Bintang Jatuh

102 36 0
                                    

Cella POV

"Makasih Rak, kalo gak ada lo gue gak tau bisa ngerasain hal kayak gini apa enggak," gumamku.

Aku menatap langit malam ditemani bintang-bintang. Sepulang tadi perasaanku terasa lega. Meskipun malu saat menangis di depan orang lain, tapi aku merasakan senang dan lega di saat yang bersamaan. Aku sungguh bersyukur lelaki itu peduli padaku saat ini.

"Rak, kalo suatu saat nanti gue gak ada, lo bakal ngerasa kehilangan gak ya? Soalnya orang-orang di sekitar gue ngeliat keberadaan gue pas lagi butuh aja, pas udah gak butuh mereka lupain gue cepet banget. Mungkin sekarang lo cuma penasaran doang, abis udah tau gue kayak gimana terus lo tinggal deh, iya kan?"

Aku sangat takut kehilangan seperti dulu lagi. Setiap kali aku membuka diri untuk orang lain, disaat itu pula aku merasakan sakit. Sampai-sampai hati ini terasa beku dan aku pun berubah seperti ini. Mereka seakan tidak berbuat atau merasakan apapun dan meninggalkanku sendirian dengan luka. Satu hal yang aku takutkan, menjalin sebuah hubungan. Pertemanan, aku tidak sedang membahas percintaan. Pengalamanku baik percintaan ataupun pertemanan begitu buruk bagiku.

"Terus tiba-tiba lo muncul dengan gak mau ngalah Rak. Padahal berkali-kali gue jutek banget sama lo tapi lo tetep aja mau jadi temen gue. Lo baik banget sih jadi orang, pantes banyak yang suka."

Sriiiing......

"Eh bintang jatuh, bikin permintaan ah." Aku pun segera memejamkan mata dan berdoa berharap permintaanku kali ini akan terkabul.

Aku teringat akan event lomba menulis puisi yang diadakan oleh salah satu penerbit dan pengumumannya akan di publish malam ini. Aku pun segera mengambil ponselku dan membuka sosial mediaku. Aku berharap aku bisa menang, semoga.

"Wah ternyata banyak banget yang ikutan eventnya, sampe ribuan, se nasional sih. Kira-kira bisa menang gak ya?" pikirku sambil membuka link pemberitahuan pemenang.

Layar pemberitahuan pun muncul, aku membacanya dan mataku pun membulat.

"Yah, gak masuk lima besar bahkan. Tapi gak apa deh, seenggaknya sepuluh besar dapat e sertifikat, lumayan kan ajang nasional."

Aku pun segera memposting e sertifikat di story sosial mediaku, tak lama kemudian sebuah pesan masuk.

Rakha008: Itu apaan?

Cella Anastastya_ : Sertifikat

Rakha008_ : Gue juga tau,
maksudnya sertif apa?

Cella Anastastya_ : Lomba nulis puisi

Rakha008_ : Ciee sastrawan

Cella Anastastya_ : Bukan

Rakha008_ : Novel udah?

Cella Anastastya_ : Blm

Rakha008_ : Singkat amat balesnya

Cella Anastastya_ : Belooooooooooommmm!!!!!
Puas? Alay bgt username lo

Rakha008_ : HEHE
Gimana kabarnya? Udah baikan?


Aku tidak berniat untuk membalas pesan terakhirnya. Aku masuk ke dalam kamar dan aku memutuskan untuk segera tidur karena besok ada jadwal kelas pagi.

Senyum untuk Kejora (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang