Seorang gadis berwajah oriental baru saja terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali dan sedikit menguap. Ia pun langsung turun dari atas tempat tidurnya setelah benar-benar mengumpulkan kesadarannya. Baru saja akan melangkahkan kakinya, kepalanya menoleh pada sebuah pigura yang ada di atas nakas, di samping ranjang.
Wajah sendunya mendadak terlihat. Mata tajamnya menatap sedih ke arah pigura itu. Pigura yang berisi satu foto termanis yang selama ini ia miliki. Dimana dirinya sedang memeluk seseorang yang hingga kini mengisi hatinya dari belakang dan posisi pipi kirinya menempel pada kepala samping orang tersebut. Sedangkan wajah orang yang dia peluk menampilkan senyum termanis yang sangat jarang di perlihatkan pada semua orang. Terlalu manis hingga dia tidak tahu bagaimana harus melupakannya.
Diambilnya pigura itu dan dia kecup tepat pada bagian wajah orang yang dipeluknya dalam foto. Suatu ritual pagi yang sering dia lakukan saat orang yang dia cintai itu tak ada di sampingnya. Biasanya dia melakukan hal itu dengan senyum dan mengucapkan selamat pagi pada foto itu. Namun berbeda dengan saat ini. Setetes air mata meluncur begitu saja dari pelupuk matanya. Menyadarkan dia akan apa yang kemarin dia lakukan. Mungkin akan menjadi sebuah penyesalan yang akan dia bawa hingga mati.
"Maaf..." Lirihnya mengusap piguranya dan kembali mengecupnya berulangkali. Memeluk pigura itu begitu erat di sertai tangis tanpa suara.
"Maaf, sayang. Maafin aku, Fries... aku nggak mau kamu lebih sakit dari ini. Aku minta maaf!" Seruannya membuat gadis bertubuh sedikit berisi itu terdiam di depan pintu kamarnya. Bermaksud mengetuk akhirnya dia urungkan ketika mendengar isak tangis dari sang kakak. Betapa perihnya dia mendengar tangis juga kata maaf yang sering dia dengarkan setiap bangun tidur dan menjelang tidur.
Dia menutup matanya, memukul sedikit ulu hatinya untuk menekan rasa pedih yang tiba-tiba menyeruak. Kisah kakak juga dirinya pun sama. Melepaskan seseorang yang masih sangat mereka cintai dengan alasan kebahagiaan orangtua. Mengorbankan cintanya demi keluarga yang selalu menjaganya.
*****
Kini mereka duduk bersama di ruang makan untuk menikmati sarapan pagi ini. Sinka, si gadis berjulukan panda itu melirik sedikit ke arah kakaknya, Naomi. Sedari tadi kakaknya itu hanya diam dengan tangan yang hanya memegang sendok tanpa menyendok makanannya. Dia kembali melirik pada kakak keduanya dan ibunya yang sibuk memakan sarapan. Tidak terlihat memperhatikan perubahan Naomi beberapa hari ini, tapi dia yakin kalau kakak keduanya itu masih peduli pada kakak ketiganya.
"Ci Omi, nggak mau makan?" Tanya Sinka meletakan sendoknya dan menatap Naomi yang terkejut.
"Eh? Makan kok, makan." Kata Naomi segera memakan sarapannya.
Sinka bisa melihat dari ujung matanya kalau Cindy, kakak keduanya itu menatap Naomi sebentar dan kembali sibuk pada sarapan yang baru setengah habis. Helaan nafas pelan lolos dari bibir Sinka. Dia yang paling kecil saja, mengerti akan perasaan kakaknya karena dia merasakan hal yang sama.
"Ci Omi, kalo emang cici itu ngga-"
"Dudut makan."
Suara Naomi yang sangat dingin itu membuat Sinka mendengus kesal dan kembali menyuapkan makanannya sebanyak mungkin ke dalam mulutnya. Pipinya yang chubby itu sampai menggembung karena rasa kesal pada Naomi yang menyela ucapannya. Padahal dia bermaksud baik agar Mama dan Kakaknya itu mau mendengar apa yang ingin Naomi tolak.
"Sudah kamu putuskan perempuan itu, Naomi?" Suara Mama Naomi menghentikan pergerakan tangan Naomi.
"Dia yang mutusin Naomi, Ma." Jawab Naomi dengan suara pelan.
Senyum tipis Mama Naomi mengembang dan kepalanya mengangguk pelan. Sinka menatap wajah samping Naomi yang seperti sedang menahan sesuatu. Ia yakin kalau kakaknya itu sedang menahan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
Fiksi PenggemarAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...