22.

1.4K 88 13
                                    

Audrey menatap pintu rumahnya yang tertutup, menarik nafas dalam-dalam untuk mengetuknya. Alroy yang melihat itu langsung mengambil tangan Audrey untuk ia genggam. Hal itu sukses membuat Audrey menoleh dengan satu alis yang terangkat.

Alroy tersenyum. “Biar lo gak gugup.”

Audrey tersenyum kikuk. “Gue gak bisa ngetuk dong, Al, tangan gue yang satu kan bawa bunga.” Jawab Audrey seraya melirik tangan kanannya yang membawa sebuket bunga untuk mamanya.

“Gue aja yang ngetuk, oke?” Tawar Alroy untuk menutupi rasa malunya karena terlalu bersemangat menggenggam tangan Audrey dan lupa kalau gadis itu membawa bunga di tangannya yang lain.

Audrey terkekeh pelan. “Silahkan.”

Alroy menyengir lalu segera mengetuk pintu rumah Audrey.

Tok tok tok

“Sebentar!” Terdengar seruan dari dalam.

Audrey mengenali suara itu. Ia menoleh ke Alroy yang juga sedang menatapnya. Alroy tersenyum dan Audrey membalasnya.

“Semangat, Audrey.” Ujar Alroy memberi semangat untuk Audrey.

Audrey menghembuskan nafasnya kuat. “Semangat!” Ucapnya untuk dirinya sendiri.

Tak lama kemudian seorang wanita yang sangat Audrey kenal keluar dengan pakaian yang cukup rapi.

“Ma,” Panggil Audrey berusaha tersenyum, memendam rasa takutnya.

Siska membulatkan matanya saat melihat Audrey berdiri di depan rumahnya. Ia lalu melirik Alroy dari atas kepala hingga ujung kaki.

“Mau apa kamu ke sini, HAH?!” Bentak Siska langsung pada Audrey.

Audrey menunduk, menatap bunga yang ia bawa. “Ma, Audrey mau ngomong sama mama sebentar.”

“Saya bukan mama kamu! Berkali-kali saya bilang! Pergi kamu dari sini, saya tidak mau rumah saya terkena kutukan yang kamu bawa. PERGI!” Seru Siska seraya menunjuk pagar rumahnya.

Audrey menggigit bibir bawahnya. Tangannya yang digenggam Alroy sudah basah oleh keringat, menandakan Audrey yang sedang gugup.

“Tante, Audrey ke sini bawain bunga kesukaan tante. Audrey juga mau ngobrol sebentar sama tante.”

Siska menoleh ke Alroy. “Siapa kamu? Tidak usah ikut campur urusan saya!”

“Tante, saya Alroy, saya temannya Audrey juga mantannya Ananta.” Jawab Alroy mengenalkan diri.

Emosi Siska langsung memuncak begitu Alroy mengenalkan dirinya sebagai mantan kekasih Ananta. “OOOO! Jadi kamu yang sudah mempermalukan anak saya ya?!”

Dan tiba-tiba sebuah tamparan cukup keras mendarat tepat di pipi kiri Alroy. Audrey yang melihat itu terkejut bukan main.

“Al, lo gapapa?” Tanya Audrey menatap Alroy.

Alroy menahan rasa panas yang menjalar di sekujur wajahnya. “Gue gapapa.”

Audrey bernafas lega lalu menatap mamanya lagi.  “Ma, ini Audrey bawa bunga kesukaan mama. Audrey ke sini mau ngobrol sebentar sama mama, bisa, ma?” Tanya Audrey seraya memberikan sebuket bunga yang ia bawa.

Siska memandang Audrey sinis. Ia mengambil bunga yang Audrey bawa lalu dilemparkannya begitu saja ke wajah Audrey.

“Tante!” Seru Alroy tidak suka Audrey diperlakukan demikian.

“Audrey itu ke sini baik-baik, tante, tapi kenapa tante seperti ini? Audrey itu anak tante, apa salah dia sampai tante membencinya seperti ini? Yang Audrey mau itu cuma tante melihat dia sebagai anak tante bukan sebagai sesuatu yang menjijikkan.” Ucap Alroy lagi.

Siska tertawa jahat. “Dia itu bukan anak saya! Dia itu pembawa sial dan dia memang sesuatu yang menjijikkan, sesuatu yang pantas untuk diinjak juga dihina.” Jawab Siska tajam.

Kepala Audrey tertunduk, menahan perih di hatinya karena perkataan sang mama. Luka yang lama belum sembuh, ia berharap hari ini akan sembuh namun ternyata justru goresan luka baru yang ia dapat. Tiba-tiba saja tangannya dicengkram begitu kuat. Ia ditarik dengan sangat cepat lalu dilepaskan.

Audrey tersungkur di depan pagar rumahnya, lututnya berdarah, pergelangan kakinya terkilir. Alroy yang melihat langsung berlari menolong Audrey.

“PERGI KALIAN DARI SINI!!” Usir Siska sambil menutup pagar dan menguncinya lalu segera masuk lagi ke dalam rumah.

Audrey menatap nanar punggung mamanya. “Ma, kenapa sekarang mama lebih kejam?” Tanya nya lirih.

Alroy menatap Audrey iba. Kini ia merasa bersalah karena sudah mengajak Audrey ke sini. Ia tidak tau kalau akan berakibat fatal seperti ini.  Rasa bersalahnya itu semakin memuncak saat Audrey hendak berdiri namun tidak bisa dan gadis itu meringis kesakitan samba memegangi pergelangan kakinya.

“Lo terkilir, Drey.” Ujar Alroy seraya memijat pelan kaki Audrey.

“Sakit, Al.” Ringis Audrey ketika Alroy tidak sengaja menekan kakinya yang terkilir.

“Maaf-maaf.” Ucap Alroy cepat.

Ia lalu hendak menggendok Audrey untuk pulang dan mengobati lukanya, namun saat teringat ia tidak naik mobil, Alroy merutuki dirinya sendiri.

“Drey, gue telepon Andre bentar ya.”

“Untuk?” Tanya Audrey tak mengerti.

“Gue gak bawa mobil, kaki lo kayak gini gak mungkin kita pulang naik motor.” Jelas Alroy sambil beranjak berdiri dan menelepon Andre.

“Halo, Ndre, gue minta maaf. Sekarang lo tolong ke rumah Audrey, dia terluka, nanti gue jelasin.” Ucap Alroy cepat ketika Andre menerima panggilannya dan setelah itu ia langsung mematikannya.

Alroy memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu kembali berjongkok di samping Audrey. Alroy menatap Audrey sendu, merasa sangat bersalah atas luka-luka Audrey saat ini.

“Drey, maafin gue, gak seharusnya gue maksa lo tadi.” Ucap Alroy penuh penyesalan.

Audrey menatap Alroy juga sambil tersenyum. “Setidaknya gue udah tau hasil yang sebenarnya, meskipun hasilnya gak berbeda dari yang gue pikirkan.”

Alroy menggeleng, bukan hasil seperti ini yang ia inginkan tadi. “Drey, gue salah, maafin gue…” Ulang Alroy.

Audrey masih dengan senyumnya. “Gue maafin, Al, jangan ngerasa bersalah terus, gue juga salah di sini, harusnya tadi gue tetap nolak saran lo itu.”

“Makasih udah maafin gue.” Jawab Alroy dan tiba-tiba tanpa persetujuan Audrey, Alroy langsung membawa Audrey ke dalam pelukannya.

“Gue ngerasa bersalah banget, Drey. Makasih banget lo mau maafin gue, gue janji gue akan tanggung jawab sama luka dan kaki lo yang terkilir itu.” Ucap Alroy lagi.

Alih-alih melepaskan diri dari pelukan Alroy, Audrey justru membiarkannya. Entah kenapa ia merasa begitu nyaman ketika Alroy memeluknya. Selain itu dalam dekapan Alroy saat ini ia jadi bisa mendengar jantung Alroy yang berdetak begitu cepat. Dan tanpa diduga rasa aneh itu kembali muncul di hatinya.

---

Roy beserta Andre menatap Alroy dengan cukup intens. Mereka bertiga dan Gisell sedang berada di ruang tamu untuk meminta penjelasan Alroy atas apa yang terjadi pada Audrey. Sedangkan Audrey, gadis itu berada di kamarnya bersama kedua sahabatnya dan sedang diobati luka-lukanya.

“Ayo, jelasin, Alroy.” Perintah Roy.

Alroy menarik nafasnya panjang lalu mulai menceritakannya dari awal ketika Audrey menemaninya sarapan hingga ia yang memaksa Audrey dan berakhir dengan luka kilir di kaki gadis itu. Tak lupa ia juga menyampaikan permintaan maafnya karena perbuatannya sudah membuat Audrey terluka dan semua orang terdekat Audrey jadi khawatir.

“Sebelum Audrey setuju, dia sudah menolak kan. Lalu kenapa kamu masih memaksanya ke sana? Kamu tau konsekuensinya gak?” Tanya Roy setelah Alroy selesai menjelaskan.

Alroy menunduk. “Alroy gak tau kalau akhirnya bisa sefatal ini, om, tante, Alroy bener-bener menyesal sudah maksa Audrey ke sana. Sekali lagi Alroy minta maaf, Alroy sudah buat Audrey terluka dan kalian semua jadi khawatir.”

“Jujur om kecewa sama kamu, Alroy. Om tau, kamu ada rasa untuk Audrey. Sebenarnya om setuju kalau kamu sampai bisa memiliki hubungan spesial dengan Audrey. Tapi hari ini kamu justru mengecewakan om. Audrey terluka gara-gara kamu, membuat om ragu apakah kamu bisa menjaga Audrey ke depannya.”

Alroy menelan salivanya begitu mendengar kekecewaan Roy. “Om, maafin Alroy, tolong jangan jauhin Audrey dari Alroy.”

“Loh kenapa? Kamu kan belum pacaran dengan Audrey.”

“Om… Alroy gak bisa jauh dari Audrey. Alroy mohon, om, kasih Alroy kesempatan untuk membuktikan kalau Alroy bisa menjaga Audrey.” Mohon Alroy.

Roy mengangkat kedua alisnya menatap Alroy. “Kalau om kasih kesempatan, apa yang mau kamu lakukan?”

Alroy menarik nafasnya dakam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia menatap Roy. “Kaki Audrey terkilir, om, dia akan sulit berjalan. Alroy yang akan menjaga dia di sekolah, membantu apapun yang dia perlukan.” Ucap Alroy mantap.

Roy menyilangkan tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia lalu menoleh ke Andre. “Andre, dia teman kamu kan?” Tanya Roy.

Andre menoleh. “Iya, om.”

“Om bisa percaya dia?”

Andre melirik Alroy sekilas lalu mengangguk. “Bisa, om.”

Roy kemudian beranjak berdiri. “Om kasih kamu kesempatan.” Ucapnya sebelum pergi. Namun baru beberapa langkah, Roy berhenti dan menoleh ke Andre. “Andre, kamu jangan bilang Aldo untuk masalah ini ya, om gak mau kuliah dia terganggu karena memikirkan Audrey.”

Andre mengangguk. “Iya, om.”

Setelah itu Roy kembali melanjutkan langkahnya dan diikuti Gisell dibelakangnya. Kini tinggallah Alroy dan Andre di ruang tamu. Mereka saling bertatapan namun tidak ada yang memulai obrolan. Sebenarnya ada yang ingin Alroy tanyakan tapi ia merasa Andre sedang marah dengannya karena kesalahannya hari ini.

Tak lama kemudian Andre beranjak berdiri. “Ayo, ke rumah gue, ada yang mau gue omongin.” Ucap Andre sebelum melangkah.

---

Revisi : 11-06-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang