65

4.8K 442 39
                                    

Sepulangnya mereka dari Hawaii, Nabilah tampak diam setelah mengambil koper. Usai kejadian malam itu, Nabilah tampak diam. Sedangkan Gaby terlihat cuek. Entah apa yang terjadi pada keduanya hingga mereka sama-sama diam.

Beby saja yang mengajak Nabilah mengobrol sampai tak dihiraukan oleh gadis bergingsul itu. Nabilah justru diam dan hanya membalas pertanyaan Beby dengan gelengan. Sesuatu yang tak biasa pikir mereka yang melihatnya.

Dua hari kemudian, Nabilah yang hendak pergi ke kampus dikejutkan dengan kedatangan Papa dan Mama Gaby. Kedua orangtua Gaby tampak sedang mengobrol ringan dengan kedua orangtuanya. Tentu Nabilah terkejut karena yang ia tahu, kedua orangtua Gaby sudah mengetahui bahwa ia dan Gaby bukan lagi sepasang tunangan.

"Siang, Om, Tante." Sapa Nabilah dengan sopan.

"Bil? Mau ke kampus?" Tanya Papa Gaby sekedar basa-basi.

"I-iya, Om."

"Kok gugup gitu sih? Biasa aja dong. Om nggak gigit kok." Ucap Papa Gaby sembari tertawa kecil. Nabilah sendiri hanya tersenyum kikuk. "Pasti kamu bingung kenapa Om sama Tante ke sini, kan? Gini loh, Bil. Om ini cuma mau tanya sama kamu, kemarin setelah kalian pulang dari Hawaii, Gaby kenapa, ya? Om tanya ke Kinal sama Beby, Om malah disuruh coba tanya kamu."

Nabilah terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan Papa Gaby. Otaknya jadi kembali mengingat kejadian waktu itu saat mereka sedang berjalan-jalan di salah satu tempat yang ada di Hawaii.

"Emangnya Gaby kenapa, Om?" Ucap Nabilah sedikit khawatir.

"Gaby sih, gapapa. Cuma dia diem gitu. Kalian berantem?"

"Eemmm... Gini, Om. Jadi kemarin itu-"

Belum sempat Nabilah menjelaskan, suara ponselnya berbunyi. Hingga membuatnya terpaksa untuk mengangkatnya terlebih dahulu. "Maaf, Om, Nabilah angkat telepon dulu. Bentar aja kok." Ucapnnya yang langsung mendapat anggukan dari Papa Gaby.

Nabilah sedikit berjalan menjauh lalu menerima panggilan yang ternyata dari teman kampusnya. Setelah ia menerima telepon dari temannya, ia kembali berjalan ke arah ruang tamu.

"Maaf, Om, Tante, Nabilah udah mau terlambat. Urusan Gaby biar Nabilah aja. Entar biar Nabilah bujuk dia." Ucapnya tersenyum.

"Boleh-boleh. Siapa tau kalo kamu yang ngomong, dia lebih mau dengerin. Om sama Tante ajak omong, dia jawabnya iya enggak iya enggak mulu. Tolong ya, Bil?"

"Iya, Om. Nabilah permisi dulu."

Nabilah segera berjalan menuju garasi rumahnya. Masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin lalu segera meninggalkan pekarangan rumah.

*****

Sepulangnya Nabilah dari kampus, dengan rasa ragu ia mencoba menghubungi Gaby. Ia tahu mengapa Gaby menjadi diam. Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan dirinya. Gaby sendiri yang meminta berpisah.

"Kalo gue nelpon... gue takut diomelin. Tapi kan dia yang minta pisah, gimana sih? Kenapa jadi gue yang takut dah. Ck!" Nabilah terus menggerutu di dalam mobilnya. Ia masih berada di parkiran kampus.

Matanya terus memperhatikan ke depan. Sementara pikirannya kembali pada hari dimana ia dan Gaby berjalan-jalan. Hari dimana Gaby marah dan meninggalkannya begitu saja. Padahal ia tak merasa bersalah. Tapi jika sudah menyangkut Gaby, hatinya tetap saja tak tenang.

*****

Ketika mereka sedang asyik melihat-lihat sekitar, suara ponsel Nabilah yang berdering membuat Nabilah terpaksa merogoh sakunya. Sinka ternyata yang mengiriminya pesan.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang