51.

994 65 29
                                    

Audrey menoleh begitu pintu kamarnya terbuka. Ia baru saja selesai menggambar dan sedang membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja belajarnya.

“Pa, kak,” Sapa Audrey saat melihat mereka berdua berjalan masuk.

Roy menutup pintu, “Iya.”

“Nih, kakak bawain makan malamnya. Dimakan dulu biar keisi perutnya.” Jawab Aldo sambil meletakkan makan malam Audrey di meja belajar.

Audrey mengangguk, lalu duduk kembali. “Audrey makan dulu ya, pa, kak.”

“Iya.” Jawab keduanya serempak.

Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara sendok garpu yang beradu. Aldo dan Roy duduk di kasur Audrey sembari menunggu gadis itu menghabiskan makan malamnya.

Roy menatap punggung Audrey dari belakang. Gadis yang sudah ia rawat selama tujuh tahun itu kini sudah tumbuh besar. Waktu berlalu begitu cepat, ia bersyukur, Firman menitipkan Audrey kepadanya. Setidaknya selama tujuh tahun ini ia bisa membuat Audrey bahagia juga menggantikan posisi Firman meski ia sendiri yakin, Firman bagi Audrey tidak bisa digantikan oleh siapapun dan dengan apapun.

Selain Roy, Aldo juga nampak merenung. Aldo menatap nanar punggung Audrey. Beberapa hari ini masalah yang di dapat Audrey begitu beragam. Mulai dari masalahnya dengan Alroy yang terlalu rumit, masalah dengan Ananta, dan terakhir perkataan Siska yang pasti membuat hati Audrey kembali tergores.

Syukur Roy sudah menceritakan semuanya. Kini Aldo hanya tinggal menunggu waktu untuk membuat Siska berhenti mengatakan Audrey sebagai pembawa sial. Aldo berharap waktu baik itu datang dengan cepat, sebab ia sudah tidak ingin sahabat kesayangannya kembali disakiti.

“Pa, kak?” Panggil Audrey tiba-tiba sambil melambaikan tangannya di depan wajah Roy dan Aldo secara bergantian.

“Astaga!” Seru Aldo yang terkejut.

“Udah habis makannya?” Tanya Roy yang tidak terlalu terkejut.

Audrey mengangguk sambil meletakkan piring kotornya di nakas samping kasur. “Udah, pa.”

Audrey kemudian menarik kursi belajarnya, duduk di hadapan Roy dan Aldo. Rambutnya lalu diacak gemas oleh Aldo, membuatnya tersenyum samar.

“Audrey,” Panggil Roy.

Audrey menoleh ke Roy, “Iya, pa?”

Roy menepuk pundak Audrey, tersenyum. “Kamu anak yang kuat. Papa bangga sama Audrey. Papa cuma mau bilang, kamu itu bukan pembawa sial.”

Kepala Audrey menunduk. Ia tersenyum sambil mengangguk. “Makasih, pa. Makasih buat semuanya, terutama atas keikhlasan papa mama untuk mau merawat Audrey selama tujuh tahun ini. Audrey minta maaf kalau Audrey banyak melakukan kesalahan.” Ucap Audrey dengan mengangkat kepalanya perlahan menatap Roy.

“Sama-sama. Ya udah papa cuma mau ngomong itu. Papa keluar dulu.” Ujar Roy sambil bangkit berdiri lalu membawa piring kotor Audrey.

“Makasih, pa.” Ucap Audrey karena Roy sudah membawakan piringnya.

Sepeninggal Roy, Aldo langsung duduk berhadapan dengan Audrey. Tangan Aldo terangkat menyentuh luka Audrey di dahi.

“Perih gak?”

Audrey menggeleng. “Gak lah. Udah Audrey obatin tadi.”

“Ooh, padahal kakak mau obatin awalnya.”

“Telat.” Cibir Audrey membuat Aldo tertawa.

Melihat Aldo tertawa, Audrey jadi ikutan tertawa. “Kak,” Panggil Audrey di sela tawanya.

“Apa?” Tanya Aldo.

“Mmm … itu, kak, maaf ya tadi harusnya Audrey nurutin kakak untuk gak ke rumah mama.” Jawab Audrey merasa bersalah karena sudah membuat Aldo khawatir.

“Gapapa, Drey. Kakak tau kamu mau mama kamu ada di saat ulang tahun kamu, tapi ternyata dia justru memperlakukan kamu seperti itu. Drey, kakak minta kamu jangan mikirin apa yang mama kamu omongin ya.”

Audrey mengangguk. “Audrey gak kepikiran, kak, hanya saja hati Audrey masih sakit setiap dengar mama bilang Audrey pembawa sial, apalagi saat Audrey mengingat tentang papa. Itu benar-benar buat Audrey jadi berpikir kalau Audrey memang bawa sial untuk keluarga Audrey.” Lirih Audrey.

Aldo menghela napasnya. Ia mengerti perasaan Audrey. “Itu sama aja kepikiran. Gini, Drey, kakak paham apa yang kamu rasain. Memang Om Firman kecelakaan dan meninggal tepat di hari ulang tahun kamu, tapi itu bukan berarti kamu lah yang membawa kesialan. Semua peristiwa di bumi sudah di atur sama Yang Di Atas, kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya dan tak lupa bersyukur.”

“Di sini kakak minta sama kamu, jangan lagi menyalahkan diri. Kamu itu bukan pembawa sial. Mama kamu aja yang keterlaluan. Sekarang, kalau kamu memang membawa kesialan, bukankah seharusnya kakak sama semua orang yang dekat dengan kamu mengalami hal-hal buruk? Tapi apa? Kita gak mengalami apapun. Jadi gak ada alasan buat kamu memikirkan omong kosong mama kamu itu. Paham?” Lanjut Aldo menasihati.

Audrey menarik napas dalam-dalam lalu mengangguk perlahan. “Kak, makasih udah selalu ada buat Audrey, menemani Audrey dalam keadaan apapun, menasehati Audrey tanpa lelah meski Audrey selalu saja melakukan kesalahan yang sama. Kak Aldo itu memang sahabat terbaik yang bisa merangkap sebagai kakak untuk Audrey.” Ucap Audrey berterimakasih.

Aldo tersenyum, mengacak gemas rambut Audrey. “Dari dulu sampai kapanpun kakak gak pernah anggap kamu sahabat. Bagi kakak, Audrey adalah adik Aldo, kesayangan Aldo yang harus Aldo jaga baik dalam suka maupun duka. Audrey kesayangannya Aldo.”

Kedua sudut bibir Audrey terangkat, membalas senyum Aldo dengan tulus. Ia sangat bersyukur bisa memiliki sahabat seperti Aldo. Tidak hanya Aldo sebenarnya, tetapi juga Syela, Charis, dan Andre. Mereka berempat adalah sahabat terbaik yang selalu menemani, menasehati, dan menghibur Audrey apapun kondisinya.

“Kak, gak mau cari pacar gitu?” Tanya Audrey tiba-tiba, menyuarakan sesuatu yang baru saja lewat dipikirannya.

Senyum Aldo perlahan sirna, berganti dengan kerutan di keningnya. “Kenapa tanya gitu?”

Audrey terkekeh. “Ya gapapa, Audrey cuma mau lihat aja kalau kakak punya pacar nanti ke depannya gimana.”

“Ooohh..” Ujar Aldo sambil mencubit gemas pipi Audrey. “Nanti waktu di Prancis kakak kenalin.”

Mata Audrey langsung membulat sempurna mendengar jawaban Audrey yang tak terduga. “KAKAK UDAH ADA CEWEK?” Seru Audrey.

“Ssstt…” Bisik Aldo.

Audrey pun menutup mulut sambil mengulum senyum. “Siapa, kak, ceweknya? Audrey mau kenal.”

Aldo terkekeh. “Kakak belum pacaran, lagi deket aja. Doain ya!”

“Amin!! Akhirnya kakak nemu juga, Audrey kira kakak bakal jadi perjaka tua.” Gurau Audrey.

Aldo mendengus. “Tega banget, Drey.”

Audrey menyengir. “Gimana ceritanya, kak, bisa ketemu?” Tanya Audrey penasaran.

“Adik tingkat, Drey. Dia juga yang bantu kakak untuk nyariin kamu beasiswa, kampus, sama apartemen.”

“Wahh, Audrey jadi gak sabar buat ketemu… Pokoknya Audrey mau kenal sama cewek itu.” Ujar Audrey bahagia.

Aldo tertawa. “Iya pasti nanti kakak kenalin.”

Mendengar itu membuat Audrey bangkit berdiri dan langsung memeluk Aldo. Kini ia sedang senang karena dua hal. Pertama, Aldo sudah menemukan seorang gadis pujaannya. Kedua, ia akan mengenal gadis yang bisa meluluhkan hati Aldo itu.

“Udah-udah lepas, leher kakak sakit.” Gurau Aldo.

Audrey melepaskan pelukannya lalu melirik Aldo. “Dasar.” Decak Audrey.

Aldo tertawa renyah. “Gemesin.” Ujar Aldo tanpa bosan mencubit pipi Audrey.

Akhirnya setelah topik tentang gadis Aldo selesai, mereka kemudian saling bercerita banyak hal tentang apa yang mereka alami selama tidak saling mengobrol satu tahun. Aldo sengaja melakukan ini untuk menemani Audrey agar Audrey tidak lagi memikirkan ucapan Siska.

Waktu pun terus berjalan, hingga tanpa sadar malam sudah semakin larut. Aldo juga sudah menguap beberapa kali, namun berbeda dengan Audrey yang masih nampak bersemangat.

“Drey, kakak ngantuk.” Ujar Aldo karena sudah tidak kuat lagi menahan.

Audrey menghentikan ceritanya, menatap Aldo lekat-lekat. “Ya udah kalau kakak mau tidur. Selamat tidur, kak, mimpi indah.”

Aldo tersenyum sambil bangkit berdiri. Sebelum pergi, Aldo mengecup singkat puncak kepala Audrey. “Selamat tidur juga kesayangannya Aldo.” Balas Aldo lalu berjalan keluar dari kamar Audrey

Sepeninggal Aldo, kini Audrey sendirian di kamarnya. Ia melihat jam yang baru menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Akhirnya karena belum mengantuk, Audrey memutuskan untuk membaca setumpuk novel di balkon kamarnya

---

Revisi : 10-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang