11

4.6K 489 11
                                    

Selesai mengurus Juven, Veranda terus duduk di pinggir kasur sang buah hati. Matanya tak pernah lepas dari wajah lucu Juven yang terlelap.

"Maafin Mami, sayang. Bener kata Papi kamu, di sini Mami yang salah. Seandainya Mami nggak berurusan sama orang itu, kamu nggak bakal kayak gini." Ucap Veranda meneteskan air mata.

Tanpa dia sadari, Kinal mendengar ucapannya itu. Kini mantan kapten legendaris JKT48 itu hanya bisa menyesali apa yang sudah dia katakan kepada istrinya. Bahkan dia tidak tahu harus bersikap apa jika bertemu dengan Veranda esok hari.

Kinal langsung pergi dari sana saat dia melihat Veranda mengecup kening Juven dan akan keluar. Dia memilih tidur di kamar tamu daripada harus tidur di kamarnya. Dia belum siap bertatap muka dengan Veranda. Sedangkan mereka masih bertengkar karena perkataannya.

Kepalanya menggeleng mengingat cerita orang yang melaporkan Dion ke polisi. Dia tidak menyangka jika adik kembar Dion yang di kabarkan meninggal itu ternyata masih hidup.

*****

"Di-dias?" Sonia menatap tidak percaya pada pria tinggi di hadapannya. Pria yang sudah mengambil hatinya.

"Dias? Lo masih hidup? Terus, terus yang... yang di kubur?" Tanya Kinal kebingungan.

"Tenang-tenang, gue bisa jelasin semuanya. Sekarang mendingan kita pergi. Kasian Juven sama Alice." Ucap Dias cepat. Kinal yang mendengar itu langsung mengangguk, menyetujui ucapan Dias.

Sebelum mereka pergi, Dias menatap saudara kembarnya dengan tatapan sendu. Dia tidak paham dengan jalan pikiran saudara kembarnya itu.

"Lo bener-bener tega sama saudara kembar lo sendiri, DIFA!" teriak Dion yang segera di tarik oleh seorang polisi yanh sudah memborgol tangan Dion.

Semua yang mendengar itu mengerutkan keningnya. Karena yang mereka dengar bukan nama Dias melainkan Difa.

"Nanti gue jelasin. Sekarang kita pergi."

Akhirnya mereka pergi dari sana, meninggalkan pihak polisi yang sedang bertugas. Veranda yang sudah memeluk Juven terus menangis dan menciumi Juven. Dan Kinal hanya bisa membiarkan Veranda memeluk Juven. Dia merasa bersalah karena sudah membentak Veranda.

Sedangkan Alice, gadis kecil itu langsung di peluk oleh kedua orangtuanya. Mereka menangis haru. Apalagi Shania yang benar-benar bersyukur kalau anaknya baik-baik saja.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, kini mereka semua sudah sampai di rumah Kinal. Di sana sudah ada keluarga Kinal yang dari Bandung serta keluarga Veranda. Mereka memang memutuskan untuk tinggal di rumah Kinal setelah kabar hilangnya Juven.

Mereka semua sudah duduk di ruang tamu. Kinal, Beby, dan Nabilah yang dulu pernah di selamatkan Dias, terus menatap pemuda itu. Mereka masih belum percaya jika pria tampan itu masih sangat sehat.

"Jadi... gimana ceritanya lo bisa selamat? Sedangkan waktu itu Sonia yang liat pemakaman lo." Ucap Kinal membuka suara.

Sonia yang duduk bersama Shani dan Gracia tidak mengalihkan arah pandangannya. Dia terus menatap pria yang sampai kini masih menjadi orang spesial dalam hatinya.

"Jadi gini, sebenernya... yang ketembak waktu itu... bukan gue."

Semua mata langsung terbelalak mendengar penuturan Dias. Mereka benar-benar terkejut mendengar kenyataan yang tidak masuk akal.

"Jadi sebenernya yang ketembak itu saudara kembar gue, Difa. Kami lahir kembar tiga. Mungkin lo kaget, Ve. Karena lo taunya kita kembar dua. Gue sama Dion lahir dengan sehat, tapi nggak untuk Difa. Dari kecil dia udah sakit-sakitan. Dan Kakek gue yang tinggal di Amerika nyuruh bokap gue buat bawa Difa ke sana untuk berobat. Jadi dari kecil sampe dewasa dia tinggal di sana." Kinal mengerutkan keningnya saat mendengar penjelasan Dias.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang