Kinal terdiam menatap foto sang buah hati yang selalu dia letakan di atas nakas samping tempat tidur. Mungkin ini adalah saat-saat dimana Kinal merasa amat sangat sedih. Bahkan ketika dia lulus dari JKT48, rasa sedihnya tak seperti ini.
"Kamu dimana, sayang? Papi sama Mami khawatir." Gumamnya pelan.
Setetes air mata mengalir begitu saja di kedua pipinya. Tangannya mencengkeram mencoba menahan emosinya, tapi detik berikutnya dia tak mampu. Dia berdiri dan turun menuju garasi.
"KINAL! Kamu mau kemana, Nay?" Ucap Veranda menahan tangan Kinal.
"Aku mau cari anak kita, Ve. Aku nggak bisa nunggu polisi nemuin dia. Aku khawatir, Ve." Kinal menangis. Veranda yang melihat itu makin sakit. Dia sama halnya dengan Kinal. Tapi dia berusaha untuk tetap menunggu kabar dari polisi.
"Iya, Nay. Aku tau, aku juga khawatir. Tapi mau kamu cari dimana? Kita nggak tau, Nay. Tolong dengerin ak-"
Ucapan Veranda terhenti ketika suara ponselnya berdering. Di ambilnya ponsel yang dia letakan di dalam saku celananya. Tampak keningnya berkerut saat melihat siapa yang meneleponnya.
"Siapa, Ve?" Tanya Kinal sembari mengelap air matanya sendiri.
"Nggak tau, nggak ada namanya." Jawab Veranda memperlihatkan ponselnya.
"Coba angkat." Veranda mengangguk dan menerima panggilannya.
"Hallo?"
"Hallo, sayang? Apa kabar?"
Veranda terdiam mendengar suara di seberang sana. Dia tahu siapa yang meneleponnya.
"Di-dion?" Bisik Veranda yang masih dapat Kinal dengar.
"Siapa, Ve?!" Tanya Kinal yang emosinya semakin tinggi mendengar nama yang Veranda sebutkan.
"Ternyata kamu masih kenal sama suaraku, ya? Haaah... Aku kangen kamu nih. Oh iya, kamu dengerin deh." Mata Veranda mendelik ketika mendengar sebuah suara yang sangat dia rindukan.
"Mami, Juven takut." Suara tangis Juven memenuhi telinganya.
"Juven?! Kamu dimana, sayang? Kamu gapapa? Kamu udah makan? Gimana sama Alice?" Veranda langsung memberondongi Juven dengan banyak pertanyaan.
"Huhuhuu... Juven takut, Mi. Juven mau pulang. Dedek Al juga pengen pulang." Veranda semakin menangis mendengar suara tangis Juven. Kinal yang tidak sabaran langsung merebut ponsel Veranda.
"Juven, kamu dimana, sayang? Kasih tau Papi, Nak." Ucap Kinal cepat.
"Papi, Juven takut. Juven mau pulang. Juven tak-"
"Hallo, Kinal? Apa kabar? Hahaha lama tak mendengar suaramu. Kamu sudah tau kan, anakmu ada di aku. Gimana? Penawaran kita yang lalu? Masih ingat?" Kinal mencengkeram erat tangannya mendengar suara orang yang sangat dia benci.
"Dion, gua bakal hajar lo kalo anak gua kenapa-napa! Anj*ng lo! Dimana lo, biadab!!! Gua bakal cari lo!!! Dimana lo, bajingan!!!" Kinal sudah tak mampu menahan emosinya. Dia terus memaki orang itu tanpa ada habisnya. Sementara Veranda hanya mampu menangis dan menyebut nama sang buah hati.
"DION!!! JAWAB GUA!!! GUA BAKAL TEMUIN LO, BAJINGAN!!!"
"Sabar, dong. Gua bakal kasih tau lo dimana anak lo, tapi lo harus serahin Veranda. Gimana? Setuju? Harusnya lo ingat kata-kata gua dulu, Nal. Gua bakal dateng lagi dan bakal rebut dia dari lo."
"ANJ*NG LO!!! BAJINGAN!!! DIMANA LO, BAJINGAN!!! Sampe lo berani nyakitin dua anak gua, lo nggak bakal selamat!!!"
"Oke-oke. Malam ini jam 8, di tempat waktu itu. Masih inget, kan? Dan jangan bawa polisi kalo lo mau anak lo selamet. Oh iya, bawa Veranda. Suruh dia dandan yang cantik. Gua kasih anak lo dan lo kasih Veranda buat gua."

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...