Lidya yang baru saja keluar dari pintu kantornya segera berlari kecil ke arah mobilnya. Hari minggu yang melelahkan untuknya karena harus pergi ke kantor hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sedikit bermasalah.
Sudah sangat siang saat dia masuk ke dalam mobil. Matahari di kota Jakarta terasa menyengat dan bahkan isi dalam mobilnya sampai terasa hangat karena dia tidak memarkirkan mobilnya di dalam basement.
Lidya segera menancapkan gas mobilnya menuju rumahnya. Dia merindukan istrinya yang mungkin sekarang sedang duduk di depan TV sembari mengemil kue kering yang dua hari lalu di berikan oleh Yona.
Sembari bersenandung mengikuti lirik lagu di radionya, Lidya sesekali tersenyum mengingat wajah kesal Melody ketika ia memberitahukan bahwa dirinya harus pergi ke kantor pagi itu. Dengan wajah di tekuk dan bibir yang sedikit maju, Melody mengomelinya.
"Bilangnya hari ini jalan-jalan, sekarang tiba-tiba bilang mau ke kantor bentar. Bentarnya kamu di kantor itu kayak kamu lagi pergi ke luar angkasa. Lama, Lidya! Terserah, sana pergi. Aku kesel sama kamu!"
Begitulah yang Melody omelkan. Sepanjang perempuan itu berjalan, Lidya bisa mendengar gerutuannya. Padahal jaraknya sudah lumayan jauh dari pintu kamarnya.
Sebelum pulang, Lidya memarkirkan mobilnya sebentar di depan toko buah. Karena semalam Melody memintanya membeli jeruk dan alpukat. Dengan senyum merekah Lidya segera membeli apa yang Melody inginkan semalam. Dia tidak ingin apa yang di katakan Veranda kejadian pada anaknya nanti.
"Kalo ibunya kamu nggak turutin maunya, entar anak kamu ngeces terus. Mau? Beliin sana!"
Kata-kata yang mampu membuat Lidya bergidik tidak menginginkan anaknya yang lucu di penuhi air liur yang lebih banyak dari anak biasanya. Lebih baik dia menghabiskan uangnya untuk membeli keinginan sang ibunya sekarang daripada melihat anaknya di ledek teman-temannya.
Selesai membeli apa yang di inginkan Melody, Lidya segera menggas mobilnya menuju rumahnya. Sepanjang jalan dia membayangkan betapa senangnya Melody melihat dirinya membawakan jeruk dan alpukat.
Saat membelokan stir mobilnya ke kiri, memasuki komplek perumahannya, Lidya mendadak menghentikan lajunya. Dengan jarak sekitar 8 meter dari mobilnya berhenti, Lidya bisa melihat seorang pria yang dia tahu itu adalah mantan kekasih Melody, sedang mengecup mesra kening Melody. Tanpa adanya penolakan Melody menerimanya begitu saja. Bahkan Lidya melihat mata itu tertutup seakan menikmati kecupan hangat yang pria itu berikan.
"Bangsat!" Makinya dengan mencengkeram stir mobilnya. Giginya gemertak menahan emosi, jari-jari tangannya sampai memutih karena cengkeraman pada stir mobil yang sangat kuat. Wajahnya memerah dan dadanya kembang kempis, menandakan bahwa dirinya sangat marah.
Lidya terus diam tanpa berniat menjalankan mobilnya. Ia ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi itu adalah kesalahan terbesar yang dia buat. Matanya mendelik melihat pria itu dengan santainya mengusap perut Melody dan bahkan mengecupnya. Itu yang biasa dia lakukan sebelum pergi ke kantor dan pulang kantor. Tapi sekarang yang dia lihat seorang pria yang melakukan itu pada orang yang sangat dia cintai.
Air matanya menetes begitu saja. Matanya memerah dan dadanya terasa sesak. Lidya semakin mencengkeram stir mobilnya bahkan memukulnya. Dia berteriak meluapkan emosinya. Sakit, sakit ketika melihat orang yang dia cintai di sentuh oleh orang yang jelas-jelas dia tahu itu mantan kekasihnya.
"AAARRRGGHH!!!" Lidya berteriak histeris saat kembali pria itu memeluk Melody. Tangannya memukuli stir yang tidak bersalah itu dengan emosi yang sudah sangat meluap.
Seperginya pria itu, Lidya menjalankan mobilnya. Memasukan mobilnya dengan sedikit kencang dan tidak beraturan.
Melody yang baru saja masuk ke dalam rumah segera menoleh ketika mendengar suara mobil Lidya memasuki garasi yang terbuka. Senyumnya mengembang lebar saat melihat Lidya keluar dari mobil dengan membawa dua kantong kresek berisi buah yang dia inginkan semalam. Namun senyum lebar itu mendadak luntur ketika melihat raut wajah Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
Fiksi PenggemarAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...