16

4.6K 476 24
                                    

Kinal diam di tempat duduknya dengan wajah di tekuk. Baru 15 menit yang lalu dia dan Veranda pergi ke dokter setelah mengantarkan Juven sekolah. Karena khawatir, Kinal segera membawa Veranda ke dokter terdekat.

Alih-alih berharap jika ucapan sang dokter mengabarkan jika Veranda hamil, ternyata membuatnya langsung lemas. Veranda yang muntah dan sering marah-marah serta terlalu sensitif beberapa hari ini, penyebabnya bukan karena hamil. Tapi karena Veranda yang terlambat makan dan berakibat merasakan mual, sedangkan  sensitif dan marah-marah di karenakan siklus datang bulan Veranda yang terlambat beberapa hari yang di sebabkan makanan yang kurang teratur.

Veranda mengerutkan keningnya melihat Kinal yang masih diam dengan wajah di tekuk. Ia hanya mengindikan bahunya dan memakan bubur yang sudah di pesan sebelumnya.

"Kamu nggak makan?" Tanya Veranda melirik Kinal.

"Nggak." Jawab Kinal cuek. Veranda hanya mengangguk dan kembali memakan buburnya.

"Enak loh." Kata Veranda berusaha membuat Kinal makan.

"Ogah." Ucap Kinal ketus. Wajahnya ia alihkan dengan masih cemberut.

"Ya udah, awas kalo ngeluh laper." Kinal hanya meliriknya dan memilih memainkan ponselnya.

Kenapa sih, ni anak? Tadi ngomel-ngomel ke dokternya. Bilang salah periksa lah, dokternya di suruh belajar lagi lah, maksa dokternya periksa perut aku lah. Sekarang malah diem kek ikan koi mati. Ucap Veranda dalam hati.

10 menit berlalu, Veranda yang sebenarnya sudah selesai makan hanya mendiamkan Kinal yang tidak sadar jika dirinya sudah selesai makan. Matanya tak henti melihat Kinal yang masih sibuk memainkan ponselnya. Dia yakin jika Kinal sedang asyik berceloteh dengan teman-temannya.

Merasa di perhatikan, Kinal mengangkat kepalanya menatap Veranda yang duduk di hadapannya. Perempuannya itu kini sedang memandangnya dengan tatapan datar dan terlihat sangat bosan. Perlahan Kinal menelan ludahnya susah payah dan berusaha mengucapkan apapun dari mulutnya. Dia takut jika Veranda kembali emosi.

"Udah main hpnya?" Tanya Veranda bernada datar.

"Ehehehe iya, sayang, udah selesai kok. Kamu dari tadi udah selesai makannya?" Veranda hanya mengangguk dengan masih memasang wajah datarnya.

"Oh, ya udah yuk-yuk! Kita ke cafe, keburu makin siang. Aku juga mesti ke kantor." Tanpa berniat menjawab ucapan Kinal, Veranda berdiri dan berjalan terlebih dulu meninggalkan Kinal yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kan harusnya gue yang ngambek, kenapa jadi dia? Ah, bodolah!" Gumam Kinal mengacak rambut pendeknya dan segera berlari menyusul Veranda.

*****

Beby duduk diam di depan laptopnya. Setelah pergi ke kantor management JKT48, Beby langsung meluncur ke kantor yang sudah dia bangun beberapa bulan ini. Atas bantuan Shania juga, dia membangun kantor psikologinya sendiri. Dia tidak mau menyia-nyiakan apa yang sudah dia dapatkan selama kuliah dulu. Dan mungkin dia akan mengambil S3 lagi setelah ini.

Wajahnya dia usap pelan, matanya tertutup dan helaan nafasnya keluar beberapa kali. Rasa pening di kepalanya membuat otaknya tak bisa berfikir jernih. Semalam dia bertengkar dengan Shania lagi karena alasan yang masih sama. Shania ingin hamil dan melahirkan secara normal. Tapi dia tidak ingin mengambil resiko.

"Shania, Shania, Shania." Gumamnya menggelengkan kepala.

Dia tahu jika Shania masih sama seperti dulu, keras kepala dan apa yang diinginkan harus di penuhi. Ini yang Beby takutkan. Dia takut jika dia tidak mampu memenuhi keinginan Shania, dan Shania akan murka kepadanya.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang