43.

1K 60 9
                                    

Audrey berjalan ke lapangan sambil membawa sebuah novel di tangan kanan sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku untuk menyembunyikan luka cakar akibat tarikan kasar yang dilakukan Ananta tadi.

Sesampainya di lapangan, Audrey langsung melihat Alroy dan Ananta yang sedang menjalani hukuman. Tatapannya bertemu dengan Ananta. Gadis itu tersenyum sinis padanya.

Audrey tidak menghiraukannya. Ia memilih untuk menghampiri Alex yang sedang bermain dengan teman sekelasnya yang lain.

“Lo dari mana aja?” Tanya Charis tiba-tiba saat melihat Audrey yang sudah tiba di lapangan.

“Tadi habis ambil novel di kelas. Oh ya, tolong bilangin ke Alex kelas kita disuruh latihan basket. Pak Tik gak masuk.” Jawab Audrey sambil menyampaikan pesan Bu Sri.

“Terus lo gak latihan?” Tanya Syela melihat Audrey yang justru menepi.

Audrey menggeleng. “Gue mau baca aja.”

Syela memicingkan matanya. Ia merasa Audrey sedikit berbeda.  “Ris, Audrey kenapa ya?” Tanya Syela pada Charis.

“Gak tau.” Jawab Charis sambil mengangkat bahunya.

“Kayak berubah ya, kan?”

Charis mengangguk, “Iya.”

“Susul yuk?” Ajak Syela.

“Bentar, gue sampein dulu ke Alex.”

Charis lalu berjalan ke tengah lapangan, menghampiri Alex yang sedang bermain basket. Setelah menyampaikan tugas yang harus dilakukan, Charis pun segera berlari lagi ke  Syela.

“Yuk!”

Syela dan Charis kemudian berjalan bersama ke tempat Audrey duduk. Saat melihat kedua sahabatnya datang, Audrey menatap mereka dengan bingung.

“Kalian gak latihan?” Tanya Audrey.

“Lo ada masalah apa?” Tanya Syela alih-alih menjawab.

“Lo pada gak latihan?” Ulang Audrey karena ia tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Charis berdecak. Ia lalu duduk di samping kanan Audrey. “Gak usah ngalihin topik, Drey.”

“Iya, lo tuh beda, Drey, setelah dari ruang BK. Lo kenapa? Dimarahin? Atau apa?” Tanya Syela lagi sambil duduk di samping kiri Audrey.

Kini Audrey duduk di antara kedua sahabatnya. Ia lalu menutup novel dan memandang ke Alroy yang sedang menjalani hukuman bersama Ananta. Tiba-tiba saja Alroy juga menatapnya, tatapan mereka pun bertemu. Namun sayang, hal itu tidak berlangsung lama sebab Alroy memalingkan wajahnya lebih dulu.

“Ada masalah apa lagi sama Alroy?” Tanya Syela yang ternyata memperhatikan kalau Audrey dan Alroy saling tatap.

“Eh tapi bentar deh. Itu kok Alroy sama Ananta kayak baikkan gitu yah?” Tanya Syela lagi setelah sadar Ananta dan Alroy sedang berbicara.

Audrey menghela napas. “Udah ya gak usah bahas mereka dulu.” Jawab Audrey pada akhirnya.

Charis memicingkan matanya menatap Audrey. “Lo sebenarnya ada masalah apa sih?”

“Iya, lo cerita dong lo kenapa.” Bujuk Syela sambil menggoyangkan tangan kiri Audrey.

Saat Syela menggoyangkan tangan kirinya yang berada di dalam saku, Audrey meringis kesakitan karena luka cakarnya bergesekan dengan kain celananya.

“Jangan lo tarik-tarik tangan gue.” Keluh Audrey kesal.

Kening Syela berkerut. “Kenapa?”

Audrey berdecak. “Perih!” Ceplos Audrey.

“HAH?!” Seru Syela dan Charis serempak.

Mata Audrey pun membulat sempurna saat tersadar akan apa yang ia katakan. Ia lalu melirik ke kedua sahabatnya sambil menelan salivanya.

“Gapapa kok gapapa.” Bohong Audrey.

Syela yang sudah tak percaya dengan Audrey langsung menarik keluar tangan Audrey. Ia terkejut saat melihat ada beberapa luka gores yang cukup panjang di pergeangan tangan sahabatnya itu.

“Ini luka kenapa?” Tanya Syela.

Charis melirik pergelangan tangan Audrey lalu menatap Alroy dan Ananta. “Ada hubungannya sama mereka?”

Audrey menggeleng. “Gak ada, gak ada.” Bohong Audrey lagi.

Syela mendengus. “Kalau lo masih gak mau cerita gue bilang Kak Aldo nih.” Ancam Syela.

Mendengar itu Audrey berdecak. “Iya udah iya gue emang lagi ada masalah.” Jelas Audrey pada akhirnya.

“Masalah apa?” Tanya Charis.

Audrey menoleh ke Charis dan melirik sekilas ke Alroy. Ia menarik napas lalu mulai menceritakan semuanya dari awal ketika ia melihat Alroy dan Ananta bersalaman hingga rencana Ananta yang mungkin akan merusak hubungannya dengan Alroy dan tak terkecuali ketika Ananta menarik kasar tangannya sampai membuat pergelangannya terluka.

Setelah Audrey selesai bercerita, suasana pun hening. Tak ada yang berbicara di antara mereka bertiga. Audrey memandang Syela dan Charis bergantian. Kedua sahabatnya itu sedang menatap Ananta dengan tajam.

Tatapan mereka seperti tatapan kebencian. Audrey menggembungkan kedua pipinya, berharap itu hanya sebuah tatapan, tidak lebih. Tapi harapan memanglah harapan, mereka berdua tiba-tiba saja berdiri dan berjalan cepat ke Ananta. Mata Audrey membulat ketika melihat itu. Ia pun langsung menyusul kedua sahabatnya.

Hal tak terduga kemudian terjadi. Saat Charis sampai di belakang Ananta, dia langsung menjambaknya. Ananta pun menoleh. Setelah tatapan keduanya bertemu sebuah tamparan tepat mendarat di pipi kanan Ananta. Lalu Syela menambahinya dengan menampar pipi kiri Ananta.

PLAK!

PLAK!

Alroy dan Audrey yang melihat itu terkejut bukan main. Tatapan mereka kemudian bertemu. Saat itulah Audrey merasa Alroy tidak suka dengan perbuatan kedua sahabatnya. Tatapan Alroy seperti meminta penjelasan kepadanya atas apa yang sudah Syela dan Charis perbuat.

“Kita ketemu di rooftop nanti.” Ujar Alroy lalu pergi meninggalkan Audrey yang masih terdiam.

---

Audrey dan kedua sahabatnya sedang berjalan ke rooftop. Mereka bertiga akan menemui Alroy, Andre, dan Angga. Di tengah lorong, Audrey menghentikan langkahnya juga langkah kedua sahabatnya.

“Kenapa?” Tanya Syela.

“Nanti di sana gak usah bahas tentang luka cakar ini.” Ujar Audrey sambil menunjukkan pergelangan tangan kirinya.

Kening Charis berkerut. “Kenapa emangnya? Lo tau, justru karena luka itu gue sama Syela marah ke Ananta. Berani banget dia buat lo terluka sampai ngancem lo gitu.”

“Gue mohon jangan bahas kalau Ananta buat gue terluka. Kalian tau kan Ananta mau ngejebak si Alroy, di sini gue mau lihat dulu sudut pandang Alroy tentang permintaan maaf Ananta.”

Charis berdecak. “Ya udah deh serah lo.”

Audrey sedikit tersenyum. Mereka bertiga lalu berjalan lagi ke rooftop. Setibanya di atas sana, Alroy, Andre, dan Angga sudah lebih dulu sampai.

“Apa yang mau lo selesaiin?” Tanya Charis dengan nada menantang dan berjalan ke arah tiga laki-laki yang sedang duduk itu.

Alroy membalikkan badannya lalu bangkit berdiri diikuti Andre dan juga Angga. “Maksud lo nampar Ananta apa?” Tanya Alroy tanpa basa-basi.

“Gue gak suka Ananta minta maaf ke Audrey.” Jawab Charis.

Syela mengangguk setuju. “Al, Ananta itu mau ngehancurin hubungan kalian. Dia punya rencana besar untuk lo dan Audrey.”

“Terus ada hubungannya sama kalian nampar Ananta? Ananta kan gak ngusik kalian.” Cibir Alroy membela Ananta.

“Roy, kamu bela dia?” Cicit Audrey bertanya.

Alroy menoleh ke Audrey. “Jelas. Dia bilang sama aku dia mau berubah. Salah aku maafin orang yang mau berubah?”

“Sebenarnya ini ada masalah apa sih?” Tanya Andre yang belum mengerti.

Charis menoleh ke Andre. “Ananta minta maaf ke Alroy. Terus Alroy nyuruh Ananta minta maaf ke Audrey kalau dia mau Alroy maafin. Dan akhirnya Ananta sendiri bilang ke Audrey kalau dia sebenarnya punya rencana besar untuk hubungan Alroy sama Audrey.”

Andre menoleh ke Alroy. “Kenapa lo bela Ananta dan nyuruh dia minta maaf ke Audrey?”

Alroy mengedikkan bahunya. “Dia bilang sama gue dia mau berubah, ya udah gue kasih syarat itu ke dia biar perubahan dia gak sia-sia.” Jawab Alroy santai.

“Al, Ananta bilang sendiri kalau dia punya rencana besar untuk hubungan lo sama Audrey loh. Lo dijebak, Al.” Nasihat Andre untuk membuat Alroy sadar.

“Dia mau ngelakuin syarat gue. Dengan itu gue udah anggap dia tulus. Lagian kalau hubungan gue sama Audrey kenapa-napa, harusnya salah satu kita yang intropeksi bukannya malah menyudutkan orang lain.”

Andre berdecak. “Astaga, Al! Dia ngelakuin syarat lo itu biar dia lo maafin, setelah itu baru rencana dia bisa jalan. Dan untuk kalimat terakhir lo, kenapa seakan-akan lo mau hubungan lo sama Audrey kenapa-napa?”

Alroy mendengus. Ia lalu menoleh ke Audrey. “Sehari gak ada kabar. Pertanyaan kamu aku jawab gantung. Kenapa kamu gak cari aku? Kenapa kamu gak jelasin semuanya kemarin? Kalau sekarang hubungan kita kenapa-napa kayaknya kita gak bisa nyalahin orang lain karena kesalahan awal mulanya ada di kamu.” Ucap Alroy menohok.

Audrey tertegun mendengar perkataan Alroy. Ia pun menatap Alroy. “Aku tau dari awal emang aku yang salah, tapi aku bisa jelasin. Hari ini aku mau jelasin tapi kamu lagi emosi kayak gini, aku gak mau kita nyelesaiin dengan kepala panas.” Jelas Audrey jujur.

Alroy tersenyum miring. “Ya udah kapan-kapan aja kamu jelasin. Semoga sampai saat itu tiba aku masih setia nunggu penjelasan kamu.”

Setelah berkata demikian Alroy langsung melangkahkan kaki meninggalkan Audrey dan yang lain. Audrey berbalik, menatap punggung Alroy yang menjauh.

“ROY!” Panggil Audrey.

Alih-alih berbalik, Alroy justru terus melangkah. Melihat itu Andre berdecak sebal.

“Ga, lo kejar tu anak. Gue mau di sini dulu.” Ucap Andre menyuruh Angga untuk mengejar Alroy.

Angga mengangguk. “Yang sabar ya, Drey!” Ujar Angga sambil menepuk bahu Audrey memberi semangat.

Sekarang tinggal mereka berempat di rooftop. Audrey memilih untuk duduk, lalu diikuti oleh Syela dan Charis, sedangkan Andre hanya berdiri di samping mereka.

“Kenapa gak lo jelasin aja sekalian tadi?” Tanya Andre pada Audrey.

Audrey menggeleng. “Dia masih emosi, gue juga butuh waktu lagi. Gue gak mau saat gue jelasin kepala dia panas, terus bukannya selesai malah nambah salah pahamnya.”

Charis mendesah. “Kalau kayak gini terus hubungan lo mau dibawa ke mana, Drey? Jarak di antara kalian bisa semakin besar.”

“Iya gue tau kalau gak gue jelasin sekarang semuanya bisa tambah rumit, tapi biarlah, gue mau nunggu waktu yang baik aja. Gue usahain sebelum kita berangkat ke Bali masalah gue sama Alroy udah selesai.”

Andre mendengus. “Ya udah deh terserah lo. Terus sekarang gue mau tanya sama lo, Syel, Ris, kenapa kalian nampar Ananta? Gak mungkin kalau alasannya cuma karena Ananta minta maaf ke Audrey.”

Syela dan Charis mendongakkan kepalanya menatap Andre. “Jeli juga lo.” Jawab Charis.

“Lo mau tau alasannya?” Tanya Syela.

“Ya iyalah.” Decak Andre.
Syela lalu menunjukkan pergelangan tangan kiri Audrey yang terluka. “Ananta nyengkram tangan Audrey sampai luka gini, makanya kita gak terima. Ngomong baik-baikkan seharusnya bisa, gak perlu kasar.”

Mata Andre membulat saat melihat pergelangan tangan Audrey. “Kenapa lo tadi gak nunjukin itu ke Alroy?” Tanya Andre sambil mengepalkan tangan.

Audrey menoleh ke Andre. “Dengan gue gak nunjukin luka ini gue bisa lihat gimana respon dia tentang permintaan maaf Ananta. Dan ternyata hasilnya justru Alroy bela Ananta.” Jelas Audrey lalu menatap lurus ke depan.

Andre berdecak gemas. “Gue greget sumpah sama kalian berdua. Udah Alroynya keras kepala, lo nya malah kayak gampangin, gak mau selesaiin secepatnya. Harusnya kan lo nunjukin luka itu terus jelasin semuanya. Gue jamin Alroy gak akan salah paham lagi.”

Audrey menghela napasnya. Awalnya ia juga ingin seperti itu, tapi setelah melihat Alroy menerima permintaan maaf Ananta dan lebih mempercayai Ananta yang padahal berniat menghancurkan hubungan mereka, ia jadi merasa malas.

“Udahlah gak usah dibahas lagi, gue males. Sekarang gue cuma mau mikir gimana caranya biar masalah gue sama Alroy cepet selesai.” Ujar Audrey.

“Lo mau gue bantu untuk ngomong ke Alroy nya?” Tawar Andre.

Audrey menggeleng. “Ini masalah gue sama Alroy, Ndre, gue gak mau ngelibatin lo, Syela, maupun Charis. Kalian jadi pendengar yang baik aja gue udah cukup kok, gak perlu bantuin segala. Gue akan berusaha selesaiin sendiri.” Tolak Audrey.

“Hati-hati. Cari waktu yang bener-bener baik, takutnya kalau masih sama-sama emosi ada sesuatu yang tidak diinginkan.” Nasihat Syela.

“Betul. Gue juga sebenarnya takut kalau dia sampe kasar ke lo.” Imbuh Charis.

“Awas aja kalau Alroy berani kasar sama lo, gue yang akan maju pertama, Drey.”

Audrey menatap ketiga sahabatnya yang begitu peduli padanya. “Makasih.” Ucapnya sambil tersenyum.

---

Revisi : 05-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang