Di sore Sabtu ini, Kinal dan Juven mendapat tugas dari Veranda untuk membeli beberapa barang di mini market yang ada di depan komplek. Hal itu membuat Juven bersemangat. Bocah itu segera berlari ke arah kamar kedua orang tuanya dan mengambil kunci motor. Juven sangat suka jika Kinal mengajaknya jalan-jalan sore dengan sepeda motor atau sekedar jalan-jalan di komplek perumahannya dengan sepeda ontel.
Juven memberikan kunci motor itu pada Kinal dan berlari cepat ke arah garasi. Suara cemprengnya tak henti terdengar memanggil Kinal yang masih berbicara dengan Veranda.
"Itu anak kamu teriak-teriak terus, buruan." Kinal mengangguk dan lantas pergi menyusul Juven.
Sepanjang jalan Juven bernyanyi-nyanyi dan kadang-kadang membuka mulutnya lebar-lebar. Itu dia lakukan karena Kinal yang mengajarinya.
"Makan angin, Kak."
"Gimana caranya?"
"Kakak Juven buka mulutnya lebar-lebar kayak Papi."
Dan berakhirlah Juven membuka mulutnya lebar-lebar. Juven suka sekali 'makan angin' ia tak hentinya tertawa.
Sesampainya mereka di mini market, Juven berlari masuk terlebih dahulu. Tanpa di suruh, Juven sudah berlari ke arah rak yang berisi sabun cuci pakaian.
"Yang mana hayo?" Tanya Kinal menghampiri Juven setelah mengambil keranjang.
"Itu, bukan?" Tunjuk Juven pada salah satu sabun cuci pakaian.
"Kok pinter sih? Bener dong." Jawab Kinal mengusap kepala Juven.
Tak hanya sabun cuci pakaian saja, tapi dari sabun mandi, pasta gigi, sabun cuci piring, pengharum ruangan dan masih banyak lagi.
"Kakak mau beli, nggak?" Tanya Kinal setelah dirasa semua yang Veranda suruh beli sudah ada di keranjang belanja.
"Mau!" Seru Juven yang pergi ke arah rak yang berisi jajanan kesukaannya. "Juven mau ambil keranjang lagi." Katanya hendak berjalan ke arah keranjang yang ditumpuk.
"Eh, masukin sini aja." Tahan Kinal. Tapi Juven menolak. Bocah itu tetap kekeuh ingin mengambil keranjang sendiri.
"Pake ini aja, Kak." Ucap Kinal lagi.
Namun Juven kembali menggeleng, "Kata Mami, makanan nggak boleh dicampur sama sabun."
"Kok jadi gue yang diajarin." Gumam Kinal yang membiarkan Juven mengambil keranjang.
Setelah bocah itu mengambil keranjang, ia meletakan keranjangnya di lantai. Dengan santainya Juven mengambil apa pun yang ia mau. Dari wafer, biskuit, permen, ciki, hingga roti semuanya Juven ambil.
"Astaga anak gue. Kakak, udah ih." Juven tak mendengarkan ucapan Papinya. Ia terus mengambil apa saja yang ia lihat.
"Eh, ndak ambil cokelat, Juven ndak suka cokelat gitu." Kata Kinal membuat Juven cemberut.
"Tapi Juven mau."
"Entar sama kakak ndak dimakan."
"Dimakan, Papi."
"Oke, boleh ambil. Tapi harus dimakan, ya?"
Lagi-lagi bocah itu tak menjawab tapi ia langsung mengambil 5 batang cokelat berukuran sedang dengan merk berbeda. Kinal yang melihat itu hanya bisa pasrah saja.
"Terus siapa yang bawa keranjangnya?" Tanya Kinal sembari tersenyum.
"Papi dong." Jawab Juven menyengir lucu.
"Kok Papi?"
"Kan, Juven masih kecil, ndak boleh bawa yang berat-berat."
Kinal terkekeh mendengar ucapan Juven. "Bisa aja alesannya." Gumamnya mengangkat keranjang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...