52

5.2K 470 82
                                    

Veranda yang baru saja mengambil pakaian Kinal untuk ia masukan ke dalam plastik karena Kinal akan membawanya ke laundry, terdiam di tempat saat matanya melihat sesuatu di kemeja Kinal. Ada sebuah bercak warna ungu di bagian bahunya. Ia tahu kalau itu adalah bekas lipstic, tapi seingatnya, semenjak ia hamil, ia tak pernah memakai make-up bahkan ia tak memiliki lipstick berwarna ungu seperti yang ada di pakaian Kinal.

Awalnya Veranda mencoba berfikir positif akan hal itu. Tapi saat ia melihat kerah kemeja Kinal, ada noda yang sama seperti di bagian bahu kemeja Kinal.

Rasa cemburu mulai menyeruak dalam dirinya. Nafasnya mulai memburu, dan kakinya perlahan berjalan keluar menuju ke ruang TV dimana Kinal berada. Untungnya Juven sedang berada di rumah Shani dan Viny. Semalam keduanya menjemput Juven atas permintaan Juven serta Alice yang ingin menginap karena hari ini adalah hari minggu.

Tangan Veranda yang memegang pakaian Kinal langsung melemparkan pakaian itu pada si empunya. "LIPSTICK SIAPA DI BAJU KAMU?!"

Bentakan Veranda membuat Kinal terlonjak kaget dan berdiri dari duduknya. Tubuhnya tiba-tiba bergetar mendengar teriakan Veranda yang begitu keras. Jantungnya berdegup cepat melihat mata Veranda menatapnya marah. Inilah kelemahan Kinal, ia tak pernah bisa berbohong pada Veranda kalau Veranda sedang marah besar.

"LIPSTICK SIAPA ITU?!"

Sekali lagi teriakan Veranda membuat Kinal sangat sulit menelan ludahnya. Kakinya bergetar, tak mampu melangkah ataupun sekedar bergerak sedikit. Tubuhnya mendadak lumpuh.

"A-anu, Ve, i-itu..."

"ITU APA?!"

Kinal sudah tak mampu lagi menahan air mata dan tubuhnya yang sangat lemas mendengar bentakan Veranda. Ia pun berjalan susah payah ke depan Veranda lalu bersujud di hadapan wanita bak bidadari itu.

Dengan menangis, ia memohon maaf pada Veranda, "Maaf, Ve. Aku beneran minta maaf, sayang." Detik itu juga, Veranda hanya mampu diam. Tangannya yang di genggam oleh Kinal, ia biarkan begitu saja. Ia hanya mendengar Kinal yang terus berucap.

"Aku beneran minta maaf, Ve. Waktu itu aku beneran khilaf, Ve. Dia... dia suka sama aku, Ve. Dia godain aku, Ve. Aku udah nolak, tapi karena dia godain aku terus, aku yang nggak kamu kasih-"

"KAMU LAKUIN ITU SAMA ORANG LAIN? HAH?!"

Kinal menunduk di hadapan Veranda. Tubuhnya semakin bergetar mendengar pertanyaan istrinya yang sebentar lagi akan melahirkan. Dalam hati ia terus berdoa agar Veranda mau memaafkannya walau ia tahu itu akan sulit.

"Cuma karena aku nggak kasih, kamu kegoda sama orang lain? HAH?! SECANTIK APA DIA SAMPE KAMU KEGODA?!"

Kinal tak menjawab sama sekali. Ia terus menggenggam kedua tangan Veranda dengan kepalanya yang bersandar di sana. Kakinya benar-benar tak mampu bergerak sedikitpun karena suara Veranda yang begitu keras. Ini bukanlah pertama kalinya Veranda membentak dirinya, tapi entah mengapa, setiap Veranda berteriak marah padanya, tubuhnya akan terasa lemas dan hanya mampu bersujud seperti ini.

"Aku nggak ngerti jalan pikiran kamu, Nal." Lirihan Veranda sukses membuat Kinal semakin merasakan sesak dalam dadanya. Tangisannya semakin deras bersama genggaman di tangan Veranda.

"Aku nggak kasih kamu karena aku lagi hamil, tapi kamu? Ck! Lepas." Veranda hendak melepaskan genggaman tangan Kinal, tapi gadis bergingsul itu semakin menggenggamnya.

"Maafin aku, Ve. Aku beneran minta maaf. Aku berani sumpah sama kamu, aku nggak sampe ngelakuin. Dia cuma cium muka aku sama leh-"

"STOP!"

Kinal bungkam seketika mendengar bentakan Veranda. Ia menunduk begitu dalam dengan masih menggenggam tangan Veranda yang berusaha melepaskannya dari genggamannya. Hanya ucapan maaf yang bisa ia keluarkan dari dalam mulutnya.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang