19

4.4K 430 16
                                    

Special FriesOmi~

~~~~~~

Lidya segera pulang setelah mendapat telepon dari Melody yang suaranya terdengar terisak. Dia takut jika sesuatu terjadi pada adik istrinya itu. Dengan cepat dia mengendarai mobilnya menuju rumah. Sepanjang jalan dia terus berdoa agar sesuatu yang buruk tidak terjadi pada Frieska maupun Melody.

Setelah sampai, Lidya segera masuk dan mendapati Melody sedang duduk di sofa ruang tamu dengan menangis. "Kenapa, sayang? Hm? Ada apa?" Tanpa berkata apapun, Melody segera memeluk Lidya dan mengadu pada Lidya dengan sambil terisak.

"Frieska pulang-pulang udah kayak gitu, aku yakin kamarnya udah kayak kapal pecah, Lid. Aku takut dia kenapa-napa di dalem. Kamu coba buka pintu kamarnya, ya? Aku beneran khawatir sama dia." Lidya mengangguk dan segera berlari ke kamar Frieska. Dari tangga saja, dia bisa mendengar barang-barang yang di lempar serta suara pecahan kaca juga suara teriakan gadis itu.

"Fries! Frieska! Fries? Lo denger gue? FRIESKA, BUKA PINTUNYA!!!" Lidya menghela nafasnya kasar saat tidak mendapat jawaban dari Frieska. Tangannya memukul keras pintu didepannya dengan sedikit emosi. Dia juga takut jika sesuatu yang buruk di lakukan oleh Frieska.

Dia berdiri dan mencoba berfikir apa yang harus dia lakukan. Dia sedikit kebingungan karena rasa khawatirnya pada gadis di dalam kamar itu, yang sepertinya amarahnya semakin menjadi. Suara pecahan kaca dan barang lainnya masih dia dengar.

"Anjing! Gue mesti apa!" Serunya mengusap wajahnya kasar.

*****

Tanpa mengetuk pintu di depannya, Naomi segera masuk dan berlari ke atas, menuju kamar Frieska. Dari luar ia sudah bisa mendengar suara teriakan Frieska yang sangat keras. Ia takut jika Frieska melakukan sesuatu yang tidak di inginkan.

"Frieska!" Teriakannya membuat Lidya dan Melody yang sedang mencari sesuatu di dalam laci langsung menoleh. "Naomi?" Ucap keduanya berbarengan.

"Misi, Kak Melody, aku ke atas." Belum mendengar jawaban Melody, Naomi sudah berlari ke atas dan segera mencoba menyuruh kekasihnya itu untuk tenang.

"Fries! Aku mohon buka pintunya, sayang. Frieska! Aku tau kamu denger suara aku. Aku mohon buka pintunya!" Setelah suara Naomi terdengar oleh Frieska yang masih berada di dalam, tidak ada lagi suara barang yang di lempar.

"Fries, kamu denger aku, sayang?" Tanya Naomi lagi. Air matanya sedari tadi sudah sangat deras membasahi pipi tirusnya. Sementara di dalam sana sudah tidak terdengar apapun.

"Fries? Frieska?" Mata Naomi melotot dan tangannya langsung mencoba membuka handle pintu itu dengan paksa.

"FRIESKA! BUKA PINTUNYA, FRIESKA!" Masih sama, tidak ada respon dari si empunya kamar.

"Kenapa, Mi?"  Naomi menoleh dan melihat Lidya serta Melody sedang menatapnya bingung.

"Frieska nggak ada suaranya, aku takut dia kenapa-napa, Lid." Perlahan tubuh itu meluncur ke bawah dengan tangisan yang makin kencang. Melody yang tak tega langsung menarik Naomi untuk berdiri dan memeluknya.

"Apapun masalah kalian, semoga cepet selesai, ya? Kak Melody nggak bisa bantu banyak, cuma bisa doain kalian yang terbaik." Ucap Melody mengusap kepala Naomi yang semakin menangis dan hanya mengangguk.

"Bentar-bentar, aku coba dobrak, ya? Kunci serepnya nggak ada di laci." Tiba-tiba Lidya datang dengan membawa palu.

"Buat apa?" Tanya Melody menunjuk palu yang ada di tangan Lidya.

"Ini? Palu toh, buat malu handlenya, siapa tau kebuka." Kata Lidya yang sudah memulai memukul-mukulkan palunya pada handle pintu kamar Frieska.

"Ati-ati, Lid, entar tangan kamu kena." Lidya hanya mengangguk kecil dan terus mencoba membuka pintu itu meski harus merusaknya.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang