45

5.2K 486 83
                                    

Kini semua orang menatap Naomi dari kaca kecil yang ada di pintu kamar rawat. Wajah gadis itu tampak lebam di beberapa bagian dan terlihat pula ada bekas luka yang sudah mengering di bagian pipi Naomi. Tentu semua orang terkejut melihat hal itu. Gaby menutup mulutnya ketika melihat kondisi Naomi saat ini. Ia tidak menyangka kalau Naomi mendapat perlakuan kasar dari suaminya.

"Orang gila." Gumam Gaby menggeleng kecil.

Nabilah menatap Frieska yang duduk di kursi panjang dengan kepala tertunduk. Gadis itu tampak menangis sesenggukan. Ia tahu kalau Frieska tak sanggup mengetahui kenyataan kalau Naomi, gadis yang dicintainya menjadi korban KDRT.

"Kak Fries." Gumam Nabilah duduk di samping Frieska. Ia mengusap pundak Frieska dan merangkulnya.

"Gimana bisa kayak gini, Bil? Gue nitipin Naomi ke dia buat dia jaga. Buat dia bahagiain. Bukan buat dia pukulin kayak mukul binatang." Suara Frieska terdengar tercekat ketika mengucapkan itu semua. Mereka tahu seberapa besar Frieska menjaga Naomi selama ini.

"Udah, yang sabar, Kak. Mungkin ini jalan Tuhan menyatukan kalian dengan cara seperti ini." Ucap Nabilah mencoba menenangkan Frieska.

"Aku tau, Bil. Tapi nggak gini. Orang itu bener-bener udah kelewat batas, Bil. Dia bikin Naomi seakan Naomi itu binatang. Bahkan binatang aja nggak pantes di pukulin. Sakit, Bil. Sakit liat orang yang aku sayang, orang yang selama ini aku jaga, sekarang tidur di dalem dengan keadaan yang..."

Frieska menggelengkan kepalanya. Ia tak sanggup mengatakan semuanya. Ia belum bisa menerima kenyataan yang sedang terjadi saat ini.

"Gue bakal pukulin itu orang kalo ketemu." Gerutuan Kinal membuat Viny mengangguk setuju. Rahang keduanya sedari tadi sudah tampak mengeras karena menahan emosi.

"Udah-udah, kalian tenang dulu. Kasian Kak Frieska." Ucapan Shani menyadarkan keduanya. Mereka berdua berjalan mendekati Frieska yang duduk bersama Nabilah.

"Lo tenang, Fries. Gue bakalan temuin itu bajingan dan gue pukulin sampe ancur tuh orang. Di kira temen gue samsak apa di pukulin sampe babak belur begitu." Ujar Viny duduk di samping Frieska.

"Dulu gue udah pernah bilang sama lo, Fries, perjuangin dia. Mau dia nerima pinangan orang lain, lo harus perjuangin. Lo juga pasrah bener." Ucap Kinal yang masih terlihat emosi.

"Udah! Kalian ini kok malah nyalahin Kak Frieska. Ini musibah, nggak ada yang mau ini terjadi. Sekarang kita cuma bisa doa biar Kak Naomi cepet sadar dan cerita semuanya." Omel Shani pada kedua orang yang kini menundukan kepala.

Gaby tampak masih berdiri di depan pintu kamar rawat Naomi. Entah apa yang ia perhatikan di sana. Tapi dari bahunya tampak ia sedang menangis.

"Bil, si Gaby nangis terus tuh." Ucapan Viny membuat Nabilah menoleh. Ia pun berdiri menghampiri Gaby yang masih saja menangis.

"Kamu kenapa?" Tanya Nabilah menarik Gaby agar menatapnya.

"Kak Naomi, Bil. Kasian." Ucapnya sesenggukan.

Nabilah mengerti perasaan Gaby. Gadisnya itu tak pernah bisa menahan air mata jika melihat kondisi orang yang dekat dengannya seperti sekarang. Apa lagi dulu Naomi sempat satu team dengan Gaby juga dirinya. Jadi wajar jika Gaby menangis seperti saat ini.

"Udah, jangan nangis terus. Mata kamu dari tadi nangis. Nangisin Beby, nangisin Kak Naomi. Entar yang ada air mata kamu abis buat akunya." Reflek Gaby memukul lengan Nabilah yang justru tersenyum.

"Cup-cup, jangan nangis lagi, ya? Semua bakal baik-baik aja." Kata Nabilah menarik Gaby ke dalam pelukannya. Di usap dengan lembut kepala Gaby agar gadisnya itu lebih tenang.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang