57

4.3K 430 42
                                    

"Utuk utuk anak Papi cantik banget, cih? Iya-iya, sayangnya Papi."

Kinal terus menimang Baby Jev yang hampir saja menangis. Senyumnya tak pernah hilang kala ia melihat bayi manis itu tersenyum. Jika melihat senyum Baby Jev, Kinal akan melihat wajahnya di sana. Sangat mirip.

Sementara Kinal menggendong Baby Jev, Juven tak hentinya memainkan stroller milik adiknya itu. Ia terus mendorong strollernya mengelilingi Kinal yang sesekali menegur Juven untuk berhenti berlari.

Hari ini mereka akan pergi jalan-jalan ke mall bersama keluarga Melids dan Bebnju. Apa lagi kini Baby Jev sudah berumur 3 bulan. Jadi Kinal yang tadinya melarang Baby Jev bepergian, kini telah diperbolehkan oleh sang Papi.

"Astaga... Kakak kok gitu, sih? Papi dari tadi udah bilang loh, jangan dibuat mainan terus itu strollernya dedek. Ambil strollernya kakak aja gih. Kakak mau pake stroller apa enggak?" Ucap Kinal membuat Juven menghentikan larinya.

"Enggak, Juven nggak mau pake stroller, Papi. Juven kan, udah gede." Kata Juven melipat tangannya di depan dada.

"Makanya, ndak boleh dipake mainan terus itu strollernya. Kalo rusak, Mami marah loh, ya?"

"Makanya Juven mau gendong dedeknya."

"Ndak boleh, Juven. Nanti dedeknya nangis."

"Ya udah, dedeknya taruh di sini." Ujar Juven menepuk stroller Baby Jev.

Kinal menghela nafasnya pelan, "Enggak, Juven. Terakhir kamu bawa dedeknya di stroller, kamu malah dorong strollernya sambil lari-lari. Kalo jatuh, gimana?"

"Pokoknya Juven mau dorong dedek!" Beginilah Juven sekarang. Sering berteriak dan marah kalau keinginannya tidak dituruti. Tapi memang sudah umurnya dan Kinal tahu kalau ia akan mendapatkan massa dimana Juven akan seperti saat ini.

"Jupiter Venus, siapa yang ajar teriak-teriak?" Ucap Kinal menatap Juven tegas. Dan ciri-ciri kalau Kinal sedang tegas pada anaknya, ia akan menyebut nama panjangnya.

"Tapi Juven mau dorong Dedek Jev, Papi." Ucap Juven dengan suara pelan.

"Nanti Juven di marahin sama Mami. Nggak inget? Waktu itu Mami ndak mau ngomong sama Juven karena Juven ndak denger-dengeran sama Papi?"

Juven menundukan kepala lalu memeluk pinggang Kinal. Ia menyembunyikan wajahnya di perut Kinal. Dan Kinal tahu artinya itu, Juven sedang merayu.

"Ini ada apa, sih? Juven, kok teriak-teriak tadi, ya? Mau Mami bawa Dedek Jev ke Kakak Nabilah?" Ucap Veranda yang baru saja selesai berdandan.

"Endak, Mami." Gumam Juven cemberut.

"Sini sama Mami. Bawa stroller nggak?" Tanya Veranda dan ia hanya mendapat gelengan dari Juven. "Awas minta gendong, ya? Kakak udah gede, Papi sama Mami pegel kalo harus gendong kakak." Ujar Veranda.

Juven tidak menjawab, ia justru mengambil stroller adiknya dan ia bawa ke dekat mobil. Tanpa disuruh, Juven sudah melipat stoller milik Baby Jev dengan sangat rapih. Siapa lagi kalau bukan Kinal yang mengajarkannya.

"Nah, gitu baru anak Papi. Juven duduk dibelakang, ya?" Ucap Kinal mengusap kepala Juven.

Ia memberikan Baby Jev pada Veranda lalu ia membukakan pintu untuk Veranda serta Juven. Dan kemudian mereka pergi dengan Juven yang diam bersama satu toples sereal. Jajan yang wajib dibawa oleh Veranda jika pergi agar Juven tidak rewel.

*****

Mereka sudah sampai di salah satu mall. Setelah menuruti Juven membeli kentang goreng, mereka pergi ke salah satu toko mainan karena di sana sudah ada keluarga Melids serta Bebnju yang menunggu.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang