Audrey mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang begitu dekat di kehidupan ini. Oleh sebab itu, Audrey memberikan jeda bagi Alroy agar bisa menenangkan lagi hatinya yang pasti sedang kacau karena harus mengingat masa kelam itu. Kini, setelah mengetahui semuanya dan bukan bermaksud untuk ikut campur dalam masalah tersebut, jujur saja, Audrey merasa kecewa dengan Alex.
Ia memang tidak dekat dengan Alex, tapi selama ini ia selalu memandang alex adalah sosok yang positif sebab wali kelasnya mempercayai dia menjadi ketua kelas. Namun cerita Alroy memberikan fakta lain mengenai Alex. Di mata Audrey sekarang Alex adalah seorang pecundang, pengecut. Seorang laki-laki pengecut tidak bisa disebut sebagai laki-laki.
“Kamu tau gak, Roy, aku bangga banget sama kamu.” Ujar Audrey sambil menautkan tangannya dengan tangan Alroy.
“Bangga kenapa?” Tanya Alroy masih dengan kesedihannya.
Audrey tersenyum. “Banggalah. Di cerita kamu itu posisinya kamu yang salah. Kamu sering pergi sama Gita tanpa bilang Alex tapi kamu mau mengakui kalau kamu salah. Laki-laki zaman sekarang itu kayaknya jarang ada yang mau mengakui jika dirinya salah. Karena kamu mau mengakuinya, berarti kamu hebat. Dan aku gak salah kan bangga sama kamu.”
Alroy menatap Audrey sambil tersenyum juga. Ia terhibur dengan perkataan Audrey barusan. “Makasih, ya.” Ucap Alroy.
Audrey mengangguk tanpa melepaskan tautan tangan keduanya. Ia lalu menoleh, menatap lurus ke depan. Hal yang sama juga Alroy lakukan.
“Kemarin, waktu aku tau Alex bilang aku pembunuhnya, jujur aku gak terima. Aku tau dia dendam sama aku, tapi kenapa dia harus ngefitnah aku? Di depan kamu lagi.” Ujar Alroy mengingat betapa marahnya ia kemarin.
“Roy, aku gak percaya dia. Aku orang yang lebih suka mengetahui kebenarannya dulu baru menyimpulkan. Jadi misal kemarin yang ngomong Syela atau Charis pun aku gak akan percaya sebelum aku tau yang sebenarnya dari kamu.”
Mendengar jawaban Audrey membuat Alroy menoleh. Alroy lalu merangkulkan tangannya di leher Audrey dan membawa gadis itu mendekat ke arahnya. “How lucky I am to have you in my life.”
Audrey tersenyum simpul mendengar ucapan Alroy. “Kamu tau, Roy, sekarang di dunia ini aku jadi punya tiga laki-laki yang sangat aku banggakan.”
“Siapa?” Tanya Alroy penasaran.
“Pertama dan terutama, papa kandung aku. Dia laki-laki yang akan selalu aku banggakan meski raganya sudah tidak di sini. Kedua, Kak Aldo. Sahabat yang sekaligus merangkap jadi kakak terbaik yang aku punya. Aku gak tau apakah aku bisa sekuat sekarang ini jika gak ada Kak Aldo yang selalu menghibur aku dulu. Dan terakhir, kamu. Aku bangga karena kamu bisa ngerubah awal cara pikirku tentang kamu.”
Alroy berusaha tersenyum mendengar jawaban Audrey. Entah rasa apa yang ada di hatinya saat ini. Ia senang karena Audrey bangga padanya tapi ketika Audrey menyebut Aldo, ia kembali merasa lebih rendah dari orang yang begitu Audrey banggakan itu.
“Drey, Aldo itu orang yang gimana?” Tanya Alroy penasaran.
Audrey mengangkat kepalanya, menatap Alroy sambil menahan tawa. “Kamu tanya dia?”
Alroy mengangguk. “Kenapa emangnya?”
Audrey menggeleng. “Gapapa sih. Kak Aldo itu orangnya dapat diandalin, bagi kita berempat, Kak Aldo adalah sosok panutan. Dia juga selalu peduliin kita terutama aku yang katanya paling lemah di mata dia.” Jelas Audrey.
Alroy tersenyum getir melihat mata Audrey yang nampak bersemangat saat menceritakan tentang Aldo. “Drey, kok bisa kamu yang paling dekat sama Aldo kenapa?”
Audrey mengangkat bahunya. “Aku juga gak tau, udah dari kecil kebiasaannya ama dia. Terus kalau lagi sedih juga dia yang selalu hibur.”
Alroy kemudian hanya mengangguk sambil ber-oh ria. Ia tidak berminat untuk melanjutkan lagi percakapan tentang Aldo. Ia memilih berdiri lalu menoleh ke Audrey.
“Masuk yuk, nonton film lagi.” Ajak Alroy.
Audrey tersenyum mengangguk sambil bangkit berdiri. “Yuk.”
---
Siang ini Alroy dan Audrey hanya makan berdua saja, sebab Shella sedang keluar. Audrey memandangi Alroy yang nampak menikmati makan siangnya.
“Enak?” Tanya Audrey.
Alroy mengangkat kepalanya, menatap Audrey. “Enak, kamu yang masak atau mama?”
Audrey tersenyum. “Yang kamu makan itu aku yang masak.”
“Gak kalah enak sama masakan mama.” Puji Alroy.
Audrey yang mendengar pujian Alroy itu hanya terkekeh. Lalu tiba-tiba, terdengar seruan dari luar rumah yang memanggil-manggil nama Alroy.
“Itu suara Andre bukan sih?” Tanya Audrey yang mengenali salah satu suara di luar sana.
Alroy mengangguk. “Ada Angga juga kayaknya. Aku bukain dulu.” Ujar Alroy sambil bangkit berdiri.
“Makan kamu?” Tanya Audrey sambil melirik nasi Alroy.
“Gapapa, tinggal sedikit juga nanti aku lanjutin. Ikut bukain gak?”
Audrey mengangguk. “Ikut.” Jawab Audrey sambil bangkit berdiri.
---
“Ooo, pantes lo bukain kita lama, ternyata lagi berduaan.” Oceh Angga saat melihat Audrey berdiri di pintu rumah Alroy.
Alroy terkekeh. “Gue lagi makan tadi, gak tau kalau kalian dateng.”
Kini Alroy beserta dua sahabatnya dan juga Audrey sedang duduk di ruang tamu rumah Alroy.
“Hp lo mana? Kita udah telepon gak lo angkat-angkat.” Ujar Andre.
Alroy menyengir. “Di kamar, gue gak denger berarti.”
“Dasar lo.” Decak Andre.
“Lo sakit apa sih, Al? Pake gak masuk segala lo, lebay.” Cibir Angga.
Alroy mengambil bantal sofa lalu memukulkannya ke Angga yang duduk di hadapannya. “Lebay pala lo. Gue lagi alergi, anjir.” Jawab Alroy sambil menunjukkan tangan kakinya yang penuh bintik merah.
“Terus sembuhnya kapan?” Tanya Angga.
“Ntar malem juga sembuh, besok udah bisa sekolah lagi.” Jawab Alroy.
“Alergi udang lo kambuh?” Tanya Andre yang mengetahui kalau Alroy alergi dengan udang.
Alroy mengangguk. “Iyalah apalagi.”
Kening Andre berkerut. “Udah tau alergi kenapa lo makan?”
Alroy yang mendengar itu langsung melirik Audrey yang ternyata juga sedang meliriknya. Audrey lalu menatap Andre. “Gue gak tau kalau dia alergi udang.”
Andre dan Angga menoleh serempak ke Audrey. “Oooo lo bawain dia makan berarti?” Tanya Andre.
Audrey mengangguk. “Iya.”
“Terus lo ngapain di sini, Drey?” Tanya Andre lagi.
Audrey melirik sahabat kecilnya itu. “Emang gak boleh?”
Andre terkekeh. “Iya bolehlah. Buat pasangan baru apa yang gak boleh sih?” Jawab Andre sambil mengedipkan satu matanya menggoda Audrey.
Audrey berdecak. “Lo tuh masih punya utang tau ama gue.” Jawab Audrey membalas godaan Andre.
“Hah? Utang apaan? Ngarang lo.” Seru Andre terkejut.
“Utang maaf lah udah ngasih nomor gue tanpa bilang gue dulu.” Jelas Audrey mengingat Andre yang masih belum meminta maaf karena sudah memberikan nomor ponselnya tanpa izin dulu.
Mendengar itu Andre menyengir. “Aelah.. gue kira apaan, Drey. Lagian harusnya lo yang utang terimakasih sama gue, coba kalau waktu itu gue gak kasih nomor lo ke Alroy apa kalian bakal jadian, ya kan, Al?” Andre mengangkat satu alisnya sambil menatap Alroy.
Alroy tersenyum melirik Audrey. “Apa yang Andre bilang bener juga loh, Drey.
Audrey tersenyum kesal menatap Alroy. “Kamu malah belain dia.”
Alroy tertawa melihat Audrey yang kesal pada Andre. Ia lalu merangkulkan tangannya di leher Audrey sambil berbisik, “Jangan cemberut, gemes tau gak.”
Audrey hanya melirik Alroy dan menahan senyum sebagai respon. Suasana kemudian hening. Kedua teman Alroy itu menatap seisi rumah Alroy yang nampak sepi.
“Nyokap lo pergi, Al?” Tanya Angga yang dari tadi diam.
Alroy mengangguk. “Yoi, ada urusan katanya.”
“Wih, ternyata lo dari tadi cuma berdua? Gawat nih gawat. Udah ngapain aja kalian?” Tanya Angga tanpa disaring terlebih dulu.
“Gak ngapa-ngapain lah. Pikiran lo astaga, Ga Angga.” Jawab Alroy sambil menggelengkan-gelengkan kepala.
“Ya siapa tau kan ya.” Jawab Angga dengan bahu terangkat.
Dan tiba-tiba Andre memukul Angga dengan bantal sofa Alroy. “Enak aja lo bilang.” Ujar Andre lalu berpaling pada Alroy. “Awas aja kalau sampe lo kebablasan, gue habisin lo ntar.” Ancam Andre cukup serius.
Alroy terkekeh. “Gue bukan cowok brengsek yang ngerusak ceweknya sendiri. Parah lo berdua.”
“Gue cuma jagain Audrey sebagai sahabat gue.” Bantah Andre.
“Dih, tumben lo jaga gue.” Cibir Audrey.
Mendengar cibiran Audrey, Andre langsung menatap gadis itu tajam. “Eh, Drey, lo gak inget Aldo nyuruh gue ngelindungin lo? Kalau lo kenapa-napa bisa abis gue ama Aldo.”
Audrey mengangkat kedua alisnya. “Gak apa sih, gue seneng kalau lo abis ama Kak Aldo.” Cengir Audrey tanpa dosa.
“Jahat bener lo, Drey, ama gue. Sekarang jangan bilang lo ngomongin gue yang enggak-enggak ya ke Aldo?” Andre menyipitkan matanya menatap Audrey.
“Eh, gak pernah lah. Kok lo bisa mikir gitu sih?”
“Ya bisa lah, soalnya ya Aldo tuh hampir tiap hari tanya gue gimana keadaan lo, kan gue jadi bingung kenapa Aldo gak tanya sendiri ke lo, sekarang gue curiga lo ngomong ke Aldo yang enggak-enggak makanya Aldo mastiin keadaan lo ke gue.”
Audrey terdiam sejenak mendengar perkataan Andre yang mengatakan kalau Aldo menanyakan kabarnya. Dalam hati ada rasa lega setelah mengetahui hal tersebut, tapi selain itu ada juga rasa sesak karena hubungannya dengan Aldo saat ini bisa dibilang merenggang. Audrey lalu menatap Andre.
“Gue gak mungkin jelekin lo di depan Kak Aldo dan soal kenapa Kak Aldo selalu nanyain keadaan gue ke lo itu karena Kak Aldo gak mungkin nanya langsung ke gue.”
Andre mengernyit. “Kenapa gak mungkin?”
Audrey menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Gue … gue udah lama gak kontakan lagi ama Kak Aldo.”
“HAH?! Serius lo?” Seru Andre.
“Ya seriuslah.” Jawab Audrey.
“Lah kenapa?” Tanya Andre.
“Ya adalah, lo tanya Kak Aldo aja.”
Andre menggeleng tak percaya mendengar hubungan Aldo dan Audrey menjadi renggang saat ini. “Drey, gue gak percaya loh lo bisa ribut ama Aldo.”
Audrey terkekeh. “Gue sama Kak Aldo gak ribut, Ndre, cuma salah paham terus dampaknya jadi gini deh.” Jelas Audrey.
“Pantesan, Drey, Aldo sering tanya gue lo tuh sibuk apa gak. Ternyata oh ternyata.” Decak Andre.
Audrey tertawa dan hendak menjawab, tapi tiba-tiba Alroy berdiri. Alroy melirik Audrey dengan sinis lalu membuang muka juga saat menatap Andre.
“Kalian kalau mau bicarain orang lain dan ngacangin gue mending pulang aja deh. Males gue dengernya.” Ucap Alroy sambil berjalan.
Audrey mengerutkan keningnya mendengar perkataan Alroy barusan. “Kamu kenapa, Roy?”
Alih-alih menjawab, Alroy justru menoleh ke Audrey dan berkata, “Ndre, tolong anter Audrey pulang ya, gue mau tidur.”
Setelah itu Alroy pergi begitu saja meninggalkan Audrey beserta kedua sahabatnya yang memandangnya dengan bingung. Audrey ingin mengejar Alroy tapi niatnya dilarang oleh Andre.
“Gak usah lo susul.”
Audrey mengerutkan keningnya. “Tapi kenapa dia tiba-tiba marah?” Tanya Audrey tak mengerti
“Drey, kayaknya cowok lo cemburu deh.” Ujar Angga memberi pendapat
Audrey menoleh ke Angga. “Cemburu? Cemburu kenapa?”
“Mungkin gara-gara lo nyuekkin dia dan malah asik ngobrol sama Andre perihal orang yang bernama Aldo.” Duga Angga.
Audrey semakin tak mengerti. Jika apa yang Angga katakan benar, lalu apa alsannya Alroy cemburu dengan Aldo? Aldo kan hanya sahabatnya saja.
Melihat Audrey yang nampak seperti orang bingung, Andre langsung bangkit berdiri. “Ayo, pulang, biar gue yang ngomong sama dia.” Ajak Andre.
“Ndre, gue mau jelasin dulu ke Alroy.” Audrey berusaha menolak.
Andre menggeleng. “Jangan. Apa yang Angga omongin ada benarnya. Mungkin dia cemburu karena lo sama gue ngomongin tentang Aldo. Kalau memang itu masalahnya lo harus kasih dia waktu. Besok atau nanti malam coba gue ngomong, jelasin ke dia.”
Audrey menghela nafasnya pelan. “Ndre, apa ini yang namanya ujian cinta?”
---
Kini Alroy berada di kamarnya. Ia sedang bersandar di kasurnya, menatap langit-langit kamar sambil mengacak rambutnya frustasi. Mulutnya berdecak berkali-kali, merutuki dirinya sendiri yang terlalu berlebihan karena cemburu dengan Aldo. Tapi memang begitulah perasaannya.
Tadi Alroy nampak bahagia ketika mengatakan kalau Audrey menggemaskan, namun saat Andre mulai menyebut nama Aldo dan mengganti topik secara tidak sengaja, rasa panas itu muncul di hatinya. Alroy tidak tau apakah itu bisa disebut rasa cemburu atau tidak, karena yang ia tau, ia hanya tidak suka jika Audrey membicarakan tentang Aldo sebab saat Audrey membicarakannya, Audrey nampak sangat bersemangat.
“Drey, lo sama Aldo itu sebatas sahabat atau ada hubungan lebih?”---
Revisi : 17-06-20
Jangan lupa vote+comment
Happy Reading Readers❣
![](https://img.wattpad.com/cover/145964881-288-k334981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE'S MY WORLD [COMPLETED]
Romance[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] Audrey itu dunianya Alroy. Sejak mengenal Audrey, Alroy merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Paras cantik Audrey memikat Alroy di kali pertama mereka berjumpa. Alroy pikir, Audrey sama seperti ke...