63

4.9K 474 73
                                    

Kinal terbangun dari tidurnya. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya karena mimpi yang baru saja ia alami. Mimpinya seperti kenyataan hingga membuat nafasnya memburu.

Suara pintu terbuka membuatnya menoleh. Ia baru sadar kalau ini bukanlah kamarnya. Dan ketika ia melihat ke arah pintu, ia bisa melihat ada seseorang yang pernah menjadi juniornya di JKT48 dulu.

"Akhirnya lo bangun, kak. Gue sengaja nggak gantiin baju lo, soalnya biar lo nyadar sama kelakuan lo." Ucap orang itu duduk di samping ranjang sembari meletakan sebuah nampan yang berisi roti dan segelas susu. "Nih, lo sarapan dulu. Gue nggak bawa lo pulang karena gue nggak mau Kak Ve liat keadaan lo semalem. Apa lagi Juven. Jangan deh." Ujarnya berdiri dari duduknya lalu berjalan ke dekat jendela untuk membuka gordennya.

"Man, lo nggak ngasih tau Ve, kan?" Tanya Kinal hati-hati.

Manda menoleh dengan tatapan malasnya. "Gue aja nggak bawa pulang lo ke rumah lo, kak. Jadi mana mungkin gue kasih tau kak Ve. Dicariin berhari-hari, malah enak-enak minum di club." Gerutu Manda menatap datar Kinal.

Kinal berusaha duduk dengan susah payah karena kepalanya yang terasa sedikit pusing. Mungkin efek minuman semalam, pikirnya.

"Makasih, Man." Gumam Kinal menyibakan selimutnya.

"Lo bikin dia khawatir, kak. Sadar dong, seberapa besar dia berjuang buat lo. Dia relain tawaran pemeran utama di film layar lebar demi nikah sama lo. Dia rela dicaci maki sama fans demi hidup sama lo. Kak Ve itu cantiknya udah bukan kayak manusia tapi lo kayak gini."

"Dia nggak mau denger penjelasan gue dulu, Man. Lo tau seberapa keras kepalanya Veranda."

"Lo bisa tegas sama kita, tapi lo nggak bisa tegas sama Kak Ve? Kalo dia nggak mau dengerin penjelasan lo, lo langsung omongin aja. Nggak usah nunggu dia mau dengerin lo. Jadi pas lo jelasin, mau nggak mau dia bakal dengerin. Mau dia terima penjelasan lo atau nggak, ya itu hak dia. Seenggaknya lo udah jujur."

Kinal menghela nafasnya pelan. Yang Manda ucapkan itu benar. Harusnya ia sedikit lebih tegas untuk menjelaskan semuanya. Kalau menunggu Veranda mau mendengarnya, mungkin bisa sampai tahun depan tidak selesai.

"Waktu itu gue mau jelasin, tapi dia malah nampar gue." Gumam Kinal sembari mulai memakan sarapannya.

"Ya elah, baru ditampar juga, belum digolok. Lanjutin aja jelasinnya. Masa cuma gara-gara ditampar, lo langsung ciut. Cemen banget."

"Sakit gila tamparannya!"

"Sakitan mana sama Kak Ve yang nggak tau kejadian sebenernya tapi dia percaya sama apa yang diberitain? Sakitan dia lah!"

"Kok jadi galakan lo?"

"Lo sih, bego dipelihara."

Kinal berdecak kesal mendengar ucapan Manda. Tapi mau bagaimana pun, apa yang Manda ucapkan benar adanya. Ia menyetujui apa yang Manda katakan sedari tadi.

"Ulang tahun anak lo kemarin aja, sampe diundur gara-gara dia nungguin lo."

Kinal tersedak mendengar perkataan Manda barusan. Benar! Ini yang dari kemarin ingin ia ingat tapi ia lupa karena terlalu banyak masalah. Ulang tahun putra sulungnya.

"Bener kata lo! Astagaaa, ulang tahun Juven." Seru Kinal berdiri lalu mencari sesuatu dikantong celananya. "Kunci mobil gue mana?" Tanyanya menatap Manda.

"Nih! Balik sono lo! Nanti sore ulang tahun Juven dirayain ada atau tanpa lo. Tapi tolong, lo dateng demi Juven. Kasian dia nungguin lo dari 5 hari lalu."

Kinal mengangguk lalu berlari keluar. Setelah ia berpamitan dengan keluarga Manda, ia segera mengendarai mobilnya yang semalam diambilkan oleh teman Manda di parkiran club. Otaknya terus berpikir bagaimana ia akan mengatakan pada Juven tentang dirinya yang tidak pulang. Pasti Juven akan menghujaninya dengan banyak sekali pertanyaan.

You Are My Everything 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang