44.

1K 62 6
                                    

Kring Kring Kring

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa SMA Tunas Bangsa segera merapikan meja mereka lalu bergegas keluar kelas. Hal serupa juga nampak pada Syela, Charis, dan Audrey.

“Habis ini kita ke mana ya?” Tanya Syela senang karena kata Aldo dia akan mengajak mereka jalan-jalan.

“Lo kalau bahas jalan-jalan paling seneng.” Cibir Charis.

Syela menyampirkan tas di salah satu bahunya lalu merangkul kedua sahabatnya yang sudah selesai beres-beres. “Iyalah, apalagi Kak Aldo yang ngajak. Gue bisa makan apapun yang gue mau tanpa mikir bokek, hehehehe.” Cengir Syela tanpa dosa.

Audrey menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Syela yang tidak pernah berubah dari dulu. “Makan mulu pikiran lo.” Ujar Audrey.

Syela hanya menjulurkan lidahnya sebagai jawaban. Mereka bertiga lalu berjalan bersama keluar dari kelas. Tepat setelah mereka berada di depan kelas, Andre, Angga, dan Alroy ternyata juga baru keluar dari kelas.

“Ndre!” Panggil Syela tiba-tiba.

“Oi?” Jawab Andre sambil menoleh ke belakang, diikuti oleh Alroy dan Angga

Saat itulah Audrey menatap Alroy. Sayangnya Alroy justru memalingkan wajah ketika tatapan mereka berdua bertemu. Hal itu membuat Audrey tersenyum kecut.

“Gapapa, cuma manggil aja.” Jawab Syela tidak jelas.

Mata Audrey yang tadinya terus menatap Alroy langsung berubah menatap Syela. Ia terkejut dengan jawaban Syela yang sungguh luar biasa. Charis dan Andre pun juga demikian, sama-sama terkejut.

“Lo belum minum obat, Syel?” Tanya Andre.

Kini Syela yang bingung, kedua alisnya terangkat. “Gue gak sakit. Kenapa perlu obat?”

Charis dan Audrey semakin membuka mulutnya lebar-lebar. “Ris, itu dia kesambet setan mana ya?” Bisik Audrey pada Charis.

Charis mengangkat bahunya. “Gatau, Drey.”

Andre lalu berjalan ke arah Syela. Ia memegang kening Syela dan berkata, “Fix! Lo emang belum minum obat.”

“Hah? Udah dibilang gue gak sakit, Ndre! Apaan sih lo gak jelas banget.” Ujar Syela kesal karena dikira sakit.

“Lo tuh yang gak jelas, manggil gue tanpa alasan. Udah ya, bisa gila gue kalau ngomong sama lo. Gue turun dulu, bye!” Seru Andre sedikit berlari meninggalkan ketiga sahabat ceweknya. Alroy dan Angga pun kemudian mengikuti Andre tanpa berbicara lagi.

“Gue salah ya, Drey, Ris?” Tanya Syela bingung pada kedua sahabatnya.

Audrey dan Charis saling berpandangan. “SALAH!” Seru mereka serempak.

---

“Lo balik sama siapa?” Tanya Alroy pada Andre begitu mereka sampai di parkiran.

“Iya, tumben lo gak bawa motor.” Tambah Angga.

“Tadi gue berangkat dianter bokap. Sekarang mau pulang bareng temen.” Jawab Andre.

Kedua sahabatnya itu ber-oh ria. Mereka lalu duduk di motor masing-masing dan segera menghidupkan mesinnya.

“Ya udah, gue balik dulu, Ndre!” Pamit Angga.

Andre mengacungkan jempolnya. “Siap! Tiati, bro!”

“Gue juga pamit ya, duluan.” Pamit Alroy juga. Namun saat Alroy hendak membelokkan motornya, tangan Andre menghadang.

“Tunggu.”

Alroy membuka kaca helmnya. “Kenapa?”

Andre menopang tangannya di motor Alroy. “Lo masih marah sama Audrey?”

Alroy berdecak, mengalihkan tatapannya dari Andre. “Harus banget bahas itu?”

“Al, gue cuma mau ngomong kalau lo salah paham sama dia. Dan tolong lo sadar dong, Ananta tuh mau ngerusak hubungan lo sama Audrey.” Nasihat Andre.

Alroy berdecak. “Gue gak mau bahas itu. Dan asal lo tau, hubungan gue sama Audrey mungkin udah rusak dari lama sebelum Ananta minta maaf.”

“Terus kenapa gak lo perbaikin? Kenapa malah buat semuanya semakin rusak?”

Alroy mendengus. “Gue nunggu Audrey jelasin, tapi nyatanya lo tau sendiri sampai sekarang Audrey belum jelasin.”

Andre menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. “Lo tadi juga denger sendiri kan, lo lagi emosi, Audrey gak mau jelasin di saat lo lagi emosi.”

“Kalau dia emang niat jelasin seharusnya dari awal, gak perlu nunggu sampai semuanya runyam.” Sahut Alroy membela diri.

“Lo keras kepala, Al, semoga aja lo gak nyesel.” Ujar Andre sambil menepuk pelan bahu Alroy lalu meninggalkan sahabatnya itu.

---

Andre memasuki mobil inova hitam yang sudah terparkir di dekat gerbang sekolahnya.

“Lama banget? Para wanita dimana?” Tanya Aldo begitu Andre sudah duduk di sampingnya.

“Masih di dalam.” Jawab Andre lalu melihat Alroy yang baru keluar dari sekolah.”Tuh, cowoknya Audrey.” Ujar Andre pada Aldo sambil menunjuk Alroy yang lewat di depan mobil Aldo dengan dagunya.

Aldo mengamati Alroy dengan seksama. “Orangnya gimana?”

“Baiklah, kalau gak baik gak mungkin gue izinin mereka kali. Btw, masalah mereka makin rumit sekarang.” Jawab Andre.

Aldo menautkan kedua alisnya. “Kenapa?”

“Ya lo tanya sendiri aja.”

Aldo mengangguk. “Terus nama cowoknya Audrey siapa? Gue lupa.”

“Alroy.”

“Oke deh ntar gue tanya. Oh ya, lo yang nyetir ya, gue males, hehehe.” Cengir Aldo.

Andre melirik Aldo sekilas. “Hehehe.” Cibir Andre kesal namun tetap setuju.

Mereka pun kemudian berpindah tempat. Tapi bukannya duduk di samping Andre, Aldo memilih duduk di belakang. “Gue mau ngobrol sama Audrey jadi duduk belakang. Ntar yang depan Syela ya, Ndre.” Jelas Aldo.

Andre melongo, “SYELA? ASTAGA BISA GILA GUE, DO.” Seru Andre frustasi.

“Emang kenapa sih?” Tanya Aldo tak mengerti.

Andre mendengus lalu menceritakan tentang Syela yang berubah menjadi aneh saat berpapasan dengannya di depan kelas tadi. Mendengar itu Aldo tertawa terbahak-bahak.

“Lah, sekarang ganti sama Syela? Udah gak Charis?”

Andre menatap Aldo dari spion tengah. “Lo malah buat gue tambah badmood aja.”

Aldo menyengir. “Kan hobi gue.”

Alih-alih menjawab lagi, Andre justru diam. Ia malas menanggapi perkataan Aldo karena pasti akan menang darinya. Lalu tak lama kemudian, setelah ditunggu-tunggu, akhirnya ketiga cewek itu datang.

“Kok lo yang nyetir?” Tanya Syela saat duduk di depan.

“Aldo yang suruh.” Jawab Andre.

“Ooohh.” Ujar Syela tidak bertanya lagi dan langsung memakai sabuk pengaman.

Setelah keempat sahabatnya duduk dengan nyaman, Andre mulai menjalankan mobil Aldo, bersatu dengan pengguna jalan lainnya.

“Drey, kata Andre masalah kamu sama Alroy makin rumit, kenapa?” Tanya Aldo tanpa basa-basi.

Audrey sedikit terkejut mendengar Aldo sudah mengetahuinya. Ia lalu memajukan badannya untuk mendekat ke Andre. “Lo kenapa ngasih tau Kak Aldo?”

“Emang gak boleh?” Tanya Andre balik tanpa menoleh ke Audrey.

Audrey menggaruk tengkuknya. “Ya bukannya gak boleh.” Cicit Audrey sambil memundurkan badannya lagi.

“Terus kenapa? Kok kayaknya gak suka gitu kakak tau.” Tanya Aldo penuh selidik.

Audrey menoleh ke Aldo yang duduk di sampingnya. “Ya gak kenapa-napa, kak, Audrey sebenarnya cuma mau ngasih tau sendiri ke kakak bukan lewat Andre gini.”

“Ooh, ya udah kalau gitu cerita sekarang. Masalahnya kenapa kok bisa tambah rumit?”

Audrey menghela napas, bersiap untuk cerita, namun tiba-tiba Syela menceletuk, “Tunjukin juga luka lo, Drey, jelasin semuanya.”

Mendengar Audrey terluka membuat Aldo langsung membulatkan matanya. “Luka apa? Siapa yang berani lukain kamu?”

Audrey menelan salivanya. Ia lalu mengangkat tangan kirinya dan menunjukkan pergelangannya yang terluka.

“Ini kenapa?” Seru Aldo langsung begitu melihat pergelangan tangan kiri Audrey.

“Dicengkram Ananta.” Celetuk Charis menjawab.

“APA?! Ndre, putar balik sekarang, kita pulang.” Seru Aldo lalu menatap Audrey. “Kakak mau kamu jelasin semuanya, gak boleh ada yang disembunyiin.” Ujar Aldo tegas.

Saat ini Aldo sedang marah. Ia tidak terima melihat Audrey terluka. Oleh sebab itu ia ingin mengetahui kronologisnya terlebih dahulu baru setelah itu ia akan memberi pelajaran pada orang yang berani melukai Audreynya.

---

Revisi : 05-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers❣

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang