Kini Lidya dan yang lain sedang menunggu di depan pintu UGD. Lidya yang sedari tadi tidak berhenti mondar-mandir membuat teman-temannya hanya menggeleng. Dalam hati mereka sudah benar-benar merasa gelisah karena Melody yang belum juga siuman. Sudah hampir setengah jam mereka menunggu di sini dan dokter belum juga keluar.
Kinal yang sudah mengabarkan Veranda juga Shania hanya bisa mengiyakan ucapan Veranda yang memintanya tetap di rumah sakit. Sedangkan Veranda akan menjaga Alice dan Juven yang sudah terlelap. Matanya melirik ke sekelilingnya. Suasana di tempat itu sekarang terasa mencekam. Bukan karena kengerian di rumah sakit, tapi karena rasa khawatir di setiap orang yang ada di sana.
Terlihat Lidya mengusap wajahnya kasar dan kembali mondar-mandir lagi. Frieska yang sedari tadi diam sembari berdoa dalam hati agar Kakaknya baik-baik saja di dalam sana bersama janinnya. Sementara Beby sibuk mengabarkan pada teman-temannya yang ada di JKT48 maupun ex-member.
Hingga beberapa menit kemudian, suara pintu terbuka langsung mencuri perhatian Lidya. Ia langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dengan masih memakai masker.
"Bagaimana keadaan Melody, Dok?" Tanyanya cepat. Tangannya terasa bergetar karena sangking takutnya kalau terjadi sesuatu pada Melody.
Dokter tampak diam sebentar. Di pandanginya satu persatu orang yang ada di hadapannya dan tak lama helaan nafas pelan keluar dari mulutnya. Tangannya membuka masker yang ada di mulutnya sampai ke dagu. Di liriknya Frieska yang dia tahu adalah adik Melody.
"Gimana, dok?" Sekali lagi Lidya membuka suara. Rasanya dunianya langsung luruh ketika melihat senyuman dari sang dokter.
"Tidak ada apa-apa, dia baik-baik saja." Ucap dokter tersenyum sangat manis.
Helaan nafas lega dari semua membuat sang dokter semakin tersenyum. Lidya yang tadinya tegang langsung luruh ke lantai. Bibirnya terus berucap terima kasih atas keajaiban yang Tuhan berikan.
"Tapi..." Ucapan dokter membuat mereka kembali menegang dan menatap sang dokter dengan serius.
"Tapi kamu harus menjaga kandungannya, Lidya. Bisa saja Melody keguguran kalau kondisinya terus menerus stress seperti sekarang." Lidya berdiri dan menatap sang dokter dengan bingung.
"Kondisi Melody sekarang sedang lemah, Lid. Dan sepertinya beberapa hari ini dia stress? Harusnya kamu menjaga dia, jangan biarkan dia stress. Itu saja, kalian bisa ke dalam tapi satu persatu, ya? Saya permisi."
"Terima kasih, dok." Ucap Kinal mewakilkan Lidya yang masih diam. Detik berikutnya dia langsung masuk ke dalam ruang UGD dan melihat keadaan Melody yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Air matanya menetes melihat orang yang sangat dia cintai kini terbaring lemah. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Melody yang terinfus. Di kecupnya tangan itu yang biasanya mengelus kepalanya saat dirinya tertidur. Namun sekarang giliran dirinya yang mengusap tangan itu dengan penuh cinta.
"Bangun, sayang. Aku di sini, aku janji nggak bakal ninggalin kamu. Aku janji akan dengerin semua penjelasan kamu. Maafin aku, Mel. Maafin aku yang udah terlalu egois sampe buat kamu kayak gini. Maafin aku, sayang." Lidya mengecup tangan Melody berulang kali. Berusaha membangunkan Melody yang belum juga sadar. Rasanya ingin berteriak dan memaki dirinya sendiri di hadapan orang yang sudah dia sakiti dan membuat orang itu terbaring di ranjang berwarna putih itu.
Lidya terus menemani Melody. Tak sedetikpun dia berdiri untuk pergi. Bahkan ketika dia merasa lapar, dia menahannya. Dia tidak ingin saat Melody terbangun dan dia tidak ada di sana. Dia ingin jika Melody melihatnya untuk pertama kali setelah Melody tertidur lumayan panjang.
Atas permintaan Lidya, Melody di pindahkan ke kamar lain yang menurutnya lebih nyaman. Dia ingin memberikan sesuatu yang membuat Melody lebih nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
Fiksi PenggemarAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...