Di sabtu pagi seperti ini, Lidya yang libur tampak masih terlelap di atas ranjangnya. Semalam ia dan Melody bermain PlayStation hingga larut karena Melody bilang kalau dirinya mengidam bermain PlayStation. Jadi Lidya berusaha menghilangkan kantuknya demi menemani istri tercintanya.
Sementara di ruang TV, terlihat Frieska dan Melody yang sedang duduk menonton TV. Di antara keduanya terdapat satu toples berukuran besar yang berisi kue kering keju alias kastengel yang Mama mereka kirimkan untuk keduanya. Memang kue itu salah satu favorit dalam keluarga mereka. Apa lagi jika sang Mama yang membuatkan.
Beberapa detik serius menonton, tangan keduanya meraba toples di antara mereka tanpa melihat ke sampingnya. Sampai akhirnya tangan mereka hampir saja masuk ke dalam mulut toples yang ukurannya tidak terlalu besar itu.
"Ih, kamu teh ngalah dulu kenapa sih?" Omel Melody menatap kesal pada Frieska yang membalas tatapannya tak kalah kesal.
"Mba Imel tuh yang harusnya ngalah. Gue kan, adek. Masa jadi gue yang ngalah." Sungut Frieska terdengar tidak terima.
"Yeee... gue lagi hamil juga. Ngalah dikitlah sama bumil. Pengen nih anak gue."
"Anak lu yang mau apa mulut lu yang mau? Alesan."
"Gue pukul juga lu!"
"Eits! Mukul gue, otomatis anak lu kayak gue."
Frieska dengan jahilnya menaik turunkan kedua alisnya saat Melody hendak memukulnya. Mendengar itu, Melody langsung menurunkan tangannya dan mendengus sebal. Ia masih sangat mengingat apa yang ia katakan waktu dulu. Jika ia tak mau memiliki anak seperti Frieska.
"Kalo lu mukul gue, anak lu entar kayak gue. Rewel kan, ya? Entar mirip gitu hahaha jadi ini buat gue, ya? Daaah!!!" Frieska segera meraih toples di sampingnya dan berlari meninggalkan Melody yang akan meneriakinya.
Frieska segera berjongkok sambil menutup telinganya saat berhasil menjauh dari Melody. Ia yakin sebentar lagi suara teriakan Melody menggema di seluruh ruangan.
"FRIESKA ANASTASIA LAKSANI!!!!"
Bukannya takut, gadis cantik itu justru cekikikan mendengar kakaknya itu memanggil nama lengkapnya. Dia tahu kalau kakaknya sudah memanggil nama lengkapnya, itu berarti kakaknya benar-benar marah padanya. Dengan langkah pelan semi berlari, Frieska mengintip di balik tembok yang menghubungkan ruang TV.
"Nggak usah ngumpet-ngumpet! Kemari!" Ucapan Melody membuat Frieska perlahan mendekatinya dan memberikan toples itu.
"Iya-iya maap, ndoro. Nih, kasih ponakan gue yang banyak. Biar pas keluar ponakan gue sehat, tinggi, dan berisi. Nggak kayak emaknya." Ujar Frieska di akhiri dengan gumaman.
"Emang kenapa sama emaknya? Hm?" Tanya Melody menatap Frieska dengan datar.
"Ah, gapapa kok. Emaknya cantik banget kok. Sampe orang aja kadang lupa kalo lu udah nikah. Udah, bye!"
Frieska segera berlari menuju kamarnya, meninggalkan Melody yang terlihat sudah kembali mengunyah kastengel tersebut. Hari ini ia tidak ada kegiatan. Status sebagai member pun juga sudah berganti menjadi mahasiswi biasa karena seminggu lalu ia, Acha dan Ayana sudah mengadakan event graduation bersamaan.
Tangannya meraih ponselnya dan mengirimkan pesan di grup generasi 1. Setelah itu ia memilih membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya terus menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Melirik ke sekeliling kamarnya sebentar, sebelum menghembuskan nafas lelahnya.
Ia lelah. Lelah mengingat banyak kenangan yang sudah terjadi di kamar ini. Banyak hal yang sudah ia lakukan bersama orang yang hingga kini masih menempati posisi teratas dalam hatinya. Kecewa, perih, dan rindu bercampur menjadi satu. Menciptakan setetes bulir bening yang meluncur begitu saja dari sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...