Pagi yang cerah dengan di sambut kicauan burung di luar rumah. Seorang gadis berambut cokelat baru saja membuka matanya. Melirik ke sampingnya dan mengulum senyum saat melihat siapa yang ada di sana dengan masih terlelap.
Dia beranjak dari duduknya. Mengambil jepit rambut yang ada di atas nakas dan menjepit rambutnya asal. Sebelum ia beranjak dari kamarnya, kecupan hangat ia daratkan tepat di kening seorang gadis yang masih tertidur.
Perlahan dia keluar menuju dapur untuk membuat sarapan. Dengan posisi masih berdiri di tengah-tengah dapur, dia berfikir sejenak. Apa yang akan dia buat untuk gadis yang sekarang masih mendengkur dalam kamarnya?
Di bukanya kulkas dan mengambil beberapa bahan untuk dia olah. Dan kakinya beralih ke dekat lemari makan yang ada di atas kompor, mengambil bumbu yang dia butuhkan.
Sepanjang dia membuat sarapan, orang yang masih mendengkur di dalam kamarnya pun perlahan membuka mata. Tersenyum saat mata coklatnya menelusuri ruangan yang dia tahu bukan kamarnya. Dia bangun dan sedikit mengusap wajahnya. Duduk sebentar di pinggir tempat tidur untuk mengumpulkan kesadarannya.
Kurang dari semenit dia sudah berjalan ke arah pintu. Membukanya dan segera menuruni tangga. Baru di pertengahan anak tangga ia sudah bisa mencium aroma khas nasi goreng rumahan buatan sang kekasih. Sudut bibirnya tertarik sempurna ketika mengingat bagaimana kemarin dia membujuk gadis yang kini sedang memasak nasi goreng untuknya.
Kepalanya sedikit dia sembulkan di antara pintu dapur. Tampak di sana seorang gadis bertubuh pendek dengan masih mengenakan piyamanya, sedang asyik mengaduk nasi goreng yang membuat perut akan bersorak-sorai.
Dia kembali tersenyum dan perlahan mendekati kekasihnya itu. Tangannya dengan lembut melingkar di pinggang ramping orang yang dia cintai.
"Selamat pagi, bidadariku." Bisiknya sembari meletakan dagunya di bahu kanan gadis yang masih sibuk dengan peralatan masaknya.
"Pagi, Frieska sayang. Duduk di kursi dan jangan banyak ganggu aku. Aku mau masak dulu." Katanya melepaskan tangan Frieska dari pinggangnya dan dia berjalan mengambir kecap yang ada di meja.
"Tapi aku masih pengen peluk kamu." Ucap Frieska mencoba memasang wajah memelasnya.
"Iya, nanti setelah kamu makan. Bentar, ya? Duduk atau aku suruh kamu lanjutin ini." Akhirnya Frieska menurut. Dia berjalan ke meja makan dan duduk di sana dengan tenang.
Tak membutuhkan waktu lama, kekasihnya itu datang dengan membawa dua piring nasi goreng. "Bentar, aku ambilin susunya." Ucapnya sesaat setelah meletakan dua piring nasi goreng di atas meja.
Frieska mengangguk dengan senyum merekah. Dia tak menyangka kalau kekasihnya itu tampak sangat cantik ketika pagi hari.
"Beruntung bener gue dapetin Naomi. Coba kalo dulu si paus yang dapetin dia, sakit hati mulu kali dianya." Batin Frieska mencomot mentimun di atas piringnya.
"Kok nggak cuci tangan dulu? Cuci tangan dulu gih!" Frieska mengangguk patuh dan beranjak dari duduknya menuju wastafel.
Naomi yang melihat Frieska hari ini menurut kepadanya hanya bisa tersenyum. Setidaknya mereka sudah menyelesaikan masalah yang baru mereka dapatkan kemarin dan membuat mereka hampir mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya mereka katakan. Dia melirik Frieska yang sudah kembali ke tempat duduknya. Terlihat gadis manis itu tersenyum ke arahnya.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" Tanya Naomi sedikit salah tingkah.
"Kenapa? Ya, aku senenglah kamu nggak jadi mutusin aku hehehe." Jawab Frieska memperlihatkan cengirannya. Naomi tersenyum dan mengangguk kecil.
"Ya udah, sekarang makan abis itu kita ke rumah sakit jengukin Juven. Kasian anak itu, kata Kinal badannya lemes banget." Ucap Naomi menyuapkan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...