Beberapa jam sebelum Veranda menjemput Juven. Dia yang ingin sekalian menjemput Kinal di kantornya segera mengendarai mobilnya menuju kantor Kinal yang jadi satu dengan kantor adiknya.
Sepanjang jalan ia tersenyum dan sesekali mengikuti lagu dari Bruno Mars yang berjudul Just The Way You Are. Lagu yang masih ia dengarkan bersama Kinal sampai sekarang. Lagu yang penuh kenangan.
Sesampainya di sana, Veranda berjalan santai memasuki gedung perkantoran itu. Membalas beberapa sapaan karyawan di sana dengan sangat ramah. Begitulah Veranda, masih sama. Ramah dan baik hati pada semua orang.
Kakinya melangkah masuk ke dalam wilayah ruangan Kinal. Tanpa mengetuk, Veranda membuka pintu di depannya dengan cepat. Dan saat itu, dunianya seakan hancur saat itu juga. Dia melihat orang yang sangat dia cintai itu sedang berada di bawah seorang wanita yang dia ketahui wanita itu adalah sekretarisnya. Baju keduanya tampak awut-awutan dan bibir mereka saling menyatu.
Detik berikutnya, Veranda melempar sebuah vas bunga yang ada di sebelah kirinya ke arah dinding ruangan tersebut hingga menimbulkan suara gaduh. Saat itu juga, Kinal mendorong kuat wanita yang ada di atasnya dan dia bisa melihat istrinya sedang menatap dirinya penuh dengan amarah.
"BRENGSEK!" Teriak Veranda sebelum dia melangkah dari sana menuju sekolah Juven.
*****
"Mami, apa Papi nggak sakit bobo di teras?" Pertanyaan Juven sedari tadi belum juga di jawab oleh Veranda. Bocah itu hanya mendapat kebisuan dari Maminya yang belum juga menoleh padanya.
"Papi pasti laper." Gumam Juven mengetuk-ngetuk jarinya di kaca yang ada di depannya.
Kini bocah itu sedang berdiri di depan kaca besar dengan mata yang sibuk memperhatikan teras di bawah sana yang memperlihatkan Papinya sedang tidur beralaskan lantai. Wajah bocah itu cemberut dan matanya sesekali melirik Verand yang sibuk dengan berbagai kain.
"Juven, tidur sana! Besok sekolah." Juven hanya membalikan tubuhnya tapi masih belum beranjak dari sana.
"Mami, Papi laper." Ucapnya dengan suara yang mulai bergetar.
"Juven! Cepet ke kamar, besok sekolah." Perlahan kaki Juven melangkah menuju kamarnya dengan kepala menunduk. Namun baru beberapa langkah, dia kembali berhenti.
"Mami, Juven izin bawain Papi makan, ya?" Tanya Juven takut-takut.
"Enggak. Mami bilang nggak, ya enggak. Udah, sana kamu masuk ke kamar!" Juven mengangguk kecil dan kembali melangkah menuju kamarnya.
Saat pintu itu tertutup, Veranda berjalan menuju jendela yang tadi Juven lihat. Dari sini Veranda bisa melihat kalau Kinal meringkuk di depan pintu rumahnya dengan beralaskan lantai. Sudah hampir seharian Kinal tidur di sana. Katanya sebagai simbol permintaan maafnya pada Veranda. Sedangkan Veranda yang masih sangat marah belum mau bertemu dengannya.
"Kak Ve, temuin Kak Kinal lah, kasian dia. Dia bilang itu kecelakaan dan dia bisa jelasin semuanya. Bahkan dia juga langsung pecat sekretaris kurang ajar itu."
Suara Aaron tak dia gubris, dia malah pergi dari sana menuju ke bawah. Aaron menghela nafas dan menggelengkan kepala karena sudah tidak tahu bagaimana membujuk Veranda lagi.
Veranda melangkah menuju pintu depan dengan membawa se-ember air yang sebelumnya dia ambil di kamar mandi dapur. Saat tangannya sudah membuka pintu depan, secepat kilat dia menumpahkan semua isi air dalam ember yang dia bawa.
Yang di siram langsung terbangun dan bahkan sampai terduduk karena terkejut. Sebagian tubuhnya terasa dingin mendapat guyuran air yang membasahi baju yang dia kenakan. Saat dia mendongak, dia melihat Veranda sudah menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...