36

4.6K 429 71
                                    

Siang ini tampak Shania masih betah duduk sembari memainkan game di ponselnya. Dengan duduk manis di atas sofa ruang kerja Beby, perempuan bertubuh jangkung itu terus menatap layar ponselnya. Sesekali suara decakan keluar dari bibirnya. Hingga akhirnya dia bosan, tangannya meletakan ponselnya ke atas meja dengan kasar dan menatap Beby yang ada di ruang sebelah yang hanya terhalang dinding kaca tembus pandang. Sedang bertemu dengan kliennya.

Mata Shania menatap ke arah jam dinding, sudah waktunya makan siang dan Beby belum juga selesai. Dia pun berdiri dari duduknya, pergi menuju meja kerja Beby dan meraih telepon di sana. Menghubungi Beby di ruang sebelah ternyata.

"Sebentar, ya? Saya terima telepon dulu." Ucap Beby tersenyum tipis dan segera mengangkat telepon yang dia tahu kalau itu adalah istrinya.

"Hallo, Nju?"

"Makan siang, By. Aku laper dan pengen peluk kamu."

Mendengar itu Beby tersenyum tipis. Padahal belum sampai satu jam, Shania sudah merindukannya. Kehamilan Shania kali ini memang membuatnya bingung dan sekaligus bersyukur.

"Iya, abis ini, ya? Aku urus klien dulu, abis itu kita makan siang. Kamu tunggu bentar aja, abis ini selesai." Selesai mendengar kata "oke" dari Shania, Beby menutup teleponnya dan tersenyum pada kliennya dan mulai kembali.

Sedangkan Shania sudah duduk di kursi kerja Beby. Memutar-mutar kursinya sembari jari telunjuk bermain pada rambutnya yang panjang. Rasa bosan semakin dia rasakan, tapi ucapan Beby harus dia patuhi. Begitulah kehamilan Shania kali ini. Merubah macan galak menjadi anak anjing yang manja.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang sebelah yang memang masih menjadi satu dengan ruangan Beby, terbuka. Memperlihatkan beberapa orang juga Beby keluar dari sana. Shania yang enggan bertemu dengan klien Beby itu memilih meletakan kepalanya di atas tangan yang terlipat di meja. Berpura-pura tidur. Beby yang melihat itu hanya tersenyum dan mengantar kliennya hingga keluar ruangan. Setelah itu Beby berjalan pelan ke meja kerjanya dan mengusap lembut rambut Shania.

"Sayang, kok pura-pura bobo, sih? Klien aku tadi mau pamitan sama kamu." Ucap Beby memposisikan dirinya menjadi berdiri dengan kedua lututnya.

Shania pun segera menegakkan tubuhnya dan menghadap pada Beby yang masih tersenyum manis. "Aku kangen kamu." Gumam Shania cemberut dan langsung memeluk leher Beby.

"Makan, ya?" Tanya Beby yang hanya mendapat anggukan.

"Ya udah, lepas dulu. Aku pesenin aja di kantin bawah. Males keluar-keluar, gapapa kan?" Kembali Shania mengangguk-anggukan kepalanya dengan masih memeluknya.

"Lepas sebentar ya, manis? Aku mau telpon Bi Indah dulu." Dengan patuh Shania melepaskan pelukannya. Duduk dengan tenang dan membiarkan Beby menghubungi pengurus kantin yang memang ada di kantor Beby.

Selesai memesan makanan, Beby dan Shania berpindah duduk di atas sofa yang ada di sana. Baru saja Beby duduk, Shania sudah memeluk perutnya dari samping dengan manja. "Aduduh... kangen ya, sama Mbeb?" Ucap Beby mengusap kepala Shania dan mengecupnya beberapa kali.

"Iya, kamu lama." Bisik Shania yang menyimpan wajahnya di ceruk leher Beby.

"Maaf ya, kalo lama? Mbeb banyak kerjaan hari ini. Harusnya tadi Nju nggak ikut Mbeb." Tangan Beby terus membelai rambut Shania. Sesekali dia rapihkan poni Shania yang mulai panjang.

"Tapi Nju maunya ikut Mbeb. Pokoknya, hari ini Nju mau seharian sama Mbeb. Gapapa, kan?" Shania sedikit mendongakan kepalanya hingga ia bisa melihat Beby yang sudah tersenyum padanya.

"Gapapa dong. Mbeb malah seneng. Mbeb cuma takut Nju bosen aja. Nju mau makan apa gitu? Biar Mbeb pesenin lagi." Kata Beby mengambil ponselnya dalam saku celana.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang