Alroy menguap lebar sekali. Ia menoleh ke samping, melihat alarm kecil di nakas samping kasur. Pukul setengah enam pagi. Awal sekali ia bangun padahal hari ini ia tidak berniat menjemput Audrey.
Jujur saja, setelah masalah kemarin ia sedikit kecewa dengan Audrey. Ia pun dengan sengaja memberi jarak lebih untuk Audrey. Ia hanya ingin Audrey intropeksi diri kalau permasalahan mereka itu ada bukan karena orang lain, melainkan dari diri Audrey sendiri.
Alroy tidak memungkiri kalau Ananta mungkin memang memiliki rencana untuk menghancurkan hubungannya dengan Audrey. Tapi ia tidak mau memikirkan hal tersebut, sebab hubungannya sendiri sudah bermasalah sebelum Ananta meminta maaf. Oleh sebab itu, menurut Alroy tidak seharusnya ia menuduh Ananta atas hal yang masih menjadi kemungkinan.
Kini kembali lagi pada Selasa paginya, Alroy bangkit dan bersiap untuk sekolah. Ia mengambil seragam dan handuknya lalu masuk ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama bagi Alroy untuk mandi. Sepuluh menit kemudian ia sudah keluar dengan rambut yang masih basah, setengah tubuhnya terbalut dengan handuk, sedangkan tubuh atasnya sudah terbalut seragam sekolahnya.
Setelah selesai bersiap diri, Alroy mengambil tas sekolahnya. Ia berjalan keluar kamar untuk menuju lantai bawah. Namun pandangannya tiba-tiba saja terfokus pada kalender yang ada di belakang pintu kamarnya.
Tanggal 22 Desember yang sudah ia lingkari itu menarik perhatiannya. Ada sebuah note kecil di bawah tanggal tersebut. Sembilan hari lagi Audrenya ulang tahun. Alroy menghela napasnya. Andai saja mereka sedang tidak dalam masalah, pasti saat ini ia akan sangat bahagia menyambut ulang tahun Audrey.
---
“Wah, gak biasanya kamu bangun pagi-pagi begini. Mau ngerjain tugas di sekolah?” Shella menatap anaknya yang menarik kursi makan di depannya.
“Alroy kan udah selesai UAS, gak ada tugas lagi cuma pelajaran biasa aja.” Jawab Alroy sambil makan sandwich.
Shella mengangguk paham. “Oh ya, itu di atas tv ada surat untuk kamu. Mama gak tau dari siapa, belum sempat mama buka.”
Alroy menautkan kedua alisnya. “Buat Alroy?” Tanya Alroy penasaran.
“Iyaa. Mungkin dari penggemar kamu.” Jawab Shella terkekeh.
Alroy berdecak. “Mana ada. Alroy gak punya penggemar.”
“Siapa tau. Sudah habiskan dulu rotinya lalu ambil suratnya.”
Alroy mengangguk. Ia menghabiskan sandwichnya dalam keheningan. Saat ini ia sedang bingung siapa yang mengirim surat itu dan apa isinya.
“Oh ya, nanti sore mama mau ajak Audrey ke arisannya mama. Pulang sekolah kamu ajak Audrey ke rumah ya.” Ujar Shella tiba-tiba di tengah lamunan Alroy.
Uhukk! Alroy tersedak.
“Pelan-pelan, Alroy, gak ada yang mau minta.” Tegur Shella sambil menuangkan air minum untuk anak laki-lakinya itu.
Alroy meneguk minumnya. “Mau apa ajak Audrey ke arisan mama?”
“Ya mau ngenalin dia ke temen-temen mama lah.”
Alroy membulatkan matanya sempurna. “Astaga, mama.”
Shella menatap Alroy bingung, “Memang apa salahnya? Dia kan pacar kamu yang akan jadi menantunya mama. Emang gak boleh mama kenalin calon mantu mama ke temen-temen mama?”
“Ck!” Alroy berdecak sebal. “Kenapa harus hari ini, Ma?”
Shella menyipitkan matanya. “Kamu ini kenapa sih? Biasanya gak masalah kalau mama minta Audrey dibawa ke rumah. Kalian lagi berantem?” Tanya Shella penuh curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHE'S MY WORLD [COMPLETED]
Romantizm[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] Audrey itu dunianya Alroy. Sejak mengenal Audrey, Alroy merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Paras cantik Audrey memikat Alroy di kali pertama mereka berjumpa. Alroy pikir, Audrey sama seperti ke...