Malam di kediaman Lidya dan Melody. Rumah bertingkat dua itu tampak sunyi. Lidya yang baru saja pulang kerja sedikit takut saat akan memasuki pintu bercat coklat di hadapannya.
"Kalo gue masuk, kena timpuk bantal nggak, ya?" Gumamnya bertanya sendiri. Tangannya masih ragu memegang gagang pintu di depannya itu.
"Ah, kan ini rumah gue. Kalo pun ketimpuk juga di timpuk bini sendiri." Katanya lagi. Perlahan tangannya membuka pintu di depannya. Kepalanya dia masukan sedikit untuk melihat situasi di dalam rumah.
"Aman... bentar-bentar, ini rumah gue kenapa gue ngendap-ngendap masuknya? Ah! Bodolah." Lidya kembali menutup pintunya dan menoleh kiri kanan. Tidak ada siapapun yang dia temukan di sana.
"Di kamar kali." Pikirnya melangkahkan kaki menuju kamar yang berada di lantai dua.
Sesampainya dia di lantai dua, kakinya berbelok ke kanan menuju kamarnya yang tertutup. Namun belum sempat dia membuka pintu, seseorang mengejutkannya dari belakang tubuh tingginya.
"DOR! MAU MALING, YA?!"
"Bencong eh, bencong! Frieska! Resek bener dah. Kalo gue jantungan gimana?"
Frieska yang mengagetkan Lidya hanya tertawa karena raut wajah Lidya yang sangat lucu. Sedangkan Lidya masih memasang wajah kesalnya.
"Hahahaha maaf-maaf, lagian lo ngapain sih, pake pelan-pelan gitu jalannya? Ini rumah lo, bukan rumah orang." Kata Frieska terkikik geli.
"Iya gue tau. Tapi itu buat antisipasi kalo bini gue nimpuk pake bantal lagi. Gila aja, tiap pulang kerja di sambutnya pake nimpuk bantal." Ucap Lidya
"Nggak kok. Mba Imel lagi keluar sama Naomi. Gue di suruh di rumah." Lidya mengerutkan keningnya mendengar ucapan Frieska.
"Pergi sama Naomi? Kemana?" Tanya Lidya menyandarkan punggungnya di pintu kamar.
"Ke mini market katanya. Gue mau ikut, di bilang di rumah aja nungguin Lidya pulang. Di kira gue pembantunya apa nungguin lo pulang." Lidya tertawa kecil mendengar cerita Frieska. Sudah biasa dia mendengar ucapan aneh dari Melody semenjak wanitanya itu mengandung.
"Ya udah, gue mau beres-beres dulu dah. Lo mendingan cari cara aja sono." Kata Lidya dengan nada meledek.
"Cara apaan?" Tanya Frieska bingung.
"Cara gimana buat Naomi mau sabar buat nunggu lo ngelamar dia HAHAHAHA." Lidya segera masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Frieska yang sangat kesal.
*****
Kini Lidya dan Frieska sedang asyik menonton TV di ruang keluarga. Sembari menunggu Melody dan Naomi, keduanya menonton acara di TV yang akhirnya membuat keduanya bosan.
"Bosen nggak, sih? Pulang kerja gini-gini doang." Gerutu Lidya memanyunkan bibirnya.
"Iya sih, hari ini juga nggak ada latian team K3." Timpal Frieska menyandarkan kepalanya di tangan sofa.
"Fries!"
"Yot!
"Kangen nggak sih, sama jeketi lama?"
"Kangenlah. Apalagi gen 1 yang bertahan cuma gue sama Ayana. Sonia dah graduate dan ngelanjutin kuliah di luar. Kangen gue sama tuh anak cengeng."
"Iya, ya? Kangen bener sama tuh anak. Kangen ngeledekin dia jadinya. Eh, pas Viny nikah dia dateng kan, ya? Kira-kira besok dia dateng nggak, ya?"
Frieska mengindikan bahunya. Tangannya meraih ponsel yang sedaritadi dia biarkan tergeletak di atas meja.
"Lid, lo tau mantannya Mba Imel kan, ya?" Lidya menoleh dan menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...