Tipenya Cella?

352 138 10
                                    

Cella dan Fanny masih duduk di bangku yang berada di luar ruangan sementara pengurus yang lain tengah sibuk memperkenalkan diri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pendaftar kepengurusan OSPK tersebut.

Seperti biasa, setiap pulang sekolah ataupun jam istirahat pasti di tengah lapangan selalu ada murid-murid yang bermain sepak bola atau basket. Cella menonton permainan basket murid laki-laki dari tempat duduknya sementara Fanny tengah asyik memainkan ponselnya. Tiba-tiba Fanny menurunkan kedua kakinya agak keras sehingga bangku panjang yang sedang mereka duduki bergerak seperti mau jatuh.

"Gila lo Fann!!" teriak Cella kaget dan Fanny hanya menyengir.

"Cell, kok gue gak pernah denger cerita lo lagi suka sama cowok ya? Lo normal kan?" tanya Fanny dengan raut wajah serius.

Cella menampar pelan pipi Fanny sambil terkekeh pelan.

"Kurang ajar lo, gue suka lah sama cowok. Lagian buat apa gue cerita? Dengerin curhatan lo tentang Daffa aja udah bikin gue puyeng Fan," jawab Cella sambil tersenyum lalu kembali melihat permainan basket di lapangan.

"Tipe lo yang kayak gimana sih Cell? Bingung gue kenapa lo betah banget gak pacaran dari lahir."

Cella memutar bola matanya malas. Beruntung yang menanyakan hal itu adalah Fanny yang sudah ia anggap seperti sahabatnya karena Fanny selalu mencurahkan isi hatinya kepada Cella.

"Gue sih gak pake tipe-tipean Fan. Asal gue nyaman sama dia ya gue jalanin aja," balas Cella.

Fanny hanya mengangguk-angguk.

"Oh iya, sama akhlaknya yang baik pastinya dengan begitu pasti dia bakal bener-bener sayang sama gue dan keluarga gue juga." Cella menyengir karena tatapan Fanny.

"Gila.. Gila... Lo harusnya pacaran sama Ardi anak Rohis, Cell," sahut Fanny.

"Yee, gak dia juga lah. Kenal aja enggak. Intinya gue belum mau pacaran dulu sih Fan karena..."

Cella terhenti menyelesaikan perkataannya karena dari arah lapangan terdengar teriakan.

"Awas kak!!"

Beruntung Cella sedang tidak melamun sehingga ia dapat menangkap pantulan bola basket yang memantul agak keras ke arahnya. Fanny dengan sigap menggeser tubuhnya agar tidak terkena bola.

"Sorry ya kak," ucap lelaki itu.

Cella menaikkan sebelah alisnya, "Kak?"

"Iya lo kan kakak kelas makanya gue panggil kak," balas lelaki itu.

"Ooh. Oke gak apa-apa kok, nih bolanya," sahut Cella sambil melempar bola basket ke arah laki-laki tersebut yang langsung di tangkap olehnya.

"Thanks kak." Laki-laki tersebut tersenyum sambil berlari ke arah lapangan.

Tiba-tiba Fanny tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Cella yang membuat Cella kebingungan.

"Lo gak kenal Cell dia siapa?" tanya Fanny.

"Enggak," jawab Cella sembari menaikkan kedua bahunya.

"Cuek lo kebangetan. Dia kan junior kelas kita anak kelas X MIPA 4 sama kayak Daffa," jelas Fanny sesekali menggelengkan kepalanya.

"Ya lo mah kenal karena gebetan lo sekelas juga sama dia," balas Cella sambil mengibaskan tangan ke muka Fanny.

"Gak juga woy, dia emang lumayan terkenal apalagi di kalangan cewek," elaknya.

"Kenapa emangnya? Ganteng banget? Padahal tadi gue liat biasa aja ah, tua malah. Gue kira dia satu angkatan sama kita makanya gue bingung pas dia manggil gue pake kak," tanya Cella sambil tersenyum.

"Suaranya bagus Cell, adem. Bikin yang denger pas dia nyanyi langsung falling in love deh. Oh iya, dia juga anak Rohis loh!" balas Fanny sambil memejamkan matanya.

"Jijik lo ah lebay banget. Jadi lo mau sama dia atau Daffa?" tanya cella sambil menoyor kepala Fanny.

"Dia? Namanya Arman bukan DIA!! Lo kira judul lagu? Tapi hati gue jelas untuk Daffa seorang," Fanny terkekeh pelan.

"Bucin banget," gumam Cella.

Cella yang mendengar Fanny berbicara seperti itu langsung geli dan jijik sendiri dan mereka melanjutkan candaannya tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

🐾🐾🐾🐾

Di kantin sepulang sekolah Salsa, Bagas dan teman-temannya bersantai di kantin. Sesekali Salsa menempelkan kepalanya di bahu Bagas.

"Duuh, sweet banget jadi pengen gue," ucap Wafa salah satu teman Salsa.

"Alah sepik lo! Biasanya juga malem jumat dikasih jatah," cibir Reza sambil memakan siomay.

Salsa tersenyum begitu juga dengan Bagas yang tersenyum tipis sambil memakan mienya, sesekali ia melihat permainan basket di lapangan.

Sesekali juga ia memperhatikan perempuan yang sedang duduk bersenda gurau dengan memakai almamater pengurus OSPK.

Tiba-tiba bola basket memantul ke luar lapangan menuju ke arah dimana Bagas sesekali melirik ke arahnya tadi.

Bagas tercekat dan ingin bangkit dari tempat duduknya tapi tiba-tiba tangannya dicekal oleh Reza. Entah darimana Reza mengerti apa yang sedang dipikirkan Bagas. Ia ingin segera berlari mencegah bola yang melesat ke arah Cella dan Fanny. Diam-diam sedari tadi Reza mengikuti arah pandang Bagas. Akhirnya Bagas mengalah dan kembali memakan mienya dengan malas, dia sadar ada Salsa dan teman-temannya, tindakannya pasti akan menimbulkan masalah dalam hubungan mereka berdua.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang