58

3.9K 436 42
                                    

Viny terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara hairdryer dinyalakan. Matanya mengerjap beberapa kali lalu mencoba melihat jam berapa sekarang. Ternyata ini masih pukul 5 pagi dan ia sudah melihat Shani mengeringkan rambut.

Ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang lalu memperhatikan Shani yang tidak sadar kalau ia sudah bangun. Entah akan pergi kemana istrinya itu. Tapi dilihat dari pakaian yang tergantung, sepertinya Shani akan menemui seseorang yang penting.

"Sayang, masih pagi. Kamu mau kemana?" Tanya Viny akhirnya.

Shani menoleh dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambut. "Eh, kamu udah bangun? Aku jadi bintang tamu di salah satu stasiun TV. Terus langsung take video buat iklan." Ucap Shani menjelaskan.

Viny mengerutkan keningnya, "Kok kamu nggak bilang sama aku?"

"Emang aku nggak bilang sama kamu, ya?"

Mendengar itu Viny tiba-tiba merasa kesal. Shani tak memberitahu apa pun padanya semalam. Mungkin jika Shani sedang tidak hamil, Viny akan mengizinkan. Tapi ini Shani sedang hamil dan Shani tak memberitahu apa pun padanya.

"Lain kali kalo ada job, bilang sama aku, Shan. Biar pagi-pagi aku bangun."

Shani tak menjawab, gadis itu justru berjalan keluar. Meninggalkan Viny begitu saja. Viny pun berdiri dari tempatnya lalu melangkah keluar.

Ia menuruni tangga dan sampai pada dapur. Di sana terlihat Shani sedang menyiapkan sesuatu. Sepertinya itu sarapan pagi untuk Viny karena hanya satu porsi saja.

"Sarapan kamu. Aku sarapan di luar aja. Oh iya, itu aku udah buatin makan siang sama malem. Tinggal dipanasin aja." Kata Shani mengecup pipi Viny sekilas lalu berjalan menuju tangga.

"Kalo aku nggak izinin kamu pergi, apa kamu bakal tetep pergi?" Pertanyaan Viny membuat langkah Shani berhenti.

"Kak Viny, aku minta maaf karena lupa kasih tau kamu. Tapi tolong, aku cuma mau kerja. Aku bosen kalo harus di rumah terus. Dari awal kita nikah, kamu udah sepakat sama keputusan aku buat kerja, kan?"

Viny memejamkan matanya sebentar. Ia ingat itu. Ia mengizinkan Shani untuk bekerja namun tidak ketika Shani hamil. Tapi mau bagaimana lagi? Apa yang Shani ucapkan itu benar.

"Oke. Kamu hati-hati." Ucap Viny tanpa menoleh. Ia duduk di kursi makan dan memulai menyendokan makanannya.

Shani terdiam memperhatikan punggung Viny. Ada rasa bersalah dalam hatinya sudah berkata seperti itu pada Viny. Bahkan ia sampai lupa memberitahu Viny tentang kegiatannya hari ini.

Tak lama Viny mendengar langkah Shani yang menjauh. Tangannya yang tadi sibuk menyuapkan makanan, berhenti secara perlahan. Punggungnya ia sandarkan ke sandaran kursi. Ada rasa sesak yang menelusup ke dalam dadanya mengingat Shani tak menuruti keinginannya.

Viny beranjak dari duduknya dan membuat susu ibu hamil. Ketika mendengar suara langkah kaki turun dari tangga, Viny segera menghampiri bidadarinya itu.

"Minum dulu." Katanya menyodorkan segelas susu itu pada Shani.

"Nanti aja, kak. Waktu aku pulang, baru aku minum. Soalnya aku udah telat nih." Ucapan Shani membuat Viny diam di tempat. Hanya matanya yang memperhatikan istrinya itu pergi menuju pintu rumah.

"Bahkan karena kerjaan, kamu lupa cium aku." Gumam Viny tersenyum kecut.

Ia kembali duduk di meja makan. Memperhatikan makanan yang Shani buatkan untuknya. Shani memang tak pernah lupa memberikan Viny makan. Juga tak lupa mengurusi segala kebutuhan Viny. Tapi bukan itu yang Viny mau. Ia hanya ingin Shani di sampingnya sepanjang hari tanpa memikirkan masalah pekerjaan.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang