Sore hari di tempat dimana banyak orang menyebutnya sebagai tempat kumpulan para bidadari. Seorang gadis berambut panjang dengan warna cokelat, berjalan santai menyusuri jalan menuju lantai 4 menggunakan lift yang kini ada di hadapannya. Beberapa saat dia menunggu pintu besi itu terbuka. Saat dia akan menutup pintu besi di hadapannya, seorang gadis lain berlari ke arahnya dan segera masuk sebelum pintu itu menjepit tubuhnya.
Gadis berambut panjang itu hanya melirik sekilas dan kembali menekan tombol. Terjadi keheningan di antara keduanya namun tak berlangsung lama. Gadis dengan jaket jeansnya itu menoleh perlahan ke sampingnya.
"Apa?" Tanya gadis berambut panjang tanpa menoleh sedikitpun.
Gadis berjaket itu menghela nafasnya pelan dan menarik tangan gadis yang lebih pendek darinya. "Jangan gini..." Lirihnya terdengar pilu. Ekspresi gadis berambut panjang itu masih sama. Datar.
"Mi, aku mohon jangan diemin aku terus. Aku belum si-"
"Nggak usah di bahas, aku males ngebahasnya."
"Tapi, Mi, aku lebih suka kamu ngomelin aku daripada kamu diemin aku. Please! Kamu jangan diem terus-terusan kayak gini."
Gadis berjaket jeans itu melepas masker yang daritadi menutupi hidung serta mulutnya. Topi yang dia pakai juga dia lepaskan.
"Lihat aku." Katanya tegas sembari menarik tubuh gadis berambut panjang itu menghadap dirinya.
"Aku tau kamu mau apa, tapi tolong jangan paksa aku. Ini nggak segampang yang kamu kira, Naomi. Kasih aku waktu. Oke?" Naomi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rasanya dia ingin memaki orang di hadapannya ini namun rasa cintanya terlalu besar.
"Mi... aku mohon jangan diem terus." Naomi terdiam sejenak. Dia menghitung sudah berapa lama dia mendiamkan gadis yang sangat dia cintai itu. Tiga hari setelah Gaby mengabarkan bahwa gadis berlesung pipi itu akan melangsungkan pertunangan resminya.
"Bunda, kamu udah diemin aku selama tiga hari loh," ucapnya lagi.
"Udah, Fries, aku males ngebahas itu." Kata Naomi melepaskan tangan orang yang masih berstatus kekasihnya itu dari bahunya.
"Oke, aku nggak bakal bahas lagi. Tapi aku mohon jangan diemin aku."
Naomi menunduk sebentar dan setelah itu kepalanya menoleh kesampingnya. Dia melihat gadisnya itu memasang wajah yang sangat memelas. Tak lama dia memeluk gadisnya dengan sangat erat. Rindu mengalahkan keegousannya.
"Aku kangen kamu." Bisik Naomi. Wajahnya dia sembunyikan di bahu orang yang kini memeluknya tak kalah kuat.
"Kamu kangen aku? Aku lebih jauh kangen kamu." Balasnya mengecup kepala samping Naomi.
"Eemm... Pelukannya udahan, ya? Hehehe takut ada orang." Ucap Naomi melepaskan pelukannya. Gadis itu tersenyum dan meraih jemari Naomi. Jari-jarinya dia kaitkan di jari-jari lentik Naomi.
"Fries, aku boleh ngomong sesuatu?" Tanya Naomi menatap wajah samping kekasihnya.
"Boleh dong, sayang." Naomi mengangguk kecil dan melepaskan tangannya dari genggaman orang di sampingnya dan berganti memeluk lengannya.
"Kalo misal... aku di jodohin orang tua aku... Gimana?" Ada keheningan diantara mereka. Gadis berjaket jeans itu terlihat bingung harus mengatakan apa.
"Ak-"
Belum sempat dia menjawab, pintu besi itu terbuka dan memaksa mereka untuk berjalan memasuki si pintu merah. Keduanya terus diam. Dalam hati Naomi terus berdoa agar kekasihnya itu tidak berfikir macam-macam.
"Kak Frieska! Bunda!"
Suara cempreng Melati membuat semua orang memutar bola matanya malas. Sedangkan Naomi dan Frieska hanya tersenyum melihat gadis yang sedang cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...