Awas kena prank 😝
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Senyumnya tak pernah lepas dari objek yang sedari tadi ia lihat. Matanya seakan enggan berpaling akan indahnya ciptaan Tuhan. Manis, anggun, dan sempurna. Siapa yang tidak mau memiliki seseorang seperti orang yang ada di hadapannya saat ini? Semua berlomba-lomba mendapatkannya tapi justru ia yang mendapatkannya. Sungguh beruntung.
Seeeorang yang sedari tadi sibuk memoles wajahnya dengan make-up tipis merasa risih juga karena sedari tadi ditatap tiada henti. Ia menoleh dan mendapati Viny masih saja betah tersenyum sembari menatapnya.
"Mau sampe kapan kamu senyum-senyum kayak orang gila gitu?" Ucapnya setelah menghela napas.
"Sampe aku ketemu orang yang jauh lebih sempurna dari kamu." Jawab Viny asal.
"Kak Viny!" Serunya kesal dengan kaki yang menghentak di ubin.
"Shani..." Balas Viny yang kini menopang dagunya sendiri dengan masih tersenyum ke arah Shani. Wajah kesal istrinya itu tak ia hiraukan sama sekali. Ia justru merasa gemas melihat Shani seperti itu.
"Jadi jalan nggak nih? Jangan sampe yang lain udah nungguin." Kata Shani dalam mode ngambek.
Viny semakin tersenyum lalu beranjak dari duduknya. Dengan cepat ia memeluk Shani dari belakang dan mencium pipi Shani. "Hari-hariku bahagia banget bisa punya kamu. Kalau malam ini aku disuruh ambil bintang di angkasa, aku bakal nolak." Kata Viny meletakan dagunya di atas bahu Shani.
Dengan tatapan malas, Shani bertanya, "Kenapa?"
"Soalnya..." Viny berdiri tegak lalu membalik tubuh Shani hingga menghadap padanya. "Aku udah punya matahari yang jauh lebih besar dari bintang." Ucapnya dalam satu kali tarikan napas.
"Kenapa mesti matahari sih?" Tanya Shani bingung. Tapi senyumnya sudah mengembang.
"Karena kamu membuat hidupku selalu bercahaya dan membuat tubuhku terasa hangat."
"Kak Viny! Geli ih!" Viny tertawa mendengar kekesalan Shani. Selanjutnya ia bisa melihat Viny berjalan meninggalkannya yang masih tertawa.
Sesampainya mereka di luar, Viny dengan cepat membukakan pintu mobil untuk Shani. "Silahkan, bidadariku. Tenang, ini namanya romantis, bukan bucin." Ucapnya membuat Shani tertawa kecil.
"Bucin sama romantis kan, beda tipis." Katanya sebelum masuk ke dalam mobil.
"Ah, kalo kamu yang bilang gini, aku nggak bakalan protes. Shani kan selalu benar." Shani memukul pelan lengan Viny lalu masuk ke dalam mobil. Setelah itu ia bisa melihat Viny menyengir dan pergi berputar menuju pintu kemudi.
Sepanjang perjalanan, Viny tak hentinya menggoda Shani. Tak jarang pula Shani menghadiahi perut Viny sebuah cubitan yang justru ditanggapi Viny dengan tawa. Semenjak hari itu, Viny sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak meninggalkan Shani barang sedetik dan tidak akan membuat air mata gadis itu keluar karenanya. Akan ada tawa dan senyum saja yang ia ciptakan demi bahagia seorang Shani Indira.
*****
Veranda, Shania dan Melody sudah sampai di salah satu salon di dalam mall. Mereka ingin memotong rambut anak-anak mereka sembari menunggu teman-temannya juga Kinal, Beby dan Lidya yang sedang pergi membeli minuman.
Hari ini mereka memutuskan arisan di salah satu restoran sekaligus merayakan kembalinya Nabilah dan Gaby. Dan Veranda yang melihat rambut Juven sudah tebal, mengajak Juven ke salon yang ternyata kedua temannya juga akan memotongkan rambut anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...