaan yang dia miliki untuknya.

---

Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Alroy segera berlari menghampiri Audrey yang sudah turun lebih dulu. Mereka lalu masuk ke dalam rumah.

“Alroy, pulang.” Seru Alroy.

Tak lama kemudian Shella keluar. “Wah, ada Audrey ternyata. Ayo, ayo, masuk.” Ajak Shella.

Audrey tersenyum pada Shella, lalu menunggu Alroy yang masih melepas sepatu baru setelahnya mengikuti Shella. Di ruang tengah Audrey melihat papa Alroy yang sedang menonton televisi.

“Pa,” Panggil Alroy.

Suki menoleh dan langsung menatap Audrey, “Wah, ini yang namanya Audrey?”

Audrey tersenyum sopan. “Sore, om.” Sapa Audrey.

“Sore, sore, ayo, sini duduk.” Ucap Suki ramah. Ia lalu menepuk bahu Alroy. “Pintar juga kamu carinya, Alroy.”

Alroy terkekeh. “Apaan sih, pa, gak jelas.” Jawab Alroy malu-malu.

“Audrey sudah lama dekat dengan Alroy?” Tanya Suki beralih pada Audrey,

Mendengar pertanyaan Suki membuat Audrey terkejut, tidak membayangkan akan ditanya seperti itu. “Lu-lumayan, om.” Jawab Audrey kikuk.

“Belum pacaran ya tapi?” Tanya Suki lagi.
“Papa!” Seru Alroy.

Suki menaikkan kedua alisnya menatap Alroy “Loh, kenapa? Papa tanya sama Audrey bukan kamu.”

Audrey menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus menjawab apa. “Belum, om, hehehehe…”

Suki menganggukkan kepalanya. “Terus mau pacaran kapan?”

Audrey menatap Suki dengan ekspresi tercengang. Ia tertawa ringan, “Om, hehehhe.” Jawab Audrey sambil menarik-narik ujung seragam Alroy.

Alroy menatap papanya datar. “Gak sekalian papa tanya kapan Alroy nikahin Audrey?” Ucap Alroy sambil beranjak berdiri dan menggandeng tangan Audrey untuk ikut dengannya. “Udah ya, ngomong sama Audreynya nanti lagi, Alroy mau ke taman belakang dulu sama dia.”

Suki yang melihat itu hanya tertawa ringan. “Oke-oke.”

“Permisi, om.” Pamit Audrey sopan dan dibalas anggukkan kepala oleh Suki.

---

“Maafin bokap ya tadi tanya nya aneh-aneh.” Ujar Alroy begitu mereka sudah duduk di gazebo yang ada.

Audrey mengangguk. “Gapapa, gue bingung aja harus jawab gimana, mau gak jawab gak enak tapi kalau dijawab takut salah juga.”

“Kalau pertanyaannya konyol gak usah dijawab gapapa, bokap gak akan marah karena dia udah tau.”

“Ooo, oke, hehehe.” Audrey terkekeh.

Alroy tersenyum melihatnya. Setelah itu tidak ada lagi yang berbicara di antara mereka, suasana pun hening. Alroy mengalihkan tatapannya memandang langit biru di atas sana. Ia sedang memikirkan bagaimana akhir dari hari esok.

Gue gak bisa lepasin Audrey, gue gak bisa, batin Alroy terus bersuara demikian setiap kemungkinan terburuk melintas di pikirannya. Sebenarnya besok Alroy ingin mengutarakan perasaannya lagi tapi ia takut kalau Audrey masih tidak mau mengakui perasaannya sendiri dan akhirnya mereka harus berpisah.

“Drey,” Panggil Alroy cukup pelan.

Audrey menoleh, “Apa?”

“Besok pergi mau gak?” Ajak Alroy dengan suara sedikit gemetar.

Dan tanpa Alroy duga, Audrey mengangguk tanpa bertanya terlebih dahulu mereka akan ke mana.

“Lo mau kita ke mana?” Tanya Alroy.

“Terserah lo.”

Alroy tersenyum. “Ke taman kompleks lo sambil makan es krim, gimana?”

Audrey terkekeh. “Oke!”

Setelah mengetahui kalau besok mereka akan pergi, Alroy merasa sedikit tenang, begitu juga dengan Audrey. Tanpa Alroy ketahui, hati Audrey juga merasa lebih tenang saat Alroy mengajak gadis itu pergi bersama. Karena sebenarnya Audrey juga sama seperti Alroy, takut akan hari esok.

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang