42

5.8K 476 97
                                    

Wuuuussshhh~ panjang 😂
Selamat membaca😘

~~~~~

Senua orang tampak duduk dengan khawatir. Di dalam ruangan sana, ada Melody yang akan melahirkan dengan di temani Lidya. Orang tua keduanya sudah hadir bersama yang lain. Duduk dengan perasaan bahagia juga khawatir.

Sementara di dalam ruangan, Melody yang ditemani Lidya, terus saja meremas tangan Lidya yang menggenggamnya. Suara dokter yang mengintruksikannya terus terdengar. Lidya sendiri tampak khawatir melihat wajah lelah Melody. Ini pertama kalinya dia melihat seseorang melahirkan.

"Iya, tarik nafas, buang. Terus ya, Mel, bagus-bagus. Iya, terus tarik, buang pelan-pelan." Suara sang dokter tak habis-habisnya mengintruksikan Melody untuk menarik nafas dan kembali membuang nafas pelan. Lidya yang mendengar itu sampai-sampai ikut melakukannya.

"LIDYA! SAKIT!" Seruan Melody yang diiringi ringisan itu membuat Lidya menggigit bibir bawahnya. Dia terus berdoa dalam hati dan berusaha menenangkan Melody.

"Tenang, sayang. Tarik nafasnya, iya-iya gitu. Buang pelan-pelan, aku di sini, Mel. Tenang, ya?" Ucapan Lidya yang sedikit bergetar tak berhasil membuat Melody tenang. Suara rintihannya semakin membuat Lidya merasa sakit sendiri melihat betapa sulitnya Melody melahirkan.

Melody terus berusaha melahirkan buah hatinya dan menahan sakit yang teramat sangat. Ini pertama kalinya dia merasakan sakit melebihi apapun. Rintihannya terus terdengar bersama dengan suara semangat dari Lidya di sampingnya. Perempuan itu terus menemaninya dan menggenggam tangannya. Tak sedetikpun Lidya meninggalkannya begitu saja.

Hampir berjam-jam proses persalinan itu berlangsung, hingga suara tangisan bayi memenuhi ruangan yang penuh drama. Perlahan tangan Lidya terlepas dari genggaman Melody. Matanya terarah pada satu titik. Bayi yang baru saja Melody lahirkan. Masih penuh dengan darah, sang dokter membawanya ke dekat Lidya.

"Anak kamu cewek, Lid." Ucap sang dokter tersenyum haru. Lidya yang melihat bayi itu, hanya mampu menutup mulutnya bersamaan dengan air mata yang menetes. Kebahagiaan yang tak mampu dia lukiskan saat ini.

"Maaf, dokter, masih ada lagi. Bayinya kembar." Ucapan seorang perawat yang baru saja memeriksa Melody membuat semua orang di sana terkejut. Padahal saat USG, Melody terlihat hanya memiliki satu bayi. Namun beginilah, tak ada yang tahu rencana Tuhan.

Lidya yang mendengar kalau bayinya kembar langsung menutup mulutnya. Air matanya semakin mengalir deras di pipinya. Betapa bahagianya dia mendengar berita ini. Dia pun tidak menyangka kalau anaknya akan kembar. Rasanya dia ingin berseru dan berteriak kepada semua orang kalau hari ini adalah hari bahagia yang tak bisa di deskripsikan.

"Oke, tolong kamu bersihkan bayi perempuannya. Ayo, Mel, sekali lagi kita berjuang." Ujar sang dokter memberikan bayi perempuan itu pada seorang perawat untuk di bersihkan.

"Sebentar, dok. Boleh minum? Saya haus." Mendengar ucapan Melody, Lidya segera meminta air putih. Seorang perawat segera memberikan air putih yang sudah di sediakan kepada Lidya agar meminumkan Melody.

"Ini, sayang, minum yang banyak." Ucap Lidya sedikit bergetar. Setelah memberikan Melody air putih, Lidya kembali menggenggam tangan Melody. Tak lupa dia memberikan semangat pada istrinya yang saat ini berjuang melahirkan satu bayi lagi.

"Kamu kuat, sayang. Aku di sini, sekali lagi, ya? Kamu pasti bisa." Bisikan Lidya seakan menjadi suntikan semangat bagi Melody. Dia mengangguk dan mulai menarik nafas dalam-dalam. Setelah itu dia menghembuskannya secara perlahan.

"Oke, Mel, siap? Tarik nafas, buang. Bagus, Mel. Iya, terus."

Melody terus berusaha melahirkan bayinya yang kedua. Kali ini terasa lebih tenang, tidak seperti sebelumnya. Mungkin karena semangat yang Lidya berikan sedari tadi.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang