Satu hari sebelum menjenguk Juven....
Frieska dan Naomi berjalan menuju lift yang ada di samping theater. Hanya ada keheningan saat mereka memasuki lift. Sesekali Frieska yang ada di samping Naomi hanya melirik gadis berambut coklat itu dengan perasaan yang bingung. Karena sedari tadi, Naomi terus mendiamkannya.
Pintu lift terbuka di lantai f3, sebelum Frieska keluar, dia menoleh pada Naomi yang masih diam. "Aku ke basement bentar, ya? Ambil mobil. Kamu ke lobby aja dulu, nanti aku jemput di situ." Ucapan Frieska hanya di angguki oleh Naomi dan pintu lift tertutup.
Sesampainya di basement, Frieska sedikit kebingungan karena dia lupa memarkirkan mobilnya. "Dimana ya, gue markir mobil? Aduh! Gini nih, kalo nggak markir di tempat biasa, lupa." Gerutu Frieska sembari mencari-cari mobilnya.
Hampir satu menit mencari, dan akhirnya Frieska menemukan mobilnya dengan cara membunyikan kunci mobil dari kunci yang dia pegang. Dengan cepat Frieska mengegas mobilnya menuju lobby Mall sebelum tuan putrinya murka.
Dan yang dia takutkan akhirnya terjadi. Entah terkena angin darimana, Frieska yang baru tiba di hadapan Naomi dengan lembut membuka kaca jendela dan meminta Naomi masuk dengan senyumannya. Namun balasan yang di dapat tidak sesuai dugaannya. Gadis bak bidadari itu langsung membanting pintu mobil setelah dia masuk dan duduk di samping Frieska.
"Lama." Ucapnya dengan ketus. Terkejut. Itu yang Frieska rasakan. Ini pertama kalinya Naomi bersikap seperti itu padanya.
"Maaf, sayang, tadi aku lupa markir mobilnya dimana. Makanya aku rada lama. Maaf, ya?" Sesal Frieska mencoba cemberut dan tangannya meraih tangan Naomi. Namun belum sempat di raih, Naomi sudah menepisnya dengan kasar.
"Kamu itu gimana sih, nggak kayak Kinal. Dia itu kalo jemput aku on time banget. Kalo bilangnya bentar ya, bentar bukannya lelet gini. Udah tau jalan ke Bekasi tuh, macet. Masih aja kek siput. Udah malem jadi makin malem kan."
Frieska hanya bisa menghela nafasnya pelan. Berusaha menekan perasaannya ketika Naomi menyebut bahkan membandingkannya dengan teman segenerasinya itu. Mungkin ini pertama kalinya Naomi membandingkannya dengan Kinal, tapi tidak untuk lainnya. Bahkan Naomi pernah membandingkan dirinya dengan pacar Sendy.
"Liat tuh, macet gini kan. Kalo lebih cepet kan, nggak bakal lama di dalem mobil. Di kira duduk begini enak apa." Kembali gerutuan Naomi keluar dari mulutnya. Frieska hanya bisa diam mendengar semua omelan Naomi.
Beberapa menit menunggu macet yang belum juga selesai, Naomi kembali membuka mulutnya dengan berbagai ocehan. Dan itu sedikit menyulut emosi Frieska yang tentunya juga sedang dalam keadaan lelah.
"Ck! Lama banget sih, ini! Kamu sih, kalo nggak lupa markir nggak bakal begini. Coba Kinal yang nyetir, aku nggak bakal bosen dalem mobil, aku nggak bakal pulang telat dan sampe di rumah dengan selamat." Ujar Naomi dengan wajah kesalnya.
"Ya udah, pacaran aja sama Kinal." Gumam Frieska yang hanya menatap ke depan dengan kedua tangan berada di atas stir.
Naomi menoleh dan menatap tajam orang yang masih menjadi kekasihnya itu. "Apa kamu bilang? Kamu udah tau salah, malah begitu. Aku bilang gitu biar kamu tau gimana aku dulu sama dia. Seenggaknya kamu tau keinginan aku kayak gimana."
"Ya tapi nggak usah bandingin ak-"
"Kamu yang maksa aku buat bandingin kamu sama Kinal. Kamu nggak ada waktu buat aku, kamu nggak pernah bisa pisahin waktu kamu buat aku dan kuliah kamu. Jangankan ketemu, chat aja kamu kayak ogah-ogahan gitu sama aku. Gimana aku nggak bandingin kamu sama dia. Sesibuk-sibuknya Kinal, dia selalu ada waktu buat pacarnya." Frieska menghela nafasnya dalam-dalam demi menekan perasaan sakit yang tiba-tiba muncul dalam hatinya. Bibir bawahnya kini sudah ia gigit demi menahan mulutnya agar tidak terbuka membalas ucapan Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything 2
FanfictionAda banyak cerita yang bisa kita pelajari dalam hidup. Dari kesabaran sampai merelakan. Kisah cinta yang berawal dari sebuah rasa takut akan kehilangan dan berubah menjadi cinta sejati. Berbuahkan seorang putra tampan, pandai dan menggemaskan. Tak a...