Kini Veranda dan Kinal tampak duduk diam di dalam kamar hotel. Beberapa jam lalu mereka baru saja selesai menemui dokter yang pernah membantu Veranda dulu. Keduanya hanya duduk di atas tempat tidur sambil menatap ke layar TV yang sedang menayangkan sebuah film kartun.
Sedari tadi Veranda mendiamkan Kinal karena semalam Veranda tak sengaja membuka Instagram Kinal dan menemukan bahwa Kinal membalas direct message dari seseorang yang pernah menjadi kekasih Kinal alias mantan. Sedangkan Kinal sudah dari pagi membujuk Veranda agar tidak mendiamkannya lagi. Kejadian ini terulang lagi setelah mereka sampai di bandara sehari yang lalu.
"Ve, jangan marah lagi dong." Ucapan Kinal tak dihiraukan oleh Veranda. Perempuan bak bidadari itu hanya diam memandangi layar televisi yang masih menyala.
"Dia cuma mantan, Ve. Mantan." Ujar Kinal dengan nada penuh penekanan.
Veranda hanya meliriknya tanpa berkomentar sedikitpun. Ia benar-benar kesal dengan kelakuan Kinal. Sudah tahu kalau istrinya ini cemburuan, tapi tetap saja memancingnya untuk marah.
"Ve, maaf dong. Dia kan, cuma mantan aku. Aku bales DM-nya cuma karena silahturahmi aja. Nggak lebih. Lagian kita sama-sama udah berkeluarga." Terdengar helaan nafas panjang dari Veranda. Dia menoleh menatap Kinal yang sudah memasang wajah cemberutnya.
"Oke, tapi aku tanya sama kamu. Apa perlu kamu kasih emoticon-emoticon cium?" Tanya Veranda menatap Kinal dengan tegas. Sedangkan Kinal sudah menundukan kepalanya.
"Kinal, jawab aku."
"I-itu, Ve, kan cuma emoticon, nggak lebih."
"Ya masa harus emot itu? Nggak ada yang lain apa? Emangnya pabriknya kurang banyak kasih emot di hp kamu? Apa mata kamu itu udah bermasalah? Hah?!"
Kinal meringis mendengar seruan Veranda di akhir kata. Kalau begini caranya, dia akan sulit membujuk Veranda. Yang mampu membuat istrinya itu berhenti marah hanya Juven. Tapi sekarang Juven tidak bersama mereka. Itu yang lebih menjadi masalahnya.
"Ve, itu cuma emoticon. Kalo aku kan, ciumnya ke kamu aja sama Juven. Inget loh, kita ke sini buat bikin dedek bayi buat Juven." Ucap Kinal mencoba tersenyum. Namun yang dia dapatkan, sebuah lemparan bantal di wajahnya.
"Makan tuh bayi!" Seru Veranda berdiri dari duduknya dan pergi menuju kamar mandi.
"Ini cuma gara-gara emoticon doang, gue kena damprat. Kinal-Kinal! Lo juga bego sih, udah tau Veranda cemburuan, malah seenak jidatnya ngetik macem begitu. Terus ini gimana? Masa pulang-pulang gue nggak bawa Ve berbadan dua? Di ledekin Beby sama Lidya yang ada." Gumam Kinal mengacak-acak rambutnya sendiri.
*****
Malam ini Juven yang menginap di rumah Beby dan Shania terlihat senang. Karena seharian ini Shania selalu menemaninya bermain dengan Alice juga. Sudah sedari pagi kedua anak itu tak pernah berpisah. Dari sekolah, pulang, tidur siang sampai Beby pulang pun mereka terus bersama.
"Om pipi bolong, itu apa?" Pertanyaan Juven membuat Beby yang sedang mengetik di laptopnya menoleh pada Juven dan mengikuti arah yang Juven tunjuk.
"Itu namanya jus alpukat. Juven mau?" Tanya Beby tersenyum. Tangannya beralih mengambil gelas yang ada di sampingnya dan menyodorkan pada Juven.
"Mau coba?" Tanya Beby memperhatikan wajah Juven yang tampak berfikir sebentar.
"Juven mau, tapi punya Onty." Kata Juven sedikit takut-takut.
"Gapapa, Onty juga nggak mau lagi kok." Ucap Beby mendekatkan sedotan berwarna putih itu ke dekat bibir Juven. Dengan perlahan-lahan, bocah tampan itu menyedot jus alpukat itu dengan hati-hati. Di lepasnya sedotan itu dari mulutnya dan sedikit ia kecap bibirnya untuk merasakan rasa jus pertama kali ia minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...