Hari ini Beby dan Shania akan berangkat ke luar negeri. Alice yang tidak di perbolehkan ikut bersama mereka, kini menjadi pusat perhatian karena gadis kecil itu terus menangis saat kedua orangtuanya itu akan pergi.
"Sayang, dengerin Momy, ya? Momy cuma sebentar." Ucap Shania membujuk Alice yang terus memeluk lehernya. Gadis kecilnya itu tak henti menangis dan terus memeluknya seakan meminta ikut.
"Alice mau ikut!" Serunya dalam pelukan Shania.
"Nggak boleh, Al. Alice harus sekolah, Momy cuma sebentar, ya? Sama Oma, ya?" Beby yang sedari tadi duduk di sebelah Shania mulai ikut membujuk anak semata wayangnya tersebut.
"Alice, kok cengeng sih? Katanya mau nurut sama Dady sama Momy. Sekarang kok nggak nurut?" Ucapan Beby tidak di gubris oleh Alice. Dia terus memeluk Shania dan tangisannya semakin kencang saja.
"Al, sama Oma, ya? Ayo dong, jangan kayak gini. Nanti Momy sama Dady ketinggalan pesawat." Kata Shania berdiri dari duduknya dan berusaha menyerahkan Alice pada Kakaknya.
"Huuuaaa Alice mau ikut Momy!" Tubuh gadis kecil itu memberontak saat Bella, Kakak Shania, berhasil menarik Alice dari gendongan Shania. Tapi suara gadis kecil itu semakin keras meminta ikut pergi.
"Cup, cup, sayangnya Onty. Eh, eh, kita beli es krim ya? Alice mau apa? Donat ya? Donat cokelat kesukaan Alice." Bujukan Bella pun tidak mempan untuk gadis itu. Dia terus menangis dan memberontak ingin turun dari gendongannya.
"Udah gih, kalian buruan pergi. Biar Alice Mama yang urus." Shania mengangguk dan melirik Beby yang sudah mulai menarik tas kopernya mendekat.
"Ma, tolong jagain Al, ya? Beby sama Shania nggak bakal lama kok di sana." Mama Shania mengangguk dan mulai mencium pipi Shania serta Beby.
"Hati-hati kalian, ya? Kalo udah sampe langsung kabarin." Keduanya mengangguk dan segera melangkah menuju tempat check-in.
Meski mereka berjalan sedikit cepat, tapi sesekali keduanya menoleh, memastikan kalau gadis kecilnya itu sudah berhenti menangis. Tapi yang mereka lihat masih sama, gadis kecil itu malah menangis lebih keras saat menyadari Momy dan Dadynya sudah berjalan meninggalkannya.
"Beb, aku nggak tega." Ucap Shania dengan wajah cemberut. Beby menghela nafasnya pelan. Dia sendiri juga sama seperti Shania. Tak tega meninggalkan Alice yang notabenenya selalu bersama mereka hampir 24 jam.
"Aku juga, tapi kan ada Mama, jadi dia bakal baik-baik aja. Sekarang yang penting kita berdoa, biar waktu pulang, Alice dapet kabar kalo Momynya punya dedek bayi buat dia." Ujar Beby tersenyum lebar. Shania sendiri hanya menghela nafas dan ikut tersenyum mendengar apa yang Beby ucapkan.
*****
"Momy, Dady..."
Gadis kecil itu tertidur pulas dalam pelukan Shani. Entah mengapa Bella langsung menghubungi Shani dan Viny yang sedang sibuk mengurus konser kelulusan mereka. Tapi saat Shani mendengar kalau Alice tidak berhenti menangis karena Shania dan Beby pergi ke luar negeri, Shani langsung meminta Viny mengantarnya menuju kediaman keluarga Shania.
"Kasian banget sih, bidadari kecilnya Onty? Sampe sembab gini." Gumam Shani mengusap pipi Alice yang sembab.
"Makasih ya, Shan, Vin, untung ada kalian. Aku bingung kalo Alice udah nangis gini. Kalian kan, tau gimana Alice. Dia nggak bakal berhenti nangis kalo nggak sama orang yang deket sama dia. Sementara aku kan jarang ketemu dia."
Shani dan Viny tersenyum ramah ke arah Bella serta Mama Shania. "Iya, gapapa kok, santai aja lagi. Kita udah biasa ngurus Alice. Oh iya, Tante, Om mana? Kok nggak keliatan?" Pertanyaan Viny hanya di balas senyuman dari Mama Shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...