44

4.5K 501 63
                                    

"BEBY!!!"

Teriakannya begitu keras. Untung saja saat ini ia berada di dalam mobil. Keringatnya sudah mengucur hingga membasahi pakaian yang ia kenakan. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, ia baru sadar kalau ia masih berada di dalam mobil.

Kini ia sedang ada di depan sebuah minimarket. Karena sedari siang berpura-pura mencari Alice, ia akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di dalam mobil yang ia parkirkan di depan minimarket pinggir jalan. Ia ketiduran dan akhirnya baru tersadar saat langit sudah gelap.

"Gue mimpi?" Gumamnya mengusap keringat yang masih mengalir di kening juga pipinya.

"Gila! Mimpinya nyata banget. Tapi perasaan gue kok jadi nggak enak gini, ya?"

Ia menoleh pada ponsel yang ia letakan di samping kursinya. Ketika ia membuka lock-screennya, ternyata banyak sekali panggilan masuk dan chat dari tunangannya. Tanpa berfikir lagi ia mulai menghubungi tunangannya karena takut terjadi sesuatu.

Baru saja ia akan berucap, suara tangis sudah menyapa indera pendengarnya. Ia sungguh kaget mendengar tunangannya itu menangis histeris.

"Nabilah, kamu dimana?"

"Sayang, kamu kenapa? Hah? Kamu gapapa, kan?" Tanyanya dengan nada yang sangat khawatir. Tentu ia khawatir karena mendengar tunangannya menangis seperti itu.

"Bil, buruan ke rumah sakit. Aku takut."

"Rumah sakit? Siapa yang sakit? Kamu gapapa kan, Gab? Sayang?"

"Beby kecelekaan, Nabilah."

Detik itu juga, rasanya jantung Nabilah tak berfungsi sejenak. Ia benar-benar shock mendengar ucapan Gaby barusan.

"Kamu tenang, ya? Aku ke sana sekarang, kamu chat alamatnya."

Nabilah menyelesaikan panggilannya sepihak. Entah sejak kapan air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Ia segera menancapkan gas menuju rumah sakit yang baru saja Gaby beritahu lewat chat. Sepanjang perjalanan ia terus menangis. Ia takut jika mimpinya menjadi kenyataan.

*****

Kini Nabilah telah sampai di rumah sakit. Ia bisa melihat sudah ada Kinal, Viny juga Gaby yang tampak menangis di depan ruang ICU. Kakinya perlahan berhenti melihat Gaby yang di peluk oleh Kinal. Ia tahu bagaimana perasaan Gaby saat ini. Gadisnya itu begitu dekat demgan Beby sama seperti dirinya.

"Gab!" Panggilnya dengan suara lirih.

Kinal melepaskan pelukannya, ia melihat Nabilah yang wajahnya sama seperti mereka. Penuh air mata. Gaby segera berdiri dan memeluk erat Nabilah.

"Beby, Bil. Beby kecelekaan. Kepalanya penuh darah, bahkan dia nggak sadarkan diri." Aduan Gaby seakan menohok dadanya. Sakit rasanya mendengar keadaan orang yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.

"Dia kuat, Gab. Kamu harus yakin. Percaya sama Nabilah, Beby bakalan sembuh." Bisik Nabilah mencoba menenangkan Gaby. Padahal dia sendiri merasa tidak tenang. Apa lagi bayang-bayang mimpinya tadi masih terlintas dipikirannya. Dari bagaimana ekspresi Shania hingga wajah pucat Beby. Semua itu masih teringat jelas di kepalanya.

"Beby lagi kritis, Bil."

Suara Kinal membuat Nabilah terdiam. Tangannya yang tadi mengusap punggung Gaby, kini tidak lagi bergerak.

"Dua kali dokter pake defibrillator. Itu artinya jantung Beby bekerja nggak normal. Dan dua kali itu juga... gue udah mikir aneh-aneh." Lanjut Kinal dengan kepala yang menunduk. Nabilah bisa melihat air mata kembali mengalir membasahi pipi Kinal. Orang yang selama ini begitu kuat menghadapi apapun dan kini menangis karena kondisi teman satu generasinya di JKT48 dulu.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang