22

4.2K 450 23
                                    

Siang ini Kinal mendapat sebuah kesempatan bagus. Dimana dia di ajak bekerja sama dengan teman lamanya. Dengan senang hati Kinal menerima kerja sama itu yang melibatkannya dalam sebuah projek yang harus di kerjakan di luar negeri.

Sementara Veranda yang mendapat kabar gembira itu dari Kinal sedikit ragu memperbolehkan Kinal untuk menerima. Bukan karena investasi atau hal lainnya. Entah mengapa perasaannya tak enak ketika mendengar kabar itu dari Kinal sendiri.

"Kamu yakin?" Tanya Veranda duduk di depan Kinal. Kini keduanya sudah duduk di sebuah tempat makan siap saji setelah menjemput Juven di sekolahnya.

Sementara mereka mengobrol, Juven asyik memakan burger serta ice creamnya bersama Alice. Veranda melirik Juven dan Alice yang masih sibuk dengan makanan mereka. Kinal sendiri tampak takut melihat ekspresi Veranda saat ini.

"Ini juga buat masa depan Juven, Ve. Nanti kalo dia udah besar, biar dia yang lanjutin usaha aku." Ucapan Kinal membuat Veranda menghela nafasnya.

"Mami maaf, Juven boleh ke kamar mandi? Juven kebelet." Veranda dan Kinal menoleh pada anak semata wayang mereka. Bocah tampan itu dengan ekspresi lucunya menatap Maminya dengan takut karena berani menyela pembicaraan orangtua.

"Boleh, mau Mami anter?" Tanya Veranda lembut.

"Nggak usah, Mami. Makasih, Juven bisa sendiri." Katanya dengan tersenyum. Selanjutnya dia sudah berjalan pelan ke arah kamar mandi yang ada di pojok tempat itu. Alice sendiri masih sibuk menghabiskan ice creamnya.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Veranda menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Ya... aku tinggal minta izin kamu aja. Kalo kamu deal, aku bakal urus semuanya. Untuk kantor nanti Viny bantuin aku buat desain." Veranda menggeleng kecil dan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.

"Jujur, ya? Aku sebenernya nggak bisa ijinin kamu, tapi kalo ini buat Juven... apa boleh buat. Terus kamu minta Viny bantu desain dan segala macemnya, kamu kira bangun kantor gampang dan cepet apa?" Kinal tersenyum melihat ekspresi wajah Veranda saat ini.

"Untuk kantornya, sementara aku pake rumah yang baru aku beli kemarin. Gapapa, kan? Untuk sementara sampe kantor aku bener-bener selesai dan tinggal cari karyawan." Ucapan Kinal semakin membuat Veranda mengusap kepalanya sendiri yang terasa pening.

"Mibi, Kakak Juven ngapain?" Mendengar ucapan Alice, Veranda dan Kinal menoleh ke arah yang di tunjukan gadis kecil itu.

Tampak di sana Juven sedang berjongkok dan tersenyum sembari mengusap pipi seorang bayi. Bocah itu dengan lembut mengusap pipi bayi itu dan sepertinya dia meminta izin untuk menciumnya karena selanjutnya bocah itu mencium pipi bayi itu dengan sayang.

"Dadaaah!" Teriakan girang Juven dengan tangan yang di lambaikan itu membuat beberapa orang di sana tampak gemas. Dengan berlari dan sedikit melompat-lompat, Juven pergi kembali ke meja Mami dan Papinya.

Kinal sendiri tampak tertegun melihat Juven yang sepertinya sudah ingin memiliki seorang adik. Senyum tipisnya mengembang saat mengingat rencananya yang belum terlaksana.

"Mami! Papi! Dedeknya lucu!" Seruan Juven membuat Veranda tersenyum dan mengusap kepala Juven.

"Udah pipisnya?" Tanya Veranda mengecup kepala Juven.

"Udah, dedeknya gemes, Mi. Juven pengen punya adek lagi ah! Beli ya, Mi?" Ucapan Juven membuat kedua orangtuanya langsung tertawa.

"Hahaha aduh, iya-iya nanti Juven punya dedek bayi, ya? Tapi nggak sekarang, oke? Sekarang dedek Al dulu, ya?" Dengan patuhnya Juven mengangguk dan duduk di depan Alice lagi.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang