38.

1K 66 3
                                        

Aldo melajukan mobilnya bersatu dengan pengendara lain di jalanan ibu kota. Kini ia sedang menuju ke rumah Syela untuk menjemput keempat sahabatnya yang akan makan malam di rumahnya. Sepanjang perjalanan Aldo terus tersenyum. Ia sudah tidak sabar untuk mengobrol banyak setelah sekian lama tidak bertemu dengan mereka.

Tin Tin

Klakson Aldo begitu sampai di depan rumah Syela. Tak lama kemudian keempatnya keluar sambil menenteng satu ransel berisi pakaian masing-masing untuk menginap di rumah Aldo malam ini. Melihat itu Aldo pun segera turun dan membuka pintu bagasi mobilnya lalu membantu menata ransel mereka.

“Nyokap bokap kalian udah pada berangkat?” Tanya Aldo sambil memasukkan ransel terakhir milik Andre.

“Udahlah. Lagian lo aneh sih.” Decak Andre.

“Aneh apaan?” Tanya Aldo bingung.

Andre memutar bola matanya malas, “Kan kita bisa bareng bonyok masing-masing. Ngapain mesti lo jemput.” Jawab Andre kesal.

“Dih suka-suka gue dong, yang punya acara kan gue.” Balas Aldo.

Syela dan Charis terkekeh melihat pertengkaran kecil antara Aldo dan Andre, sedangkan Audrey hanya tersenyum tipis, berbeda dari biasanya. Entahlah, suasana hati Audrey saat ini belum membaik. Ia masih kepikiran permasalahannya dengan Alroy. Beruntunglah teman-temannya tidak menyadari hal itu. Sebab ia sedang tidak ingin membagi masalahnya dengan mereka.

Setelah perdebatan Andre dan Aldo berhenti, mereka berenam kemudian masuk mobil dengan formasi tempat duduk yang sama seperti dulu, yaitu Audrey duduk di depan bersama Aldo dan tiga orang sisanya duduk di belakang.

“Kak, lo balik Indo kok gak ngomong-ngomong sih?” Tanya Charis membuka obrolan saat Aldo mulai menjalankan mobilnya.

“Mau ngasih kejutan, Ris, kaget gak kalian?”

“Lumayan sih, hehehe.” Jawab Charis.

“Kalo gue sih kaget banget, Ris.” Sahut Syela.


“Kok bisa?” Tanya Charis dan Aldo bersamaan.

“Ya bisalah. Kakak tiba-tiba muncul di rumah. Kirain tadi itu arwahnya Kak Aldo.” Cengir Syela.

Aldo menggeleng-gelengkan kepalanya heran, “Dibilang arwah coba.”

Syela menyengir lalu menoleh ke Andre yang duduk di sebelahnya dan hanya diam saja. “Lo diem aja, Ndre, sariawan?” Tanya Syela sambil menyenggol tangan Andre.

Aldo memandang Andre dari spion tengah mobilnya. “Coba lo tuker tempat deh, Syel, ntar kan dia pasti langsung ngomong.” Ujar Aldo mulai menggoda Andre dengan Charis seperti dulu.

Syela yang duduk di tengah langsung ketawa. “Berhenti dong, kak.” Jawab Syela yang hendak melakukan perintah Aldo.

Andre berdecak. “Gak usah aneh-aneh lo, Syel!” Tegur Andre sambil melirik Syela sekilas.

“Iya, Syel, awas aja kalau lo sampe tuker.” Tegur Charis juga.

Syela cekikikan melihat tingkah keduanya.

“Gini nih malesnya kalau lo balik, Do. Mending cepetan deh lo berangkat ke Prancis lagi.” Ketus Andre karena selalu menjadi korban bully’an Aldo ketika mereka berlima sedang berkumpul.

“Yang sabar ya, Ndre, gue baliknya masih lama. Siapin aja mental lo, soalnya gue kangen banget godain lo ama Charis.” Cengir Aldo tanpa dosa.

“Kak Aldo! Jangan bawa-bawa gue juga lah. Kalau lo mau goda Andre ya Andre aja.” Ujar Charis sebal karena selalu dibawa-bawa Aldo ketika menggoda Andre.

“Abisnya kalian cocok sih.” Celetuk Aldo.

Mendengar itu langsung membuat Andre menendang jok kemudi Aldo. “Bacot lo.” Jawab Andre sebal.

Aldo tertawa lepas tanpa menoleh ke Andre. “Andre marah.. Andre marah...” Ledek Aldo.

“Serah lo, Do, Aldo.” Ucap Andre tidak menggubris Aldo lagi. Ia kemudian bermain dengan ponselnya sampai mereka tiba di rumah Aldo.

Sesampainya di rumah Aldo, keempatnya segera turun lalu menunggu Aldo memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah itu mobil Aldo terpakir, mereka berlima masuk bersama.

“Nah ini dia akhirnya mereka datang.” Sambut Amira, mama Aldo, saat melihat mereka memasuki ruang tengah.

“Biasalah, Mir, lama gak pada ketemu jadi pasti temu kangen dulu.” Imbuh Maria, mama Charis.

“Hehehe.” Cengir Aldo pada semua ibu-ibu.

“Ya sudah kalian makan dulu sana, nanti keburu dingin makanannya.” Suruh Amira.

“Mama gak ikut?” Tanya Aldo.

Amira menggeleng, “Kita sudah selesai sepuluh menit yang lalu.. Kamu sih kelamaan, padahal banyak yang mau kita obrolin.”

Aldo menggaruk kepalanya, merasa tak enak karena makan malam yang semula dirancang untuk temu kangen harus batal karena ia dan keempat sahabatnya datang terlambat.

---

“Udah tinggal aja biar kita bertiga yang nyuci.” Ujar Syela setelah mereka selesai makan.

“Beneran?” Tanya Aldo sambil menatap Audrey, Syela, dan Charis bergantian. Ketiganya pun kompak mengangguk sebagai jawaban.

“Oke deh. Yuk, Ndre keluar duluan.” Aldo berjalan ke ruang tengah diikuti oleh Andre di belakangnya.

“Loh, tiga bidadarinya kok gak ada, Andre?” Tanya Risa, mama Andre.

“Lagi pada beres-beres di dapur, Ma.” Jawab Andre sambil duduk di samping Aldo.

Risa menatap Andre dan Aldo sambil geleng-geleng kepala. “Kenapa gak dibantu?”

“Biasalah, Ris, yang paling rajin diantara mereka kan memang cuma Charis, Syela, dan Audrey.” Sahut Gisell sebelum Aldo dan Andre menjawab.

Ucapan Gisell membuat dua remaja laki-laki itu hanya menyengir bersamaan. “Itu tante Gisell tau.” Gurau Andre.

Aldo lalu menoleh ke mamanya. “Papa di mana sih, ma?” Tanya Aldo

“Iya, dari tadi Andre juga gak kelihatan papa, ma.” Imbuh Andre pada mamanya.

“Biasalah, lagi ngerumpi ala bapak-bapak.” Jawab Amira. Aldo dan Andre punhanya ber-oh ria.

Tak lama kemudian Syela, Charis, Audrey bergabung setelah selesai mencuci piring dan membereskan meja makan.

“Lain kali taruh aja piring kotornya, nanti biar tante yang cuci.” Ujar Amira pada ketiganya.

“Gapapa kali, tante, santai aja sama kita.” Jawab Syela.

“Iya, tante, kita juga senang kok nyucinya.” Imbuh Charis.

Amira pun lalu tersenyum. “Tante kangen tau sama kalian, udah lama banget gak liat kalian berlima kayak gini.”

“Gimana mau lihat, ma, Aldo kan kuliah di Prancis.” Sahut Aldo.

“Iya makanya mama bilang kangen sama mereka. Oh ya, Audrey jadi kuliah di Prancis juga?” Tanya Amira yang teringat dengan keinginan Audrey.

“Eh? J-jadi, tante” Jawab Audrey sedikit gugup karena tidak terlalu menyimak pertanyaan Amira.

Amira mengelus kepala Audrey yang kebetulan duduk di sampingnya “Bagus deh kalau jadi. Nanti kamu tanya-tanya tuh sama Aldo, dia udah siap-siapin semuanya loh.” Ujar Amira.

“Iya, tante.” Jawab Audrey sambil tersenyum

“Charis gak mau ikut? Mumpung ada Aldo tuh, kamu bisa ikutan tanya.” Ujar Maria menanggapi.

Charis segera menggeleng, “Enggak ah, ma, gak minat.”

“Kok malah gak minat sih, kan lumayan kalau kamu di Prancis, bisa dapat teman di sana, siapa tau juga nemu jodoh.” Kata Maria berusaha membujuk., namun Charis tetap menggeleng.

“Sudahlah, Mar, jangan dipaksa.” Lerai Amira dan disetujui oleh Gisell.

“Audrey di Prancis mau ambil jurusan apa?” Tanya Risa yang sedari tadi hanya menjadi pendengar.

“Jurusan fashion design, tante.” Jawab Audrey.

“Wahh bagus tuh jurusannya, pas juga kamu ngambilnya di Prancis yang merupakan kota fashion.” Kata Maria yang sepertinya tertarik dengan topik obrolan saat ini.

“Nanti kalau udah lulus terus pulang Indo kamu jadi stylistnya Syela ya, Audrey.” Gurau Gisell.

“Jadi stylistnya Charis aja, kalau Syela fashion nya udah bagus banget..” Tambah Maria.

Audrey tersenyum sambil mengangguk, “Mama sama tante ada-ada aja. Syela dan Charis itu stylenya udah bagus kok, gak perlu dirubah-rubah lagi.”

Semuanya pun terkekeh mendengar jawaban bijak dari Audrey. Namun tidak dengan Andre. Salah satu sahabat laki-laki Audrey itu teringat sesuatu.

“Terus kalo lo di Prancis cowok lo gimana, Drey?” Tanya Andre sukses membuat semua ibu-ibu, kecuali Gisell, terdiam dan langsung menatap Audrey.

“Cowok?” Tanya Risa, Maria, dan Amira secara bersamaan.

Audrey langsung tertunduk diam. Suasana hatinya mendadak kembali buruk padahal

“Mama lupa? Kan udah pernah Charis ceritain tentang cowoknya Audrey.” Tanya Charis menatap mamanya.

“Kapan kamu cerita? Mama enggak pernah dengar tuh.”

Charis berdecak sebal, “Ihh mama, besok aja Charis ceritain. Kasian Audrey kalo cerita nanti malu.”

Di sebelahnya, Audrey sedikit bersyukur mendengar jawaban Charis yang seolah-seolah mengetahui suasana hatinya saat ini.

“Kamu tau cowoknya Audrey, Aldo?” Tanya Amira pada anak semata wayangnya.

Aldo menggeleng. “Enggak, Ma, Audrey belum cerita kok.” Jawab Aldo sambil melirik Audrey sekilas.

Amira lalu menoleh ke Audrey. “Audrey beneran udah punya pacar?” Tanya Amira untuk memastikan.

Dengan sedikit rasa gugup Audrey mengangguk. “I-iya, tante.”

Amira memajukan bibirnya setelah mendengar pengakuan Audrey. “Yah.. Padahal rencananya tante mau jodohin kamu loh sama Aldo.” Ujar Amira mengejutkan semuanya.

Aldo mendengus, “Mama ngomong apaan sih?” Tegur Aldo untuk mamanya.

“Beneran tante mau dijodohin?” Tanya Andre.

“Iya, Andre, siapa coba yang gak mau punya menantu seperti Audrey.” Jawab Amira menatap Audrey sambil tersenyum.

Audrey menggaruk tengkuknya, “Ada yang lebih baik dari Audrey kok, tante.” Ujar Audrey sopan.

“Andre, cowoknya Audrey itu temen kamu kan? Yang sering ke rumah itu bukan sih?” Tanya Risa memotong pembicaraan.

Andre mengangguk. “Iya, ma.”

“Kamu tau anaknya, Ris?” Tanya Amira pada Risa.

“Iyaa. Anaknya baik kok, teman dekatnya Andre. Namanya Al--”

“Lagi pada ngomongin apa sih?” Potong Bram, papa Andre, yang tiba-tiba datang.

“Iyaa nih kayaknya seru banget ya, Rud?” Nikholas, papa Aldo, menyenggol Rudy, papa Charis, yang berdiri di sebelahnya.

Rudy mengangguk. “Biasalah kocok arisan dulu, Nikh.”

“Bukan kocok arisan, Rud, tapi lagi pada ngegosip.” Imbuh Roy.

Para ibu-ibu yang mendengar ucapan suami mereka hanya terkekeh bersamaan.

“Kalian dateng-dateng malah buat rusuh.” Ujar Gisell untuk suami dan teman-teman suaminya itu.

“Kita pulang yuk, aku capek.” Ajak Roy pada Gisell, begitu juga Bram dan Rudy kepada istri mereka masing-masing.

“Sebentar lagi lah, pa.” Jawab Risa ketika Bram mengajaknya pulang.

“Ini sudah jam sembilan ma, sudah cukup malam.” Bujuk Bram lagi.

Risa berdecak. “Iya sudah deh kita pulang. Nik, Mir, kita pulang dulu ya. Andre kamu di sini jangan aneh-aneh ya!” Pamit Risa sambil menasihati Andre seperti anak kecil.

Andre mengangguk. “Iya, ma.”

“Kita juga pulang dulu ya, Nik, Mir. Syela, Audrey jangan tidur larut malam.” Gisell dan Roy yang berangkat bersama Risa dan Bram juga ikut pamit.

“Kita juga pamit ya, Nik, Mir. Charis, jangan tidur malem-malem.” Maria dan Rudy berpamitan paling akhir.

“Hati-hati Roy, Rud, Bram. Besok-besok mampir lagi ya.” Jawab Nikholas.

“Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya, Gis, Ris, Mar. Hati-hati di jalan.” Jawab Amira.

“Hati-hati, Ma, Pa.” Seru Charis, Syela, dan Audrey sambil melambaikan tangan.

Tiga pasangan suami istri tersenyum sambil mengangguk. Mereka berenam lalu keluar dari rumah Aldo untuk kembali ke rumah masing-masing.

Sepeninggal para orang tua, Audrey dapat bernapas lega karena tidak jadi membicarakan hubungannya dengan Alroy. Sebenarnya, bukannya ia tidak mau memublikasikan hubungannya itu, hanya saja Audrey sedang menghindari topik tentang Alroy. Mengapa? Karena Audrey tidak mau suasana hatinya semakin buruk dengan mengingat hubungan mereka yang saat ini sedang tidak baik. Itulah sebabnya juga Audrey tidak memberitahukan keempat sahabatnya.

---

Revisi : 03-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang